Cucu Mandela Serukan Bangun Jaringan Solidaritas Global Lawan Aneksasi

(Foto: Anadolu Agency)

Amman, MINA – Mandla Mandela, cucu mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, menyerukan untuk membangun jaringan solidaritas global dalam menghadapi rencana di dan Lembah Yordania.

Ia mengatakan, kita hidup dengan harapan yang tumbuh dari hari ke hari, seperti bibit di tanah, bahwa kita akan keluar dari kegelapan dan kita saling menyapa di pada suatu hari di Palestina yang bebas merdeka.

“Ini adalah contoh yang saya harap untuk hidup dan saya realisasikan capai. Jika perlu, saya siap mati untuk ini,” tambah Anggota Parlemen Afrika Selatan ini selama mengikuti simposium bertema “Rencana Kolonial untuk Merebut Keranjang Makanan Palestina,” Sabtu (11/7), demikian Pusat Informasi Palestina (PIP) melaporkan.

Lebih lanjut Cucu Nelson Mandela ini mengatakan, kita berbicara tentang tema yang sangat dekat dengan entitas kami dan kenyataan-kenyataan yang menyakitkan sehingga kata-kata hampir-hampir tidak dapat menggambarkannya.

Dia menjelaskan,ini adalah kisah setiap batu yang telah berubah menjadi rumah bagi para pemukim pendatang Yahudi, setiap pohon zaitun yang telah dicabut dari lembah, setiap tetes air yang telah berubah dari bibir kering anak-anak Palestina, dan setiap sumur yang dipenuhi dengan puing-puing untuk menghapus kemungkinan hidup dan penghidupan.

Mandela menambahkan, tidak peduli betapa mustahil dan sulitnya situasi saat ini, keadilan selalu kembali untuk memulihkan keseimbangan dan tatanan alami segala hal.

Dia melanjutkan, dalam menghadapi upaya untuk mencaplok “keranjang makanan” Palestina, para penjajah memiliki kekuatan militer, dan dukungan dari Amerika Serikat beserta teman-temannya di timur dan barat.

“Bagi kami, kami memiliki bobot keadilan, jaringan solidaritas manusia global, dan harapan yang tak tergoyahkan di masa depan, harapan yang mendukung kami selama 350 tahun perjuangan, untuk mendapatkan keadilan di tanah kami, Afrika Selatan,” ujarnya.

Mandela menyinggung pengalaman perjuangan di Afrika Selatan dan kemiripannya dengan situasi Palestina. dia menjelaskan, Cape Town berubah menjadi terminal istirahat yang membekali proyek ekspansi kolonial, yang menyebabkan pengusiran pemilik tanah ke pengasingan dan membatasi mayoritas orang kulit hitam di area yang luasnya tidak melebihi 13% dari negara di daerah yang disebutnya: Tanah Hitam (Tanah Air Bantustan/ Bantustan Homelands).

“Bantustan Homelands ini sangat mirip dengan kamp-kamp pengungsi Palestina di Yordania,” ujaranya.

Cucu Mandela menegaskan, proyek-proyek kolonial selalu disertai dengan hasrat yang tak terpuaskan untuk ekspansi, pengambilalihan, dan penjarahan yang meluas.

Puncak dari keserakahan itu, yang terus berlanjut di antara mitos Zionis tentang bangsa tanpa tanah versus tanah tanpa bangsa, telah terjadi pencurian besar selama tujuh dasawarsa, yang tidak hanya merampas keranjang roti Palestina, namun tujuan akhirnya adalah mengakhiri adanya ide dan gagaran Palestina.(T/R1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.