Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cuitan Ayatollah Khamenei Lenyapkan Israel Tak Langgar Kebijakan Twitter

Rendi Setiawan - Jumat, 31 Juli 2020 - 22:19 WIB

Jumat, 31 Juli 2020 - 22:19 WIB

9 Views

In this picture released by the official website of the office of the Iranian supreme leader, Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei addresses the nation in a televised speech marking the anniversary of the 1989 death of Ayatollah Ruhollah Khomeini, the leader of the 1979 Islamic Revolution, in Tehran, Iran, Wednesday, June 3, 2020. Khamenei assailed Washington in the wake of George Floyd’s killing for its allegedly duplicitous policies when it comes to upholding human rights. (Office of the Iranian Supreme Leader via AP)

Teheran, MINA — Berbeda dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sempat berselisih dengan Twitter, cuitan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei mengenai penghancuran Israel dianggap tidak melanggar kebijakan media sosial tersebut.

Pejabat kebijakan regional Twitter, Ylwa Pettersson sebagaimana dikutip Times of Israel, Jumat (31/7), menjelaskan bahwa cuitan Ayatollah Khamenei tidak melanggar peraturan. Sebab, cuitan tersebut dinilai sebagai “masalah kebijakan luar negeri”.

“Kami memiliki pendekatan terhadap para pemimpin yang mengatakan bahwa interaksi langsung dengan sesama tokoh publik, komentar tentang isu-isu politik saat itu, atau keributan kebijakan luar negeri pada masalah ekonomi-militer umumnya tidak melanggar aturan kami,” katanya.

Pettersson menanggapi pertanyaan dari aktivis pro-Israel Arsen Ostrovsky, yang bertanya mengapa Twitter memasang label khusus pada tweet Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa itu melanggar aturan perusahaan.

Baca Juga: Sempat Dilaporkan Hilang, Rabi Yahudi Ditemukan Tewas di UEA

Sementara itu, banyak tweet dari pemimpin Iran tentang keinginannya menghancurkan Israel justru dianggap tidak melanggar kebijakan Twitter.

Pada 29 Mei, Twitter untuk pertama kalinya memasang label peringatan di cuitan Trump tentang kerusuhan saat aksi protes kematian George Floyd.

“Saya hanya ingin menyelaraskan pertanyaan [Ostrovsky]: menyebutkan genosida di Twitter tidak apa-apa, tetapi mengomentari situasi politik di negara-negara tertentu tidak oke?” tanya MK Michal Cotler-Wunsh, pimpinan pertemuan online tersebut.

“Jika seorang pemimpin dunia melanggar aturan kami, tetapi ada minat yang jelas untuk mempertahankannya, kami dapat menempatkannya di belakang pemberitahuan yang memberikan lebih banyak konteks tentang pelanggaran dan memungkinkan orang untuk mengklik jika mereka ingin melihat konten,” jawab Pettersson.

Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi

“Itulah yang terjadi pada tweet Trump, tweet itu melanggar kebijakan kami mengenai mendukung kekerasan berdasarkan konteks historis pada baris terakhir tweet tersebut dan risiko bahwa itu mungkin dapat menginspirasi kerusuhan dan tindakan serupa.” jelas Pettersson.

Tweet Trump 29 Mei berakhir dengan kata-kata: “Kesulitan apa pun dan kami akan mengambil kendali tetapi, ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai. Terima kasih!”

Selain label peringatan, Twitter juga menonaktifkan fitur “like” untuk postingan tersebut, tetapi memutuskan untuk tidak menghapus postingan tersebut.

Pettersson tidak berkomentar secara khusus tentang tweet yang menghasut yang dituliskan oleh pemimpin Iran.

Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan

Setelah pertemuan online tersebut, Cotler-Wunsh berkicau mengenai kebijakan Twitter yang seolah menerapkan standar ganda.

“Wow. Twitter baru saja mengakui bahwa tweet yang menyerukan genosida terhadap orang Yahudi oleh para pemimpin Iran tidak melanggar kebijakannya! Ini standar ganda. Ini antisemitisme.” tulis Cotler-Wunsh.

Ayatollah Khamenei berkicau di Twitter yang menyebutkan untuk melawan Israel dengan senjata namun tidak diberi tanda khusus oleh Twitter.

“Penghapusan rezim Zionis tidak berarti pembantaian Yahudi. Orang-orang Palestina harus mengadakan referendum. Sistem politik apa pun yang mereka pilih harus memerintah di seluruh Palestina. Satu-satunya obat pemecatan rezim Zionis adalah perlawanan bersenjata yang tegas.” tulisnya. (T/R2/P1)

Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza  

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda