Oleh Carissa D. Lamkahouan
Koresponden OnIslam.net dari Amerika Serikat
Sebuah organisasi hak-hak sipil Muslim terbesar di AS, Majlis Hubungan Umat Islam-Amerika, (Council on American-Islamic Relations, CAIR) telah membuat langkah penting untuk keadilan bagi Muslim Amerika.
Organisasi ini telah menghadapi tantangan yang besar dalam sejarahnya selama 20 tahun, teruutama memerangi Islamophobia (ketakutan / kebencian pada Islam) dan memerangi cap-cap negatif pada orang muslim. Organisasi ini baru saja memperingati Hari Ulang Tahun ke 20.
“Saya percaya kami telah berhasil memberikan (Muslim) tempat baik di depan masyarakat umum dan dalam lingkungan pembuatan kebijakan, hal yang tidak kami miliki sebelumnya,” kata Nihad Awad, yang telah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Nasional CAIR sejak awal pembentukan kelompok itu, kepada OnIslam.net.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
CAIR merayakan ulang tahun ke-20 pada hari Sabtu, 27 September lalu, dengan mengumpulkan ratusan Muslim dari semua lapisan masyarakat.
Sejak didirikan pada tahun 1994 oleh Omar Ahmad dan Nihad Awad, CAIR telah berperan sebagai kelompok pengacara dan pembela hak-hak umat Islam termasuk akomodasi agama di tempat kerja.
Kelompok ini juga memainkan peran dalam politik. Bahkan CAIR juga mendorong umat Islam untuk memilih dan mengucilkan industri hiburan termasuk industri perfilman yang berpusat di Hollywood, yang sering menggambarkan Muslim Amerika dengan istilah yang berlebihan dan sering menyinggung.
Selain itu, kelompok tersebut telah berusaha untuk mendidik guru dan pemilik usaha di negeri itu tentang praktik agama Islam dasar.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Namun, salah satu kemenangan awal utama CAIR adalah pada tahun 1995 ketika Muslim Amerika diserang dan awalnya disalahkan atas pemboman yang meminta banyak korban jiwa di gedung Murrah Federal di Oklahoma City. Ternyata kemudian diketahui tindakan itu dilakukan oleh seorang Amerika bernama Timothy McVeigh, bukan oleh seorang muslim.
Kelompok ini bekerja untuk mengkoordinasikan respon komunitas Muslim Amerika terhadap tragedi itu. Satu bulan setelah pemboman itu, CAIR mengeluarkan laporan tahunan pertama yang disebut “A Rush to judgement.”
Sesudah itu CAIR selalu membuat laporan tahunan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan Islamophobia di Amerika dan mengangkat nilai hak-hak sipil umat Islam.
“CAIR telah mengubah masyarakat kami yang terpinggirkan menjadi radar bagi banyak orang di masyarakat kami,” kata Awad.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
“Ini merupakan perubahan yang penting,” katanya.
Suara Umat Muslim
Bagi kebanyakan Muslim Amerika, CAIR memberi mereka suara dan lingkungan yang sangat dibutuhkan, membawa mereka keluar dari bayang-bayang yang menakutkan.
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Ashley Hammad, seorang Muslim yang tinggal di Texas, setuju kalau CAIR disebut sebagai sebuah “suara dominan bagi komunitas Muslim Amerika.”
“Selalu ada sebuah pernyataan yang diterbitkan atas nama kami mengenai isu-isu dalam negeri dan internasional, baik untuk mengingatkan negara akan datangnya bulan puasa atau menolak tindakan terhadap orang-orang muslim di luar negeri,” kata Hammad kepada OnIslam.net.
“Saya menghormati pengabdian dan kerja keras mereka. Mereka melibatkan diri ke dalam politik nasional.”
Hammad mengatakan beberapa tantangan terbesar yang dihadapi CAIR antaranya adalah menangkal cara media Amerika menggambarkan komunitas Muslim.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
“Seluruh pengalaman Islam telah direduksi menjadi berita saat ini. Jika orang membiarkan pikiran mereka diarahkan oleh media Amerika, hal itu tidak hanya menjadi sebuah ketidakadilan untuk kami, tetapi dengan iman itu sendiri,” tambahnya.
