Oleh: Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim,MA., Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional
Saya ingin menyampaikan beberapa catatan terkait dengan kasus ceramah Pendeta Gilbert yang sudah menyinggung perasaan dan melukai, khususnya umat Islam terkait dengan zakat dan shalat.
Pendeta memang sudah menemui Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla di rumah kediamannya. Jusuf Kalla didampingi sejumlah pengurus DMI dan tokoh umat Islam.
Setelah itu, Pendeta Gilbert berkunjung ke kantor MUI dan ditemui oleh sejumlah pengurus harian MUI.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Pendeta Gilbert disamping menjelaskan tidak ada maksud untuk melecehkan dan menyakiti umat Islam, juga menyampaikan permohonan maaf.
Dia lakukan itu, tentu setelah banyak kalangan yang mengecam ceramahnya, dan bahkan sudah ada yang mengajukan kasus ini ke yang berwajib untuk dipersoalkan secara hukum.
Berikut catatan saya:
1. Permintaan maaf sudah disampaikan secara langsung saat bertemu ketua umum DMI dan MUI. Sepanjang yang saya tahu, baik DMI maupun MUI sudah menerima permintaan maafnya, sambil mengingatkan jangan mengulangi kesalahan lagi.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Jika ada elemen masyarakat yang kemudian mempersoalkan secara hukum, maka langkah ini harus dipahami sebagai hak konstitusional warga. Dan pihak yang berwajib, berkewajiban menindak lanjuti laporan penistaan ini secara hukum.
2. Menelusuri jejak digital yang tersedia, Pendeta Gilbert ini, paling tidak tahun kemarin setelah munculnya persitiwa Oktober di Gaza, juga membuat statement yang banyak kalangan menilai sebagai sikap pro-Israel.
Ini diperkuat dengan foto Pendeta Gilbert yang memegang bendera Israel dan bendera Indonesia yang akhir-akhir ini viral. Foto ini sangat kuat membangun kesan dukungan Pendeta Gilbert terhadap ide perlunya hubungan diplomatik Israel-Indonesia.
3. Dalam sebuah statement videonya di Tik Tok dengan judul “Bintang Daud” dan video Youtube dengan judul “Seruan Damai Israel & Palestina” misalnya, tampak jelas kesan kuat pandangannya yang sinikal terhadap sikap Indonesia.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
“Ketika Palestina kirim roket, Indonesia tidak pernah bicara gencatan senjata. Indonesia bicara gencatan selalu setelah Israel kirim roket.” Di bagian lain, Pendeta Gilbert juga meragukan sikap Indonesia dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah Indonesia jujur, benar-benar mau perdamaian?”
4. Masih ada sejumlah rekaman videonya yang membahas isu Palestina-Israel yang perlu dipelajari terkait dengan siapa sebetulnya Pendeta Gilbert ini. Yang jelas, kecaman sudah banyak dilakukan oleh masyarakat sejak Oktober tahun lalu hingga beberapa hari terakhir ini.
Saya berpandangan, meskipun pendeta Gilbert sudah memberikan penjelasan dan minta maaf, dan semua penjelasan dan permintaan maafnya sudah dilakukan. Akan tetapi tetap pendeta ini perlu dipantau terutama terkait dengan pandangan dan sikapnya dalam hal Palestina-Israel.
Jangan sampai, ada tokoh agama yang justru kontra produktif terhadap pemihakan bangsa dan negara Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina. (A/RS2/RI-1)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Mi’raj News Agency (MINA)