Cara Memiliki Hati yang Sehat dalam Islam

Oleh: Widi Kusnadi, wartawan MINA

Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam bersabda:

ألَا وَإنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً: إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وإذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، ألَا وَهِيَ القَلْبُ (رواه البخارى)

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Al-Bukhari, dari sahabat Nu’man bin Basyir)

Dalam hadits di atas, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam menggunakan diksi “segumpal daging” untuk menyebutkan hati (qalbu).  Hal itu menunjukkan kepiawaian beliau dalam berkomunikasi, menyampaikan pesan sesuai tingkat pemahaman pendengarnya.

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah dalam kitabnya “Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam
menjelaskan makna hadits di atas bahwa kemampuan seseorang dalam beramal shaleh  dan kemampuannya untuk menjauhi keharaman, juga meninggalkan perkara syubhat (perkara yang samar hukumnya), itu semua tergantung pada baiknya hati.

Tubuh atau jasad hanyalah pelaksana yang menjalankan perintah dari hati. Apabila hati baik, maka anggota tubuh akan melakukan hal-hal menuju jalan kebaikan. Namun apabila hati buruk, anggota tubuh akan melakukan hal-hal menuju jalan keburukan.

Hati itulah sebenarnya yang menjadi pangkal keindaahan dan kemuliaan. Kunci keindahan yang sesunguhnya adalah kemampuan seseorang merawat serta memperhatikan kecantikan dan keindahan hati, yang akan tercermin dalam pikiran dan perilaku yang baik.

Imam Al-Ghazali menggolongkan hati ke dalam tiga kelompok, yaitu (qolbun shahih), hati yang sakit (qolbun maridh), dan hati yang mati (qolbun mayyit).

Seorang yang memiliki hati yang sehat, tak ubahnya memiliki tubuh yang sehat. Ia akan berfungsi optimal, mampu memilah dan memilih tindakan yang benar dan baik sesuai perintah Tuhannya. Setiap apa yang dilakukannya keluar dari hati sanubari yang jernih.

Hati yang bersih bisa diraih apabila orientasi hidup kita hanya ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ditandai dengan selalu mengharapkan kasih sayang-Nya (raja’) dan takut akan siksa-Nya (khauf).

إِنَّ اللّٰهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ (رواه مسلم)

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memandang rupa dan harta kamu, tetapi Dia memandang hati dan amalan kamu semua.” (HR. Muslim dari sahabat Abu Hurairah).

Imam An-Nawawi menjelaskan kata يَنْظُرُ  (memandang) maksudnya adalah memberi balasan atas amal perbuatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan balasan dan menghitung amal seseorang tidak berdasarkan tampilan fisik dan aksesorisnya namun berdasarkan hati (niat) dan amal perbuatannya.

Bagaimana memiliki hati yang sehat?

Al-Qur’an yang berfungsi sebagai pedoman hidup manusia menjelaskan sejumlah tanda-tanda hati seorang hamba dalam kondisi sehat. Ada beberapa ciri hati yang sehat sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

Pertama: hati yang selamat (qolbun salim), sebagaimana dalam firman-Nya, surah As-Syura: 89:  إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Imam As-Sa’di menjelaskan, hati yang selamat, maksudnya adalah hati yang terbebas dari syirik, keragu-raguan, keburukan, bid’ah dan dosa. Hati yang selamat adalah yang berpegang teguh kepada lawan-lawan sifat di atas, yaitu: ikhlas, yakin, cinta kepada kebaikan dan mengikuti petunjuk Allah dan rasul-Nya.

Kedua, hati yang tunduk dan khusyu’ mengingat Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Hadid: 16:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka) dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.“

Para ulama menjelaskan, orang yang hatinya sehat adalah mereka yang tidak meragukan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala, khusyuk berzikir dan beribadah, dan mematuhi kebenaran Al-Qur’an.

Orang yang hatinya sehat tidak akan mengikuti jalannya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengingkari sebagian hukum dalam kitabnya, menyembunyikan atau mengubah isinya, kemudian hati mereka menjadi keras karena tidak mematuhi peringatan rasul yang diutus untuk mereka. Akhirnya mereka menjadi orang fasik.

Ketiga, hati yang bergetar ketika disebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya di surah Al-Anfal ayat 2:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.”

Ibnu Katsir menjelaskan, yang dimaksud bergetar hatinya adalah, apabila disebut Allah gemetarlah hatinya karena takut kepada-Nya, lalu mengerjakan semua perintah­Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Imam As-Saddi meneybutkan, apabila ada seseorang yang berbuat aniaya (dosa) atau melakukan maksiat, lalu dikatakan kepadanya.”Bertakwalah kepada Allah!” maka gemetarlah hatinya dan membatalkan perbuatan maksiatnya.

Maka, beruntunglah orang-orang yang memiliki hati yang sehat, yaitu mereka yang senatiasa melakukan kebajikan dan segera bertaubat apabila berbuat keburukan. Bagi yang merasa hatinya masih sakit, teruslah berdoa kepada Allah Ta’ala, semoga Dia memberi petunjuk dan kemudahan kepada kita semua untuk dapat memiliki hati yang sehat.  Wallahu a’lam bis shawab. (A/P2/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.