Jakarta, 17 Rajab 1437/25 April 2016 (MINA) – Bupati Bojonegoro, Jawa Timur, Drs. Sutoyo M.Si., membuat surat edaran untuk menghidupkan permainan-permainan tradisional agar anak-anak sekarang bisa berinteraksi secara sosial dan menjauhkan diri dari gim daring (online).
“Dengan menghidupkan kembali permainan-permainan tradisional lama menjadikan si anak dapat berinteraksi secara sosial,” kata Bupati Bojonegoro yang sering disapa Kang Yoto saat menghadiri diskusi yang bertema “Rembug Rukun Warga” di Kota Tua, Jakarta, Senin (25/4).
Bupati Bojonegoro yang kerap blusukan mengendarai motor trail itu mengharapkan adanya pihak yang dapat menilai mana gim masih memungkinkan bisa ditoleransi.
“Dengan adanya kejadian gim online, tidak seharusnya langsung menolak begitu saja tentang perihal yang terjadi pada anak-anak sekarang ini. Lebih baik ada tim yang dapat menilai mana (gim online) yang kira-kira direkomendidasikan dan mana yang tidak bisa sama sekali serta mendapat waktu (bermain) yang telah disepakati bersama-sama,” ujar Kang Yoto.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Pada laman Sahabat Keluarga yang dikelola Kemendikbud sepekan lalu, mengumumkan 15 gim daring mengandung kekerasan dan berbahaya bagi anak. Laman tersebut mengutip hasil penelitian Iowa State University, Amerika Serikat, yang menunjukkan bahwa bermain yang mengandung kekerasan selama 20 menit saja dapat “mematikan rasa,” anak akan mudah melakukan kekerasan dan kehilangan empati kepada orang lain.
Sejumlah 15 gim daring yang dinilai berbahaya adalah World of Warcraft, Call of Duty, Point Blank, Cross Fire, War Rock, Counter Strike, Mortal Kombat, Future Cop, Carmageddon, Shelshock, Raising Force, Atlantica, Conflict Vietnam, Bully, dan GTA.
Dia juga mengatakan bahwa peran orang tua dalam mendidik anak sangat dibutuhkan karena orang tua yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Orang tua juga harus menghadirkan rumahnya menjadi rumah yang penuh kasih sayang buat anak-anaknya sehingga mereka menjadi sangat percaya untuk tumbuh bersama orang tuanya.
“Keluargalah yang harus menentukan mana yang boleh dilakukan anak dan mana yang tidak. Kemudian di situlah peran keluarga harus menjadi tempat belajar bersama-sama,” tegasnya.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Kang Yoto menyatakan bahwa tidak semua gim daring itu jelek seperti halnya pebelajaran Bahasa Inggris melalui gim daring itu bisa diambil dampak positifnya. (L/anj/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat