Cendekiawan Islam Aljazair Serukan Boikot Negara yang Langgar Kesucian Agama

Orang-orang melakukan protes terhadap pembakaran Al Quran di Swedia. (Foto: Anadolu Agency)

Aljir, MINA – Ketua Asosiasi Ulama Muslim (Cendekiawan Islam), Abdul-Razzaq Qassoum, menekankan bahwa boikot politik, ekonomi dan budaya terhadap negara-negara yang mengizinkan serangan terhadap kesucian Islam harus dilaksanakan.

Ia juga mengkritik mereka yang hanya mengutuk manifestasi Islamofobia dan serangan terhadap tempat suci agama, seperti pembakaran salinan Al-Quran di Swedia dan Belanda dengan dalih kebebasan berekspresi.

Qassoum mengatakan kepada Anadolu pada Rabu (25/1) bahwa puas dengan kecaman adalah ‘senjata bagi yang lemah’.

“Yang penting dalam situasi ini adalah bagaimana dunia Islam bereaksi,” kata Sheikh Qassoum, yang mengungkapkan kemarahannya bahwa tindakan seperti itu dibiarkan terjadi.

“Respons Islam kurang bersemangat dan lemah dan tidak memenuhi tingkat yang disyaratkan. Apa yang dituntut dari umat Islam sekarang, baik penguasa maupun rakyat, adalah memutuskan hubungan, membatalkan perjanjian, memboikot barang, dan sebagainya,” ujarnya.

Semua ini, katanya, untuk mempertahankan iman, Islam, prinsip, dan persatuan.

“Muslim semakin dekat dengan agama mereka dan agresi ini menunjukkan bahwa mereka yang menyerang kesucian takut akan Islam yang benar, dan ini membuat kami lebih berkomitmen pada Islam dan posisi kami,” ucapnya.

Terlepas dari serangan yang tidak dapat diterima ini, Qassoum meminta umat Islam untuk tidak menanggapi pelecehan dengan pelecehan.

“Islam memberi kita disiplin, dan Al-Quran mengatakan, ‘Jika kamu mengangkat tanganmu untuk membunuhku, aku tidak akan mengangkat tanganku untuk membunuhmu, karena aku takut kepada Allah – Tuhan semesta alam’,” kata Syeikh.

Namun, walau dalam Alquran juga mengatakan, ‘Jika ada yang menyerang Anda, balaslah dengan cara yang sama,’ Syekh mengatakan bahwa dia tidak mendukung pembakaran kitab suci mana pun sebagai pembalasan.

“Tapi saya mendukung penggunaan boikot ekonomi, politik dan budaya sebagai senjata. Ini adalah hak kami dan ini yang harus kami lakukan sampai mereka meminta maaf,” tambahnya. (T/R6/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: siti aisyah

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.