Hammad mengatakan dia mengerti tantangan umat Islam terutama menyoroti liputan berita yang memihak.
“Ini akan menjadi sulit bagi CAIR bekerja melawan Islamofobia yang sedang berlangsung di media Barat,” katanya.
“CAIR bertujuan untuk menunjukkan bagaimana damai dan adil-nya agama kami, dan CAIRE juga membela hak kami untuk kebebasan beragama. Media melawan tujuan itu sehingga membuat CAIR bekerja lebih keras. ”
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Namun, Hammad mengatakan ia mengakui kemajuan organisasi itu.
“Mereka sudah ada jauh sebelumnya dan menjadi lebih mudah diakses melalui cabang-cabang setempat,” katanya.
CAIR memiliki 34 kantor di seluruh Amerika Serikat, memiliki staf yang beragam, termasuk sejumlah staf perempuan tingkat tinggi dan pemimpin, mualaf dan Muslim sejak lahir, dan orang-orang dari agama lain, termasuk Jacob Bender, direktur eksekutif CAIR cabang Philadelphia.
Bender adalah Yahudi pertama dan non-Muslim pertama yang ikut berperan dalam kelompok tersebut.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Beragam komunitas
Awad mengatakan, bukan hanya tanggungjawab masyarakat Amerika pada umumnya untuk membuka mata terhadap siapa Muslim sebenarnya. Hal itu juga menjadi tanggung jawab umat Islam untuk memastikan rekan-rekan sesama orang Amerika untuk melihat mereka sebagai anggota masyarakat yang terikat, damai dan produktif.
“Muslim Amerika membawa keragaman, dan kami ingin menghormati dan membela keberagaman itu,” kata Awad.
“Ini bukan sebuah kekurangan, tapi sebuah kelebihan. Kami mungkin organisasi Muslim yang paling beragam di negara ini.”
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
“Muslim Amerika harus berkomunikasi tentang masalah, kehadiran dan kontribusi mereka dengan melibatkan diri di semua tingkatan,” katanya.
Awad menambahkan bahwa mualaf dan orang-orang Muslim yang sejak lahir yang hidup di Amerika Serikat dapat berkontribusi besar terhadap masalah ini.
“Anda dapat melihat bahwa mualaf atau orang muslim sejak lahir dan dibesarkan (di Amerika) mempunyai banyak hal yang perlu dilakukan demi keberhasilan CAIR sebagai sebuah kisah sukses Amerika,” kata Awad.
“CAIR telah membantu para imigran dan orang-orang yang lahir di sini untuk bekerja sama. Hal itu merupakan rumus sukses dalam membela hak-hak Muslim, mematuhi hukum dan tradisi serta membuat umat Islam bangga.”
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Joyce Miller, yang menjadi mualaf pada tahun 2011, mengatakan, mereka yang memilih iman Islam, mungkin memiliki keuntungan lebih dari beberapa imigran Muslim ketika mereka datang untuk menghilangkan cap negatif.
“Kita dapat dengan mudah mengidentifikasi dengan rekan-rekan non-Muslim kami, karena kami terkena pengaruh budaya yang sama.Kami telah menghabiskan waktu bersama masyarakat. Dalam hubungan yang baik dengan orang lain dan menunjukkan kewarganegaraan yang baik, kita dapat mengambil contoh dari apa artinya menjadi Muslim Amerika,” katanya.
Setelah dua puluh tahun CAIR bekerja keras untuk memperbaiki kesalahpahaman, media yang memihak kurang memahami Islam, tetap menjadi masalah terbesar yang dihadapi Muslim Amerika. Berbahaya adanya media ekstrim yang menulis mnenyangkut Islam tidak dengan berkedalaman dan memberi latar belakang yang diperlukan.
“Realitas umat Islam saat ini adalah mereka hidup bahagia dan damai, mereka adalah pekerja keras, dan mereka adalah pelopor di bidang teknik, ilmu pengetahuan, seni dan pendidikan,” kata Awad. “(T/Poo9/P2)
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)