Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cahaya Kebenaran yang Selalu Menyala

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 5 menit yang lalu

5 menit yang lalu

1 Views

Dudin Shobaruddin (foto: istimewa)

Oleh Dudin Shobaruddin, Dosen STISA Abdullah bin Masud Online, Natar Lampung

Secara fitrahnya, setiap manusia ingin berada dalam pelukan kebenaran. Siapa pun orangnya, kapan pun waktunya, dan di mana pun ia berpijak, hati kecil manusia selalu condong pada yang benar. Kebenaran adalah nilai abadi, tak lapuk dimakan zaman, tak luntur diterpa keadaan. Dalam berbagai situasi, dalam kondisi apa pun, kebenaran Islam tetap tegak berdiri—menyala seperti api suci yang tak pernah padam.

Sekalipun kerap tertutup kabut kebohongan, ketidakadilan, kepalsuan, atau bahkan kezaliman dan kelemahan, kebenaran senantiasa menemukan jalannya untuk kembali bersinar. Artikel ini akan mengulas mengapa kebenaran memiliki kekuatan luar biasa dan bagaimana ia tetap relevan serta penting dalam kehidupan manusia.

Makna Kebenaran yang Menyala

Baca Juga: Jalan Jama’ah: Jalan Para Nabi dan Siddiqin

  1. Kebenaran sebagai Pilar Kehidupan

Hidup manusia senantiasa dihadapkan pada dua kutub yang bertentangan: kebenaran dan kebatilan. Kebenaran adalah pondasi utama untuk membangun kepercayaan, menciptakan keadilan, serta menumbuhkan kedamaian. Tanpa kebenaran, hubungan antarmanusia akan mudah runtuh, rapuh tak berdaya. Dalam kehidupan pribadi, kebenaran adalah kunci ketenteraman dan kedamaian.

Dalam kehidupan sosial, ia menjadi dasar hukum dan moral yang menopang tatanan bersama. Karena itu, kebenaran wajib dijaga dan diperjuangkan. Sebagai Muslim, kita yakin bahwa kebenaran sejati berasal dari Allah Ta’ala, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Baqarah ayat 147 dan Al-Ma’idah ayat 48.

  1. Kebenaran Tak Terpengaruh oleh Waktu

Kebenaran ibarat api abadi—tak pernah padam oleh tiupan angin kehidupan yang terus berputar. Ia bersifat universal dan tidak berubah oleh zaman, opini publik, ataupun tekanan sosial. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang tetap dihormati sepanjang masa, meski bentuk penyampaiannya bisa berubah. Kebenaran yang diusung para nabi tetap menyala menjadi pelita zaman.

Lihatlah kisah Nabi Nuh ‘alaihis salam yang membuat bahtera atas perintah Allah; meski ditentang keras, ia tetap menjadi mercusuar kebenaran yang dikenang sepanjang sejarah. Mereka yang menolaknya, bahkan dari keluarganya sendiri, akhirnya binasa dalam gulungan ombak yang dalam (Qs. Hud: 42).

Baca Juga: Menyoal Yayasan Kemanusiaan Gaza yang Dikelola AS dan Israel

  1. Kebenaran Mengalahkan Kepalsuan

Dalam perjalanan hidup, kita kerap dihadapkan pada tipu daya dan kebohongan. Namun, kebenaran selalu memiliki daya untuk membongkar segala yang palsu. Seperti cahaya yang menembus pekatnya malam, kebenaran akan terus muncul, menyibak tirai dusta. Ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebarkan risalah Islam, beliau menghadapi beragam ujian berat.

Tapi strategi dan kebijaksanaan beliau bak gerakan zigzag yang cermat: mengirim para sahabat hijrah ke Habsiyah yang dipimpin raja adil, lalu ke Tha’if, hingga akhirnya berhijrah ke Madinah. Semua itu dilakukan dengan penuh persiapan hingga Islam akhirnya berjaya. Allah pun menegaskan, “Sungguh Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” (Qs. Al-Fath: 1).

