Beijing, MINA – China telah menutup tiga masjid di kota Weishan, provinsi Yunnan, milik Muslim Hui, karena dituding menyelenggarakan “pendidikan agama yang ilegal,” lapor South China Morning Post, sebuah media yang berbasis di Hong Kong.
Sebuah video yang didistribusikan harian lewat situs webnya menunjukkan belasan petugas polisi berseragam yang saling berhadapan dengan jamaah Muslim Hui, yang berusaha mencegah penutupan masjid, lapor Anadolu Agency yang dikutip MINA, Rabu (2/1).
Tidak diketahui apakah pasukan keamanan menahan mereka. Video itu juga menunjukkan bahwa pintu masjid dirantai dan disegel. Namun begitu, tidak ada rincian tentang nama masjid yang ditutup tersebut.
Menurut People’s Daily China, lewat pernyataan resmi pemerintah daerah Weishan mengatakan polisi berkoordinasi dengan Komite Urusan Etnis dan Agama Kabupaten Weishan melakukan razia ke desa-desa Huihuideng, Sanjia dan Mamichang untuk “melindungi stabilitas dan harmoni di kawasan agama.”
Baca Juga: Rudal Korea Utara Berhasil Hantam Ukraina
Diperkirakan 700.000 Muslim Hui China tinggal di provinsi Yunnan. Kelompok Muslim di China terdiri dari 10 dari sekitar 56 etnis minoritas.
Kelompok tersebut adalah Hui, Uyghur, Kirgistan, Kazakh, Tajik, Tatar, Uzbek, Salars, Bao’ans, dan Dongshiangs. Mayoritas dari mereka tinggal di China bagian utara dan barat laut.
Pada November tahun lalu, pemerintah kota Weizhou di daerah otonomi Ningxia Hui, China akhirnya bermaksud menghancurkan Masjid Raya Weizhou, namun gagal karena ratusan umat Muslim dari etnis Hui melakukan protes dan menghalang-halangi.
Ratusan orang itu bergerombol dari tengah hari hingga larut malam di sebuah lapangan di luar Masjid Raya Weizhou, yang memiliki sembilan kubah dan empat menara itu. Pemimpin daerah setempat mendatang masjid itu pada tengah malam dan meminta warga untuk pulang.
Baca Juga: Jepang Siapkan Perawatan Medis untuk Warga Gaza
Menurut sumber yang dekat dengan pemerintah Ningxia mengatakan, setelah melakukan negosiasi selama beberapa hari dengan para tokoh agama, pemerintah akhirnya sepakat tidak akan menghancurkan masjid itu.
Pemerintah setempat hanya meminta agar delapan kubah masjid itu dibongkar. Sayangnya belum diperoleh pernyataan resmi dari komite Partai Tongxin dan pemerintah setempat.
Seorang warga Weizhou yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, dia sudah mendengar rencana alternatif itu. Namun, sebagian besar umat Muslim di Weizhou menolak rencana pembongkaran delapan kubah masjid itu.
Masjid itu selesai dibangun tahun lalu untuk menggantikan masjid lama bergaya arsitektur China yang sudah berusia 600 tahun. Masjid tersebut hancur di masa Revolusi Kebudayaan bersama ribuan kuil, gereja, dan biara di seluruh wilayah China.
Baca Juga: PBB: Warga Afghanistan Jadi Kelompok Pengungsi Ilegal Terbesar Kedua
Rencana pemerintah ini memicu kemarahan warga Muslim Hui yang mempertanyakan mengapa pemerintah tidak menghentikan pembangunan masjid jka dianggap tidak memenuhi persyaratan perizinan.
Warga juga mempertanyakan mengapa pemerintah menunggu selama dua tahun hingga masjid itu berdiri dan kemudian berencana menghancurkannya.
Selama berpuluh tahun, warga Muslim Hui sebenarnya menikmati kebebasan dalam menjalankan agamanya. Namun, represi yang dilakukan pemerintan China terhadap etnis Muslim Uighur di Xinjiang, maka warga Hui ikut terkena getahnya. (T/B05/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kebakaran Pesawat Korea Selatan, Tujuh Orang Terluka