Lampung Selatan, MINA- Kecintaan dan perjuangan pembebasan yang dilakukan umat Islam terhadap Masjid Al Aqsa harus didasari keilmuan yang kuat bukan hanya sekedar belas kasihan.
Demikian dikatakan Prof. Dr. Abd Al Fattah Al-Awaisi pada Daurah Akbar Internasional Baitul Maqdis di Masjid An-Nubuwwah Komplek Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al Fatah Muhajirun, Lampung Selatan, Jumat (22/1).
Cinta Kita terhadap Masjid Al-Aqsa selama ini baru atas dasar belas kasihan belum atas dasar ilmu. “Semua warga Indonesia cinta terhadap Al-Aqsa, pertanyaannya apakah sudah didasari dengan ilmu?” tanyanya.
Prof Al-Awaisi kemudian bertanya kepada peserta daurah berapa banyak perguruan tinggi di Indonesia yang mempelajari tentang Al-Aqsa. Dari ribuan madrasah di Indonesia, berapa banyak yang mempelajari tentang Al-Aqsa,” tanya Profesor Guru Besar Bidang Baitul Maqdis ini.
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
Karenanya Prof Al-Awaisi mengajak umat Islam untuk membuktikan cintanya terhadap Masjidil Aqsa dengan memulai mengajarkan tentang Aqsa walaupun satu ayat.
“Ayo kita mulai dari madrasah-madrasah walaupun hanya satu ayat atau satu Hadits harus disampaikan. Guru boleh mengajarkan tentang Al-Aqsa di sekolah-sekolah, “katanya.
Prof El-Awaisi juga menekankan pentingnya memiliki keilmuan tentang Al-Aqsa.
“Kenapa Al-Aqsa masih terjajah? karena pikiran kita umat Islam masih terjajah. Penyebab sakitnya muslimin karena malasnya belajar, sakit pikirannya atau intelektualnya,” katanya.
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas
Hal ini menurut Prof bisa dibuktikan dari banyaknya tulisan-tulisan yang dibuat oleh zionis untuk merusak intelektual intelektualitas umat Islam.
“Saya mempunyai mahasiswa yang membuat sebuah tulisan. Ketika saya tanya sumbernya dari mana dia katakan dari perpustakaan. Setelah saya teliti ternyata tulisan tersebut tulisan karya zionis. Ini bukti kita masih terjajah secara pikiran,” tutupnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama