Covid-19 di Banyumas Belum Terkendali, Tiap Hari Tiga Penderita Meninggal

, MINA – Wabah di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, masih sulit dikendalikan. Bahkan tiap hari rata-rata ada tiga kasus kematian yang berarti lebih tinggi dari tingkat nasional.

Kepala Dinas Kesehatan Banyumas, Sadiyanto mengatakan, jumlah total kasus positif saat ini sudah mencapai 5.070, yang sembuh ada 4.318 orang, dan meninggal dunia 231orang.

“Reproduksi virus 0,79 persen atau dibawah 1 persen, positivity rate 12,8 persen,” ujar Sadiyanto kepada awak media, Kamis (7/1).

Angka mortality (angka kematian) di Banyumas adalah 4,6 persen, atau mendekati standar maksimal WHO, yaitu 5 persen.

“Jika bisa ditekan itu lebih bagus, pembanding kita adalah provinsi 4,0 persen, sementara mortality nasional 3,0 persen dan mudah-mudahan bisa ditekan lagi,” terangnya.

Kata dia, seseorang dinyatakan positif Covid-19 tidak masalah, yang terpenting tidak sampai meninggal. Dia berharap masyarakat segera memeriksakan ke rumah sakit jika mempunyai gejala.

Rumah Sakit di Banyumas juga berupaya agar pasien positif mendapatkan terapi plasma darah.

Pemkab telah berkordinasi
dengan rumah sakit, untuk mendata dan mengedukasi setiap pasien covid yang
sembuh agar menjadi pendonor plasma.

Di Kabupaten Banyumas sendiri baru ada lima rumah sakit yang bisa melayani terapi plasma, yakni RS Margono, RS Ajibarang, RS Elisabeth, dan RS Dadi Keluarga.

Terkait pendanaan terapi plasma semuanya sudah di back up oleh pemerintah daerah. Bupati telah memerintahkan menambahkan obat pencair lendir dan mengimbau agar dokter bisa lakukan terapi plasma.

“Sampai sejauh ini yang sudah mendonor ada 64 orang.

Satu orang pendonor yang bisa diambil satu sampai tiga kantong. Dari 64 orang itu kurang lebih sudah didapatkan sebanyak 125 kantong.

80 persen yang telah memanfaatkan donor plasma adalah mereka yang berasal dari Banyumas, dan sisanya dari luar Banyumas.

“Kewajiban kami menyiapkan sehingga jika diperlukan sudah tersedia,” pungkas Sadiyanto. (T/B04/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)