Semarang, MINA – Center of Human Excellence and Diversive (CoHesive) mempersembahkan The 1st Youth Diversity Forum 2023 atau Forum Kebhinekaan Pemuda Pertama 2023 pada Kamis, 07 September 2023, di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Kegiatan yang mengambil tema “Raising Interfaith, Independence and Interconnection Movement Towards Harmony Within Diversity (Menggalang Gerakan Lintas Agama, Kemandirian dan Interkoneksi Menuju Harmoni Dalam Kebhinekaan)” ini diselenggarakan oleh CoHesive bekerja sama dengan Milenial Untuk Pertahanan Keamanan (MAPAN) dan Forum Dirgantara Muda.
Selain itu, didukung ASEAN Youth Organization, PW Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI) Jawa Tengah, Ikatan Alumni ITB, Ikatan Alumni Jerman, Ikatan Alumni Program Habibie, Yayasan Rumah Cahaya Kebaikan, serta Lembaga Kursus dan Pelatihan Eunoia.
Founder CoHesive yang juga Ketua Umum Forum Dirgantara Muda, Ahmad Arafat Aminullah, menyampaikan forum ini menjadi momentum untuk mengajak simpul-simpul kebangsaan generasi muda bersama-sama membagi peran dalam menghadapai berbagai tantangan eksistensial di masa-masa tak menentu dan berwarna multi-krisis di masa yang akan datang.
Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online
“Forum Kebhinekaan Pemuda ini menjadi tonggak sejarah baru untuk mengkolaborasikan, mengharmonisasikan, dan mengkoordinasikan simpul-simpul kebangsaan pemuda agar ke depan Indonesia makin maju, berjaya dan berdaulat,” ujar Ahmad Arafat saat memberikan sambutan pada The 1st Youth Diversity Forum 2023 di Semarang, Kamis (7/9).
Dia menjelaskan, forum tersebut juga memiliki tujuan utama membangun dialog dan pemahaman, serta meningkatkan nilai toleransi dan saling pengertian antar umat beragama di Indonesia dan mancanegara.
“Diharapkan melalui kegiatan ini, berbagai konflik berlatar belakang penistaan dan kebencian terhadap agama atau aliran kepercayaan, termasuk pelanggaran HAM terhadap pemeluk agama atau penganut aliran kepercayaan, dapat diminimalkan di masa depan,” pungkasnya.
Forum Kebhinekaan Pemuda yang pertama kali digelar ini dihadiri tokoh nasional, pemuka agama dan tokoh pemuda terkemuka yang menjadi pembicara kunci dan narasumber dari berbagai latar belakang. Di antaranya sebagai pembicara kunci yakni Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, M.B.A. (Wakil Presiden RI Ke-10 dan Ke-12, Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia, Ketua Umum Palang Merah Indonesia Pusat); Jenderal TNI Dr. H. Dudung Abdurachman, S.E., M.M. (Kepala Staf TNI Angkatan Darat); dan Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. (Imam Besar Masjid Istiqlal, Rektor Universitas Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an/PTIQ).
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Adapun Narasumber yang hadir di antaranya pada Panel Diskusi pertama bertema “Kerukunan Umat Beragama Sebagai Landasan Ketahanan Nasional” menghadirkan Dr. H. Imam Addaruqutni, M.A. (Sekretaris Jenderal PP DMI, Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas PTIQ, Jakarta); R.D Yohanes Rasul Edy Purwanto, Pr. (Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang); Wilianto Tanta (Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia/PSMTI), dan Mohamed Imran Mohamed Taib (Founder the Centre for Interfaith Understanding Singapore).
Selanjutnya, pada Panel Diskusi kedua bertema “Semangat Persatuan dan Kesatuan Antar Bangsa Dalam Perspektif Pertahanan” menghadirkan narasumber Ulta Levenia (Founder Milenial Untuk Pertahanan Keamanan/MAPAN); Gembong Primadjaja (Ketua Umum Ikatan Almuni ITB); Ismail Fahmi (Founder of Drone Emprit and Media Kernels Indonesia), dan Andi Fahrurrozi (Direktur Utama GMF Aero Asia).
Pada Panel Diskusi Ketiga bertema “Peran Pemuda Dalam Meningkatkan Kesadaran Semangat Persatuan dan Kesatuan”, menghadirkan narasumber selain Ahmad Arafat Aminullah, yakni Catur Gunandi (Enterprenuer dan Owner-Founder CGlinkCoorp88), dan Billy Mambrasar (Pendiri Yayasan Kitong Bisa dan Staf Khusus Presiden).
Kegiatan ini melibatkan kurang lebih 200 peserta hadir secara luring, dan 300 peserta hadir secara daring, yang berasal dari para pemangku kepentingan yang memiliki perhatian dan berkepentingan terhadap kegiatan kebhinekaan dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia serta negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
Peserta yang hadir antara lain dari Pegiat Organisasi Masyarakat Keagamaan, Penggiat Organisasi Kepemudaan, Akademisi dan peneliti/sektor nirlaba dan LSM, Instansi pemerintah dan Media massa.
Realitas penduduk Indonesia yang majemuk dan plural menunjukkan bahwa kerukunan antar umat beragama mutlak diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dapat kita promosikan kepada dunia internasional sebagai nilai tambah dan kearifan nasional bangsa Indonesia yang memiliki Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa.
Apalagi Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sekaligus menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (AS) dan Republik India.
Indonesia juga memiliki peran penting dan pengaruh besar di dunia internasional. Hal ini terbukti dari fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu anggota dan memimpin Group of Twenty (G20), Non Alignment Movement (NAM) atau Gerakan Non Blok, dan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).(L/MR/R1/P1)
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama