Jakarta, MINA —Komisioner Badan Wakaf Indonesia (BWI) Juris Efrida Robbyantono mengatakan kesadaran umat Islam Indonesia untuk berwakaf masih sangat rendah.
“Kesadaran masyarakat untuk wakaf rendah. Ini berbeda dengan semangat zakat yang tinggi,” kata Robby dalam diskusi daring bertema Wakaf Spritual dan Sosial Responsibility di Tengah Pandemi yang digelar Baitul Wakaf dan BWI secara, Kamis (14/5) sore.
Menurut Robby Indonesia dikenal sebagai negara yang masyarakatnya dermawan. Tetapi tidak dengan wakaf. Banyak sebab yang membuat semangat berwakaf masih rendah.
“Kalau zakat itu adalah kewajiban, sementara wakaf kerelaan. Banyak yang bertujuan hanya pada dunia. Harta hanya tujuan. Ini faktor utama rendahnya kesadaran wakaf di Indonesia, karena tak mau melepas hartanya,” ungkap Robby.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Padahal, jelas Robby, di negara-negara mayoritas muslim lainnya wakaf menjadi primadona dalam membangun ekonomi umat.
“Di Johor Malaysia, Singapura, Turki maju wakafnya. Di Arab Saudi, Zam-zam Tower itu dibangun di atas tanah wakaf,”imbuhnya.
Untuk membangun kesadaran berwakaf, BWI telah melakukan edukasi ke berbagai pihak.
“Sosialisasi pentingnya wakaf, telah kami lakukan ke sejumlah pihak. Misalnya ke kampus-kampus. Kalangan pengusaha juga,” kata Robby.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Untuk potensi wakaf di Indonesia, Robby mencatat jumlahnya fantastis. Wakaf tanah di Indonesia Rp2.050 triliun, sementara wakaf uang potensinya Rp77 triliun, sementara untuk realisasi hanya Rp185 miliar.
Selain dari BWI, diskusi daring tentang wakaf ini diisi oleh narasumber Presiden Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) Heppy Trenggono dan Pembina Baitul Wakaf Ustaz Asih Subagyo.(R/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon