Cara Efektif “Gebuk” Israel dan Amerika

Oleh : Nurhadis, Wartawan MINA

Statement Presiden Serikat, para Rabu, (6/12) untuk memindahkan Kedutaan Besar AS di ke Yerusalem dan mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel, memicu kemarahan umat Islam di berbagai Negara. Malahan juga mendapat penolakan dari beberapa negara besar non muslim yang dikenal sebagai sekutu AS seperti Jerman, Perancis, Inggeris, Kanada.

Berbagai Negara khususnya negeri Muslim mengecam dan mendesak Trump mencabut keputusannya yang dianggap dapat merusak stabilitas keamanan dunia dan dapat memicu peperangan ini.

Aksi diadakan di berbagai Negara untuk mendukung Palestina, menolak keputusan Trump, termasuk di Indonesia, Jum’at (8/12) lalu. Ribuan masa yang diinisiasi Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Aqsa Working Group (AWG) dengan peserta dari berbagai Ormas, OKP, dan LDK mendatangi Kedutaan AS di Jakarta menuntut Trump mencabut keputusan tersebut.

Umat Islam Indonesia harus terus bergerak melakukan berbagai upaya menekan Israel dan Amerika untuk tidak sewenang-wenang mengotori negeri tempat kiblat pertama umat Islam ini berada.

Salah satu upaya efektif yang dapat dilakukan adalah dengan menginisiasi secara massif gerakan Boycotts, Divesment, and Sanction (BDS) di Indonesia. Saya melihat belum ada gerakan serius dari umat Islam terkait Jihad Boykot ini, padahal ini merupakan gerakan efektif untuk menghantam penjajah Zionis Israel.

Ketika Umat Islam aksi di depan Kedutaan Besar Amerika di Jakarta meneriakkan Boykot Israel dan Amerika, di saat yang sama, ada peserta aksi yang dengan sangat santai menenggak air mineral dari salah satu perusahaan yang dikenal sebagai pendukung besar Israel lewat kontribusinya itu.

Ada yang berpendapat gerakan ini tidak terlalu berpengaruh kepada Israel. Namun faktanya, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu geram terhadap gerakan BDS ini yang telah merugikan pemasukan Negara Israel.

Di AS, pemerintah federal dan pemerintah Negara bagian melakukan pendekatan konfrontatif terhadap BDS dengan menekan baik individu maupun lembaga yang mendukung gerakan tersebut sampai pada titik bertentangan dengan prinsip kebebasan berekspresi berdasarkan Konstitusi AS. Namun, tidak juga dapat mengurangi pengaruh global BDS.

Ada juga yang berpendapat, kalau mau , umat Islam harus cari solusi, produk apa yang bisa dipakai sebagai pengganti. menurut saya, justru dengan gerakan masif BDS inilah nanti akan menstimulan pengusaha-pengusaha muslim untuk menciptakan produk alternatif.

Indonesia, dengan jumlah muslim terbesar di dunia sudah selayaknya menjadi pemimpin gerakan BDS ini. Apalagi Indonesia atas prakarsa Aqsa Working Group (AWG) yang pada 4-5 Juli 2012 menggagas Konfrensi Al-Quds dan Palestina di Bandung yang dihadiri 20 negara yang menghasilkan beberapa poin diantaranya termaktub pada poin ke-tujuh yakni memrakarsai boikot produk-produk pendukung Zionis Israel.

Ini tentu menjadi Pekerjaan Rumah bagi Umat Islam di Indonesia yang sangat diharapkan bisa menjadi pemimpin gerakan pembebasan Masjid Al-Aqsha yang dengan sangat masif digali di bawahnya oleh Zionis untuk tujuan merubuhkan masjid yang menjadi saksi perjalanan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu A’laihi Wa Sallam tersebut.

Penulis melihat, gerakan boykot akan sangat efektif mematahkan upaya Israel bersama sekutunya untuk menguasai secara penuh tanah wakaf umat Islam yang di dalamnya terdapat Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama Umat Islam.

Gerakan BDS ini sebenarnya sudah ada sejak 2005. BDS adalah kampanye tanpa kekerasan memboikot Israel yang melalkukan penindasan kepada Bangsa Palestina. Gerakan ini sukses meraih dukungan luas di seluruh dunia.

BDS mengajak Konsumen untuk tidak membeli dan menggunakan barang atau jasa perusahaan internasional yang mensuport Israel dengan tujuan memberikan tekanan secara ekonomi kepada Israel. Dan gerakan ini sangat berdampak. Terbukti lima eksportir Israel dilaporkan menurun pendapatannya. Demikian juga produk Sodastream, Oxfam, Veolia, Pizzarotti, G4S yang turut mendukung Israel akhirnya kehilangan penghasilannya di Afrika Selatan dan Eropa.

Selain itu, BDS juga menggerakkan boikot akademik dan budaya Israel yang dilakukan dalam bentuk gerakan The Palestinian Campaign for the Academic and Cultural Boycott of Israel (PACBI). Gerakan ini diprakarsai oleh akademisi dan kaum intelektual Palestina yang meminta para akademisi internasional untuk memboikot semua lembaga budaya dan akademik Israel yang mendukung pendudukan Israel di tanah Palestina. Tujuan boikot ini mendesak Israel menghentikan penguasaannya atas tanah Palestina yang telah diduduki sejak 1967 dan mengembalikan hak-hak para pengungsi Palestina.

Gerakan boikot ini juga meminta para seniman, artis dan pembuat film internasional untuk menolak datang dan tampil di Israel. Tokoh-tokoh terkenal yang secara tegas mendukung gerakan ini diantaranya John Berger, Roger Water, Ken Loach, Judith Butler, Naomi Klein, Sarah Schulman, Aharon Sabtai, Iain Banks dan yang lainnya. Sedangkan beberapa tokoh yang secara terbuka menolak tampil di Israel dengan alasan politik seperti Mahmoud Darwish, Augusto Boal, Andre Brink, Vicenso Consolo dan  Nigel Kennedy. Beberapa tokoh budaya ada juga yang awalnya bersedia tampil di Israel lalu mengundurkan diri tanpa alasan seperti Bono, U2, Jean-Luc Godard, Snopp Dogg, dan Vanessa Paradis.

Kemudian Divestment atau menarik saham dan dana dari perusahaan yang terlibat  dalam pelanggaran hukum internasional dan HAM oleh Israel. Usaha ini telah berhasil mengguncang perusahaan Veolia and Alstom, Eden Spring, Mekorot dan Arms Trade. Dan terakhir BDS menganjurkan memberikan sanksi (Sanctions) kepada Israel yaitu dengan memutus hubungan militer, hubungan ekonomi dan diplomatik. Sanksi menjadi pukulan terakhir bagi Israel agar memperhatikan tuntutan dunia mengakhiri kebijakan apartheidnya.

Karenanya, gerakan BDS ini harus secara serius diinisiasi umat Islam khususnya di Indonesia agar dapat berdampak real. Usaha ini merupakan usaha nyata yang akan melemahkan Israel dan dengan cara ini diharapkan Israel tunduk dan tidak lagi sewenang-wenang terhadap bangsa Palestina.(A/B01/P1).

Mi’raj News Agency (MINA).

Wartawan: hadist

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.