Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cucu Gamal Abdel Nasser: AS Berevolusi Jadi Neokolonial

Rudi Hendrik Editor : Widi Kusnadi - 47 detik yang lalu

47 detik yang lalu

0 Views

Gamal Abdel Nasser Jr, cucu Presiden kedua Mesir Gamal Abdel Nasser. (Gambar: rt.com)

Kairo, MINA – AS telah berevolusi dari bekas koloni menjadi kekuatan neokolonial terkemuka, kata Gamal Abdel Nasser Jr., cucu presiden kedua Mesir dan pemimpin Revolusi 1952.

Dalam wawancara eksklusif dengan rt.com pada Ahad (25/5) menjelang Hari Afrika Internasional, cucu yang namanya sama dengan kakeknya itu, memperingatkan bahwa kekaisaran saat ini tidak lagi bergantung pada konflik langsung, tetapi mendominasi melalui lembaga internasional, sanksi, dan kendali ekonomi.

Menurut Nasser, warisan perlawanan antikolonial harus dihidupkan kembali dalam menghadapi dominasi Barat modern, yang menyamarkan dirinya di bawah istilah-istilah seperti ‘kemajuan’, ‘hak asasi manusia’, dan ‘globalisasi’.

“Kakek saya menghancurkan mitos bahwa otoritas Barat itu mutlak,” katanya, mengingat bagaimana nasionalisasi Terusan Suez tahun 1956 bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi tentang “merebut kembali martabat nasional” dan menantang kekuasaan kekaisaran.

Baca Juga: Rusia Tembakkan 355 Drone ke Ukraina dalam Semalam

Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa “bentuk dominasi baru” telah kembali melalui media, sekolah, dan lembaga internasional yang mendikte nilai-nilai dan menghapus warisan budaya.

Ia berpendapat bahwa “para elit globalis” Barat saat ini telah menggantikan kekuatan kolonial dengan memberi tahu bangsa-bangsa bagaimana cara hidup, apa yang harus dipercayai, dan mencoba untuk “menulis ulang budaya, biologi, dan moralitas.”

Ia menekankan bahwa AS – yang dulunya merupakan koloni – kini telah mewarisi peran sebagai penegak kekaisaran, khususnya di Timur Tengah dan Afrika.

Nasser Jr. menuduh Washington menggunakan kebijakan internasional, sanksi, dan operasi militer untuk mengintimidasi atau menggantikan mereka yang memiliki kekuasaan demi memenuhi kebutuhannya sendiri.

Baca Juga: Hujan Lebat Terjang Pakistan, 19 Tewas dan Puluhan Luka

Menurutnya, setiap kampanye AS baru-baru ini di wilayah tersebut telah dikaitkan dengan sumber daya alam, termasuk di Irak, Afghanistan, Libya, Suriah, dan Gaza, yang baru-baru ini diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump untuk diubah menjadi Riviera Timur Tengah di bawah kendali Washington. Nasser menekankan, itu semua adalah contoh agenda yang digerakkan oleh sumber daya yang disamarkan sebagai intervensi kemanusiaan.

“Gagasan bahwa Amerika dapat memiliki wilayah kedaulatan semakin menambah kecurigaan bahwa ada kecenderungan neokolonial yang kuat di pihak AS dan sekutu kolonial lamanya,” kata Nasser kepada RT, seraya menambahkan bahwa “tirani Barat yang baru ini… suatu hari akan runtuh.”

Semangat revolusioner harus bangkit kembali. Generasi baru sedang bangkit, bangga dengan akar mereka, tidak takut untuk berbicara, dan tidak takut untuk berpikir bebas. Monopoli pikiran, seperti kolonialisme sebelumnya, pasti akan runtuh. Dan ketika itu terjadi, dunia akan mengingat bahwa kebebasan dimulai dengan keberanian untuk mengatakan ‘tidak’,” katanya. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Enam Orang Tewas dalam Kecelakaan Pesawat di San Diego, AS

Rekomendasi untuk Anda