Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cities4Forests Dukung Pemerintah DKI Terapkan Solusi Berbasis Alam untuk RTH Jakarta

Rana Setiawan - Kamis, 7 Juli 2022 - 12:26 WIB

Kamis, 7 Juli 2022 - 12:26 WIB

8 Views

Jakarta, MINA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan inisiatif Cities4Forests telah mengintegrasikan pendekatan Solusi Berbasis Alam (Nature-based Solution/NbS) dalam program- program penanggulangan masalah yang dihadapi warga Jakarta, termasuk banjir dan polusi udara.

Pendekatan NbS kerap diterapkan di kota-kota di seluruh dunia untuk memperkuat peran alam dalam pembangunan infrastruktur penunjang perkotaan.

“NbS merupakan pendekatan yang mengedepankan penguatan peran alam sebagai upaya mitigasi berbagai bencana alam dan dampak krisis iklim lainnya,” tutur Yudhistira Pribadi, Ahli Hidrologi WRI Indonesia untuk Cities4Forests dalam kegiatan Konsultasi Publik dan Jelajah Taman bertema ‘Pemanfaatan Solusi Berbasis Alam untuk Warga Jakarta’ pada Rabu (6/7).

Dia mengatakan, NbS memungkinkan pendekatan menyeluruh sehingga menghasilkan beragam manfaat secara bersamaan.

Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!

“Hal ini sangat penting mengingat perkotaan sering kali memiliki lahan yang sangat terbatas,” ujar Yudishtira.

Saat ini, dinas terkait di Provinsi DKI Jakarta telah memiliki program NbS, yakni integrasi fungsi alam berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) multifungsi yang tidak hanya memberikan fungsi rekreasi, tetapi juga dapat membantu pengelolaan banjir dan meningkatkan kualitas udara.

Ada lebih dari 90 RTH yang memiliki kolam resapan yang berfungsi mengelola air saat curah hujan tinggi.

Ada pula taman-taman yang dikembangkan dengan pendekatan NbS, seperti Tebet Eco Park, Taman Langsat, TMB Dukuh, Taman Puring, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Sore Hari Ini

Taman Langsat memiliki kolam retensi yang dapat mengurangi risiko banjir. Pada kondisi normal, kolam retensi akan kering sehingga dapat menjadi saran rekreasi warga yang berkunjung ke taman. Namun, apabila curah hujan tinggi dan melebihi kapasitas sungai, kolam retensi akan tergenang dan menampung limpasan air hujan tersebut.

Selain itu, kawasan taman yang terjaga juga mendukung kehidupan berbagai keanekaragaman hayati di dalamnya.

“Kami sudah punya program terkait bagaimana green and blue infrastructure terintegrasi ke dalam sebuah tempat, dan bagaimana mengoptimalkan aset yang kita punya serta berkolaborasi dengan stakeholder terkait dan komunitas,” tutur Hendrianto, Kepala Seksi Perencanaan Bidang Pertamanan, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta.

Dia menjelaskan, kolam retensi, water storage dan flood storage kami terapkan di banyak taman-taman kecil di sekitar Jakarta.

Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online

Selain itu, NbS juga diterapkan Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta untuk berbagai infrastruktur pengendalian banjir yang sedang dikembangkan.

“Saat ini kami sedang merevitalisasi polder, waduk, dan sungai dengan menerapkan konsep NbS di dalamnya, yang tidak hanya berfungsi mengendalikan banjir tetapi juga menjadi ruang publik untuk aktivitas masyarakat,” tutur Maman Supratman, Sub Koordinator Urusan Perencanaan di Bidang Pengendalian Banjir dan Drainase, Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta.

Melalui program kerja sama dengan Cities4Forests, dia menyatakan pihaknya dapat melihat dan mengerti aspek hidrologi serta wilayah-wilayah yang memiliki potensi implementasi konsep NbS, terutama untuk penangan penanganan banjir.

Di sisi lain, implementasi NbS juga telah dilembagakan melalui beberapa peraturan terkait seperti Peraturan Gubernur No. 17 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Hutan Kota.

Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan

Manfaat NbS juga telah dirasakan oleh berbagai kota di dunia.

Di Singapura misalnya, transformasi dilakukan dengan mengembalikan aliran sungai alami sehingga menciptakan dataran banjir yang mampu menampung air lebih besar saat hujan.

Selain itu, konsep Sponge Cities di Tiongkok berupaya menyediakan ruang lebih luas agar air hujan bisa terserap ke dalam tanah sebelum dialirkan ke saluran drainase.

Sejak 2018, DKI Jakarta telah tergabung dalam inisiatif Cities4Forests, koalisi yang mendorong pembelajaran peer-to-peer untuk meningkatkan hubungan antara kota dengan hutannya, memberikan dukungan teknis berkaitan dengan perumusan kebijakan lokal, serta aktivitas komunikasi lainnya.

Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal

Kota Jakarta adalah salah satu kota dari lebih dari 70 kota di enam benua di seluruh dunia yang tergabung di Cities4Forests.

Direktur Program WRI Indonesia Arief Wijaya menjelaskan, dukungan yang telah diberikan Cities4Forests kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta antara lain adalah melakukan pemetaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), inventarisasi pohon, kajian terkait banjir, serta peningkatan kapasitas terkait pendekatan Solusi Berbasis Alam.

“Pendekatan NbS sangat berpotensi untuk diterapkan di kota lain di Indonesia, dengan berbagai penyesuaian yang dicocokkan dengan kondisi kota masing-masing,” kata Arief.

Saat ini sudah ada delapan kota di Indonesia yang kami dukung, yakni Jakarta, Semarang, Manokwari, Jayapura, Pekanbaru, Medan, Balikpapan, dan Denpasar.

Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas

“Kami dari WRI Indonesia dan Cities4Forests siap membantu kota-kota lainnya yang ingin memperkuat hubungan antara kota dengan alam di sekitarnya,” pungkas Arief.(L/R1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Kolom
Kolom
Khadijah