Penyakit diabetes merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita terus meningkat dan tercatat saat ini mencapai 422 juta orang di dunia, empat kali lebih banyak dari pada 30 tahun lalu.
Sementara itu, Indonesia menduduki peringkat keenam penderita diabetes terbanyak (10,3 juta jiwa) setelah China (114,4 juta), India (72,9 juta), Amerika Serikat (30,2 juta), Brazil (12,5 juta), dan Meksiko (12 juta).
Seorang pakar kesehatan Islami dari Malaysia, Prof. Dr Ab Aziz Al-Safi Ismail saat ini sedang giat mengampanyekan pengobatan diabetes ke seluruh penjuru dunia. Dalam sebuah kesempatan mengisi di acara tablig akbar di Lampung, Ahad (28/4) wartawan MINA berhasil mewawancarainya. Berikut hasil wawancara:
MINA: Bagaimana Islam memandang penyakit manusia?
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Prof Ab Aziz: Dalam beberapa ayat Al-Quran disebutkan bagaimana manusia seharusnya menjaga kesehatan. Islam lebih mengedepankan tindakan pencegahan daripada pengobatan. Sebagai contoh dalam surah Al-Baqarah ayat 168 memerintahkan untuk mengonsumsi makanan yang halal lagi baik.
MINA: Bagaimana dengan kisah di zaman sahabat?
Prof. Ab Aziz: Sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhahu pernah ditanya oleh orang Yahudi. “Ada berapa ayat Al-Quran yang berbicara tentang kesehatan?”. Lantas ia menjawab, tidak perlu satu ayat, cukup setengah ayat Al-Quran sudah mempu menjawab seluruh masalah kesehatan. (lantas, Ali membacakan surah Al-Baqarah ayat 168 di atas).
MINA: Untuk penyakit Diabetes sendiri, bagaimana Islam memberi solusi?
Baca Juga: [BREAKING NEWS] Pria Amerika Bakar Diri Protes Genosida di Gaza
Prof. Ab Aziz: Untuk mencegah dan mengobati penyakit Diabetes secara menyeluruh, Islam memberi solusi tentang hal itu. Dari beberapa kajian yang kami pelajari, ada sembilan langkah Islami yang perlu dilakukan oleh pasien.
MINA: Apa saja sembilan hal itu?
Prof. Ab Aziz: Pertama Puasa, dengan puasa itu organ tubuh kita yaitu pankreas bisa beristirahat dalam bekerja. Hal itu menimbulkan kinerja pankreas dalam menghasilkan enzim-enzim kembali maksimal.
Puasa Ramadhan sangat membantu pasien dalam penyembuhan penyakitnya. Oleh karena itu Ramadhan bagi ummat Islam harus dimaksimalkan untuk mengambil hikmah, berkah dan manfaat darinya.
Baca Juga: MUI Gelar Forum Ukhuwah Islamiyah, Minta Presiden Jokowi Ganti Kepala BPIP
Selepas Ramadhan, pasien bisa membiasakan melanjutkan puasa dengan minimal dua kali dalam sepekan. Nah, Rasul kita memberi contoh puasa Senin Kamis.
Kedua, bekam. Dengan melakukan bekam secara benar, sesuai dengan kaidah medis dan syar’i, maka pengeluaran darah yang kotor dan pengeluaran racun (detoksifikasi) berjalan maksimal. Bekam ini menjadi hal yang utama untuk dilakukan, namun hal ini harus diikuti dengan langkah langkah lainnya.
Ketiga, menjaga pola makan. Sebagaimana perintah dalam Al-Quran untuk makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang. Makan dengan makanan yang halal dan thayib. Nah, khusus untuk penderita diabetes, kurangi makan protein hewani.
Keempat, masih tentang makan, yaitu mengurangi konsumsi karbohidrat. Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti nasi perlu dibatasi. Jika memungkinkan bisa makan makanan bersumber dari gandum karena itu rendah karbohidrat.
Baca Juga: [BREAKING NEWS] Yahya Al-Sinwar Terpilih Sebagai Kepala Biro Politik Hamas
Kelima, Olahraga. Minimal dua kali dalam sepekan hendaknya melakukan olahraga secara rutin. Jika tubuh kita keluar keringat secara teratur, maka itu juga sangat membantu penyembuhan penyakit, khususnya diabetes.
Keenam, Mengonsumsi madu. Dalam Al-Quran dijelaskan madu sangat bagus untuk tubuh manusia, membantu daya tahan tubuh terhadap penyakit, juga membantu mengoptimalkan kinerja organ-organ vital di dalam tubuh, terutama pencernaan.
Ketujuh, konsumsi buah nanas, tapi menghindari buah anggur
Kedelapan, Konsumsi Habbatus Sauda, ini juga membantu penyembuhan semua penyakit, termasuk Diabetes.
Baca Juga: Ismail Haniyeh Dikabarkan Terbunuh di Iran
Kesembilan, kurangi frekwensi makan. Biasanya kita orang Indonesia atau Malaysia terbiasa makan tiga hingga empat kali sehari. Untuk penderita Diabetes, pola makannya adalah dua kali sehari.
MINA: Untuk pasien non Muslim apakah bisa melakukan hal yang sama.
Prof. Ab Aziz: Ya, bisa, hanya untuk puasa, mereka bisa melakukannya dengan cara ketika bangun pagi tidak makan (sarapan), hingga nanti pada siang atau sore haru baru makan. Durasi puasa itu kan sekitar 12 hingga 13 jam saja. Jadi bisa diatur jadwal makannya.
MINA: Bagaimana dengan puasanya orang-orang yang tinggal di wilayah sub tropis, puasa mereka lebih panjang, apakah mengganggu?
Baca Juga: Breaking News: Ledakan Dahsyat Guncang Tel Aviv
Prof. Ab Aziz: Oh tidak. Kalau secara medis, tubuh manusia mampu bertahan tanpa makanan dan minuman selama 36 jam, sepanjang-panjangnya puasa kan nggak sampai sepanjang itu kan. Insya Allah tidak masalah puasa ummat Islam di sana dari sisi upaya penyembuhan diabetes.(P2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Iran Alami Kecelakaan Helikopter di Azerbaijan Timur