Metafora Kebenaran yang Menyala

Bayangkanlah nyala api yang tetap menyala meskipun terus diterpa angin kencang. Begitulah kebenaran: ia tak bisa dipadamkan oleh rintangan. Dalam ilmu balaghah, ini dikenal sebagai isti’ārah—penggambaran yang sangat tepat. Kobaran kebenaran/">api kebenaran mungkin tersembunyi, tapi tak pernah mati.

Baca Juga: Haji, dari Ibadah Ritual menuju Transformasi Kehidupan

Ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah, orang-orang Quraisy mengira ajaran beliau akan lenyap. Tapi yang terjadi justru sebaliknya—Islam berkembang pesat. Dan ketika Perang Badar meletus, kemenangan berpihak kepada kaum Muslimin. Kebenaran telah membuktikan dirinya tak bisa ditaklukkan oleh kebohongan dan kezaliman.

Matahari yang Terbit Setiap Hari

Kebenaran juga seperti matahari yang selalu terbit, menyinari bumi tanpa pamrih. Kadang tertutup awan, tapi pasti kembali bersinar. Demikian pula kebenaran—meski kadang disembunyikan, ia akan muncul kembali, mengusir gulita kehidupan.

Dalam masa penjajahan dan modernisasi, Islam sering menjadi sasaran upaya penenggelaman. Namun, sinarnya justru semakin terang. Di Barat, masjid bermunculan, aktivitas keagamaan hidup, bahkan gereja pun ada yang berubah fungsi menjadi masjid. Ini bukti bahwa cahaya kebenaran tak akan pernah padam.

Baca Juga: Senjakala Negara Zionis Israel

Pentingnya Memegang Teguh Kebenaran

1. Membangun Karakter dan Integritas. Berpegang pada kebenaran membentuk karakter yang kuat dan integritas yang utuh. Orang jujur dan teguh pada prinsip kebenaran akan disegani dan dipercaya. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan sejati; sebelum diangkat sebagai Rasul pun beliau sudah dijuluki Al-Amin—yang terpercaya. Ini menandakan betapa tingginya integritas beliau bahkan sejak muda.

2. Menciptakan Kehidupan yang Adil dan Damai. Kebenaran adalah fondasi keadilan. Tanpa kebenaran, keadilan tak akan pernah terwujud. Kepemimpinan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah adalah contoh nyata: beliau mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang dulu saling bermusuhan, lalu menciptakan masyarakat damai dan adil. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Qs. Ali Imran ayat 103.

3. Memberikan Harapan dan Inspirasi. Kebenaran adalah sumber harapan bagi mereka yang sedang berjuang. Ia menjadi kekuatan batin yang mendorong seseorang untuk terus maju. Karena pada akhirnya, kebenaranlah yang akan menang dan membawa kebaikan hakiki bagi umat manusia.

Baca Juga: Jama’ah Tempat Ukhuwah, Bukan Ajang Permusuhan

Akhirnya, kebenaran Islam adalah cahaya yang tak pernah padam. Ia ibarat api yang terus menyala dan matahari yang selalu terbit, memberikan sinar ke kehidupan manusia. Kebenaran bukan hanya konsep, tapi nilai hidup yang harus dijaga dan diperjuangkan. Dengan memegang teguh kebenaran, kita membangun dunia yang adil, damai, dan sejahtera.

Mari kita jadikan kebenaran Islam sebagai lentera kehidupan, karena kebenaran itu akan selalu menyala—menerangi langkah kita menuju masa depan yang cerah, penuh rahmat dan berkah. Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafūr. Aamiin.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Kisah Dr. Alaa Al-Najjar dan Genosida di Gaza, Dokter yang Tak Bisa Menyelamatkan Anaknya

Rekomendasi untuk Anda