Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CINTA DUNIA HALANGI KITA PAHAMI AL-QUR’AN

Admin - Ahad, 14 September 2014 - 10:27 WIB

Ahad, 14 September 2014 - 10:27 WIB

940 Views ㅤ

rasil-300x221.jpg" alt="pengajian-rasil" width="300" height="221" /> Seminar menangkap kecerdasan al-Quran di Kalimanggis Bekasi. Foto: MINA

Jakarta, 19 Dzulqa’dah 1435/14 September 2014 (MINA) – Cinta dunia akan menghalangi kita untuk mengenal dan memahami makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an, kata pimpinan Quranic Intelligence Center, Doddy Syihab.

“Cinta dunia itu di dalamnya ada bangga dengan jabatan, kekuatan, harta, semuanya akan menghalangi kita memahami AlQur’an,” katanya kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di sela-sela acara Milad Radio Silaturrahim, di Cibubur.

Menurut dia,  selama cinta dunia tidak kita lepaskan dari hidup kita, kita tidak hanya tidak dapat memahaminya tetapi juga tidak mendapatkan kecerdasan yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Dalam seminar  yang berjudul “Menangkap Kecerdasan Al-Qur’an” dia menyebutkan cinta dunia yang dalam istilahnya dinamakan “ekor” harus dibuang dalam diri manusia, karena jika tidak, seseorang tidak akan mendapatkan kecerdasan Al-Qur’an.

Baca Juga: Walikota Banda Aceh Ancam Cabut Izin Usaha Jika Melanggar Qanun Syariat

“Kecerdasan Al-Qur’an membuat kita memahami setiap sandi-sandi dan makna dalam Al-Qur;an dari Surah Al-Fatihah sampai Annas,” katanya.

Doddy berpendapat,  semua orang bisa mendapatkan kecerdasan apabila mereka meninggalkan apa yang dinamakan ekor tadi, karena jika itu tetap ada dalam diri manusia akan sulit untuk meraih kecerdasan Al-Qur’an.

“Karena ekor yang ada dalam diri manusia membuat orang malas untuk belajar, memahami dan mempraktekkan Al-Qur’ad dalam hidupnya,” katanya.

Untuk mengetahui dalam diri kita masih terdapat cinta dunia, katanya, sangat mudah. Jika kita malas belajar Al-Qur’an, dengan alasan tidak punya teman, karena bangga dengan gelar, kedudukan menyebabkan ia tidak mau mendalami kandungan sumber petunjuk Allah, merupakan tanda kita belum terlepas dari “ekor” kita.

Baca Juga: Indonesia Perkuat Dukungan untuk Palestina Lewat Diplomasi Budaya

Dia menyayangkan manusia yang kebanyakan sudah merasa cukup dengan membaca dan mendengar Al-Qur’an tanpa mempelajari, memahami dan mengajarinya kepada orang lain. Padahal, menurutnya ada proses seseorang dikatakan berhasil memperoleh menangkap kecerdasan itu dengan beberapa tahapan.

“Tahapan yang harus dimiliki seseorang adalah didengar, dibaca, diartikan, dimaknai, diterapkam, diajarkan dan dihafalkan/dijaga/dipelihara/.

Dia menambahkan, Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai sumber petunjuk manusia, jadi menurut dia  “tidak mungkin, hanya Allah yang tau makna sandi-sandi yang terdapat dalam Al-Qur’an“. (L/P004/R01)

 

Baca Juga: Idul Adha Sudah Dekat, FDP Ajak Muslimin Qurban Tepat Sasaran

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
MINA Preneur
Kolom
Indonesia
Indonesia