Jakarta, MINA – Kebutuhan cairan tubuh harus tetap terpenuhi saat cuaca panas dan suhu ekstrem, seperti yang terjadi saat ini di Indonesia.
Demikian dikatakan dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD KH Mohammad Thohir Krui, Pesisir Barat, Lampung dr. Muhammad Siddiq Alhanif Sp.PD saat dihubungi MINA, Senin (6/5) malam.
Cuaca ekstrem dalam sepekan ini membuat gerah di hampir seluruh pelosok Indonesia. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kondisi panas di wilayah Indonesia dengan suhu 35° sampai 37° Celcius. Ini terjadi karena peralihan musim dari hujan menjelang kemarau menyebabkan suhu udara mejadi gerah.
“Ketika suhu panas di lingkungan kita tinggi maka resiko yang pertama terjadi pada tubuh yaitu penguapan, tubuh akan mengeluarkan keringat, saat tubuh mengeluarkan keringat reaksi alami dalam tubuh. Artinya cairan dalam tubuh berkurang. Ketika Cuaca panas selalu siapkan minum yang cukup,” kata dr. M Siddiq.
Menurutnya tubuh butuh suhu optimal karna tubuh manusia bisa terdiri dari berbagai konten, konten utama yaitu air. Ketika tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi. secara ilmiah saat dehidrasi ringan tubuh akan memberikan reaksi haus, cairan yang paling mudah didapat adalah air minum dan buah-buahan yang mengandung air.
“Tubuh manusia secara garis besar 60% dari air, walaupun persentasenya berbeda-beda antara anak, dewasa muda dan tua, jenis kelamin. Secara umum anak-anak sebagian besar tubuhnya adalah 70% air, dewasa 60% dan orang tua sekitar 50% air,” jelasnya.
Adapun cara memenuhi cairan dalam tubuh, dr. M Siddiq menjelaskan setiap usia, jenis kelamin, aktivis memiliki kebutuhan cairan tubuh yang berbeda. Contohnya, tubuh dewasa berat 50 kilo gram (kg) dalam tubuhnya terdiri dari 60% cairan, artinya 30 kg dalam tubuhnya yaitu cairan.
“Jika kita mulai haus artinya kebutuhan cairannya nilainya sudah 2%. Apabila cairan dalam tubuh kita kurang 5%, itu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang nilainya 5-10%, dehidrasi berat diatas 10%. Jika orang dewasa beratnya 50 kg, tubuhnya kurang cairan 5%, setara dengan kurang 1,5 kg air minum” jelasnya.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
Ia menambahkan, jika saat kepanasan dalam kurun waktu lama maka akan terjadi dehidrasi parah, hingga menyebabkan menurunnya kesadaran.
“Tanda bahwa kita dehidrasi ringan haus, kulit atau bibir kering, kencingnya sedikit, kencingnya pekat, lemas, ketika sudah lemas mulai pusing, dan dehidrasi paling parah muncul keringet dingin, kesadaran menurut, bahkan bisa pingsan” jelasnya.
“Selain, penguapan (keringat) karena dehidrasi saat tubuh terkana panas berlebihan dalam waktu lama maka resiko kedua yang terjadi gangguan penurunan pada fungsi kerja protein artinya tidak bisa menyerap dengan baik,” ujarnya.
Selain cukup minum, Ia menambah hindari terpapar langsung dengan matahari saat terik. Jika mengharuskan aktivitas di luar ruangan, sebaiknya mengenakan pakaian yang menutup tubuh atau menutup kepala (topi), selalu membawa air minum, dan menggunakan tabir Surya agar kulit terlindungi. []
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah
Mi’raj News Agency (MINA)