Oleh: Ansaf Muarif Gunawan/Wartawan Kantor Berita MINA
Di bulan suci Ramadhan ini, kita harus bergembira. Karena banyak perbuatan baik yang bisa kita manfaatkan secara maksiamal. Kalau rajin puasa, sedekah, beribadah shalat, membaca Al-Quran dan menolong satu sama yang lain, maka pahala yang diperoleh akan dilipat gandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Untuk memenuhi syarat wajib dan sah puasa, maka bulan Ramadhan adalah saat yang paling membahagiakan. Di bulan ini, ada banyak sekali amal kebaikan yang bisa kita lakukan secara istiqomah atau terus-menerus.
Maka bagi kaum laki-laki dan perempuan yang sudah baligh wajib untuk melaksanakan puasa.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirmaAl-Qur’an Q.S. Baqarah [2]: 183.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Surat Al-Baqarah ayat 183 di atas menjelaskan tentang beberapa hal:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Pertama adalah sapaan untuk orang beriman. Sapaan ini sangat penting fungsinya, yaitu ditujukan kepada orang beriman. Sapaan ini akan menimbulkan efek membekas pada orang yang disapa.
Kedua, kewajiban puasa pada umat terdahulu ini menunjukkan bahwa puasa adalah ibadah yang penting karena diwajibkan kepada umat sebelumnya sehingga memberi dorongan psikologis untuk diamalkan. Yang dimaksudkan orang terdahulu antara lain adalah ahlul kitab, khususnya orang Yahudi.
Ketiga, hikmah puasa adalah membentuk manusia yang bertakwa. Takwa ini adalah gabungan sifat-sifat keimanan yang kuat dan sifat solidaritas serta kesadaran sosial. Bertakwa ini lebih kompleks daripada beriman.
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan, puasa adalah menahan diri dari makan dan minum serta berhubungan intim dengan suami ataupun istri dengan niat yang ikhlas karena Allah Subhanhu wa Ta’ala.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Allah menyerukan kepada orang-orang yang beriman dari umat ini dan memerintahkan mereka untuk berpuasa. Puasa berarti menahan diri dari makan, minum, dan bersetubuh, dengan niat yang tulus karena Allah karena puasa mengandung penyucian, pembersihan, dan penjernihan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang jelek dan akhlak tercela.
Perlu keikhlasan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebab dengan puasa itulah seorang Muslim mempunyai kesempatan untuk membersihkan jiwanya, dari segala hawa nafsu dan akhlak yang tercela.
Hakikat puasa itu adalah untuk meraih ketakwaan sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah 183. Ketakwaan itu adalah wujud dari pada kehidupan untuk berjamaah, sebagaimana dijelaskan pada potongan ayat yang terakhir “La’allakum tattaqun.
Ayat lain sebagaimana Allah Subahanahu wa Ta’ala berfiman dalam Q.S. Ali Imran [3]: 102.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Oleh karena itu dalam bulan suci Ramadhan ini, marilah kita hidup berjamaah. Hidup berjamaah adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang beriman.
Sebagaimana dijelaskan pada potongan ayat Q.S. Ali Imran [3]: 103.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali [agama] Allah seraya berjamaah, dan janganlah kamu bercerai berai.”
Ayat di atas berkaitan dengan ayat sebelumya yaitu memerintahkan orang-orang beriman agar berpegang pada Al-Quran dan As-Sunah seraya berjamaah.
Ayat ini juga melarang orang-orang Mukmin melakukan hal-hal yang dapat menjerumuskan diri mereka ke dalam perselisihan, perpecahan, pertikaian dan permusuhan.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Maka dengan tegas Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, agar kita berpegang teguh kepada tali Allah, yaitu agama Islam dan kitab-Nya dengan cara hidup berjamaah dan dipimpin dengan seorang imam.
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabat telah menjalankan pola kehidupan berjamaah. Puasa Ramadhan juga mengajarkan umat Islam untuk dapat hidup bersama sebagai makhluk sosial.
Rasulullah melarang umat manusia untuk bercerai-berai, karena syetan bersama orang yang sendiri.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
مَنْ أَرَادَ مِنْكُمْ بُحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الْإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ (رواه الترمذي والحاكم وصححه)
“Barangsiapa dari kalian menginginkan tinggal di tengah-tengah surga, maka hendaklah berpegang teguh kepada Al-Jama’ah karena setan bersama orang-orang yang sendirian dan dia dari dua orang lebih jauh.” (H.R. At-Tirmidzi dan Hakim menshahihkannya)
Bulan Ramadhan Ajarkan Pola Kehidupan Berjamaah
Dalam waktu 24 jam banyak sekali yang bisa kita ambil sebagai pelajaran di bulan Ramdhan, di antara mengajarkan pola kehidupan berjamaah. Baik dalam lingkup kecil seperti bersama keluarga dan juga dalam lingkup besar secara umum yaitu bersama tetangga dan masyarakat sekitar. Berikut beberapa poin bulan Ramadhan mengajarkan pola kehidupan berjamaah dalam lingkup keluarga:
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
- Makan sahur dan buka puasa bersama keluarga.
Keluarga adalah sumber utama kebahagiaan kita. Mereka juga memberikan kekuatan kepada kita untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidup. Waktu terbaik dalam Ramadhan ini yang bisa kita habiskan bersama keluarga adalah waktu makan sahur dan berbuka.
Dalam konteks keluarga, makan sahur dan berbuka mempunyai hikmah yang juga besar. Banyak kantor atau lembaga yang sengaja mengakhiri jam operasional lebih cepat selama bulan Ramadhan agar para karyawan bisa pulang lebih cepat dan berbuka puasa di rumah bersama keluarga.
Ramadhan mengajarkan kita untuk hidup berjamaah, hampir seluruh keluarga bisa berkumpul untuk makan sahur dan berbuka. Selain kebahagian itu nampak walaupun sederhana. Sahur juga memberikan kebekahan.
Sunnah sahur dan menyegerakan berbuka
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Sebagaimana Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam bersabda:
فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
“Bersahurlah kalian, karena didalam sahur ada berkah“. (HR. Bukhari no. 1789).
يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
“Senantiasa manusia berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka”. (HR. Bukhari 1821)
Membaca Al-Quran bersama keluarga
Ramadhan bisa juga disebut bulannya Al Quran karena di bulan ini Al Quran diturunkan. Dalam agama Islam, membaca Al Quran adalah ibadah dan setiap ibadah di bulan Ramadhan mendapat pahala berlipat ganda.
Tidak sedikikit keluarga yang membuat program selama Ramadhan yaitu program membaca Al-Quran bersama-sama atau biasa disebut tadarus. Keluraga secara bejamaah membaca Al Quran bersama hingga khatam (tamat).
Membaca Al-Quran secara bersama sudah pasti lebih asyik karena segala sesuatu yang dilakukan secara bersama dirasa lebih ringan, seperti kata pepatah, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
Unsur kebersamaan menjadikan letih dan kantuk tidak terasa sehingga dalam jangka waktu tertentu bisa khatam (tamat).
Disinilah melalui bulan Ramadhan meajarkan pola kehidupan berjamaah dimana para keluarga berkumpul bersama membaca Al-Quran.
Besambung ke Bagian 2 – (A/R8/P2)
Miraj News Agency (MINA)