Tunis, 03 Jumadil Akhir 1435/02 April 2014 (MINA) – Para cendekiawan Universitas Tunisia melakukan kampanye larangan menjalin hubungan budaya dan akademik dengan Israel.
Press TV yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Rabu (02/04) melaporkan, kampanye ini digelar di ibukota Tunis, diikuti para cendekiawan terdiri dari para sarjana, tokoh masyarakat dan kalangan intelektual lainnya. Pada kampanye tersebut juga dilakukan penandatanganan piagam larangan kerjasama dengan Israel.
Fawzi Aloui, sarjana dari Universitas Tunis mengatakan, bahwa harus ada larangan pada setiap upaya untuk menjalin hubungan resmi atau tidak resmi dengan Zionis atau pun untuk penelitian ilmiah, kajian budaya serta koordinasi akademis.
Kampanye ini telah dipuji oleh mahasiswa dan warga pada umumnya yang menyerukan kriminalisasi hubungan dengan Tel Aviv.
Baca Juga: Demonstrasi Protes Krisis Air dan Listrik di Madagaskar, Lima Orang Tewas
“Kami mengajarkan nilai-nilai penting untuk mahasiswa kami. Musuh yang sebenarnya adalah Zionis dan harus menutup hubungan dengannya,” kata Mohamed Naceur dari Universitas Jendouba.
Perlu diketahui, Tunisia sudah sering menyayangkan dan mengutuk sikap pasif dari beberapa negara di Timur Tengah terhadap tragedi di Palestina yang dijajah Zionis Israel.
Bulan lalu, Tunisia mengadakan demonstrasi di ibukota menentang kejahatan Israel di wilayah Palestina yang diduduki.
Para pengunjuk rasa membakar bendera Israel dan meneriakkan slogan-slogan anti Zionis, dan menyerukan protes nasional terhadap Zionisme.
Baca Juga: Mandla Mandela Bergabung dengan Kapal Global Sumud Flotila ke Gaza
Pada Januarui lalu para cendekiawan, politisi, mahasiswa dan aktivis telah berpartisipasi dalam konferensi internasional di Tunis, ibukota Tunisia untuk mendukung front perlawanan terhadap rezim Zionis Israel.
Konferensi dua hari tersebut digelar menjelang ulang tahun ketiga revolusi rakyat Tunisia. Selama konferensi, para peserta menjelaskan bahaya normalisasi hubungan dengan Israel dan mengecam pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh rezim Zionis terhadap Palestina.
Beberapa cendekiawan dalam konferensi tersebut menganggap kejahatan Israel terhadap Palestina sebagai strategi untuk menduduki lebih banyak wilayah guna memaksakan “Kehadiran Zionis” di seluruh negara Arab.
Mereka meyakini bahwa kerusuhan politik di kawasan memberikan kesempatan bagi Israel untuk melakukan kejahatan yang lebih banyak di Palestina.
Baca Juga: HUT RI ke-80 di Kenya Pererat Persatuan dan Diplomasi Budaya
Para cendekiawan menyatakan keprihatinan mereka atas sikap sejumlah negara Arab yang menormalisasi hubungan dengan Israel. Mereka menilai kebijakan tersebut sebagai bahaya nyata.
Pada tanggal 4 Januari juga, sebanyak 105 anggota parlemen Tunisia memberikan suara mendukung terhadap rancangan undang-undang yang akan mengkriminalisasikan setiap hubungan negara itu dengan Israel.
Tunisia adalah negara kecil yang terletak di kawasan Afrika Utara. Tunisia merupakan Negara Islam. Negara yang bersebelahan dengan Al-jazair dan Libya ini pernah di jajah oleh Perancis kurang lebih 75 tahun.
Tunisia aktif dalam Organisasi Konfrerensi Islam (OKI), dan ikut menentukan pengambilan keputusan tentang kebijakan-kebijakan diplomasi Timur Tengah, terutama yang menyangkut konflik di Timur Tengah, khususnya konflik Palestina dan Israel (T/P07/EO2)
Baca Juga: Sudan Selatan Bantah Terlibat Rencana Pemindahan Warga Gaza
Mi’raj Islamic News agtency (MINA)















Mina Indonesia
Mina Arabic