Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

DAHSYATNYA POSITIVE THINKING

Admin - Jumat, 11 Desember 2015 - 13:48 WIB

Jumat, 11 Desember 2015 - 13:48 WIB

2262 Views ㅤ

positiveOleh Risma Tri Utami, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat

Positive thinking (berfikir positif) adalah sikap atau keadaan jiwa yang berperasangka baik. Orang yang mempunyai sikap positive thinking berarti orang yang senantiasa berperasangka baik, kepada sesama atau segala keputusan (takdir) Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Maksudnya seluruh ucapan dan ragam gejala yang nampak pada tingkah laku seseorang diterima sebagaimana adanya tanpa diiringi dugaan-dugaan yang tidak baik, begitupun pula bila segala sesuatu yang tidak tercapai maka sikapnya tidak akan menjauh dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata hatinya menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat. Sungguh berbahagia bagi siapapun yang sekiranya memiliki hati yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya.

Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam

Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketentraman, kesejukan, dan indahnya hidup, pancaran kebeningan hatipun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan.

Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih. Bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi.

Sebagaimana Hadis Imam Turmudzi no. 2310 yang berbunyi :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allah berfirman: Aku berada pada prasangka hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku bersamanya bila ia menyeru-Ku.” Berkata Abu Isa: Hadis ini hasan shahih.

Sikap mencerminkan dari kepribadian seseorang, dan pikiran memberi peran yang besar terhadap sikap seseorang. Itulah mengapa berpikir positif membuat perbedaan besar dalam hidup kita. Sikap yang baik dimulai dengan berpikir positif.

memiliki peran penting dalam pembentukkan setiap individu. Kekuatan berpikir positif merupakan unsur yang terpenting dalam menciptakan jenis kehidupan.

Sikap positif  membantu dalam  mengatasi masalah kehidupan sehari-hari. Sebuah pandangan yang positif dapat membantu untuk mengatasi situasi stres dan dapat mengubah hidup Anda jauh lebih baik.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Manfaat Positif Thinking

Berikut beberapa manfa’at dari positif thinking, diantaranya yaitu :

  1. Mengatasi setres: berfikir positif membuat kita dapat mengatasi situasi stres, mengabaikan fikiran negatif, dan dapat mengontrol hidup jadi lebih baik.
  2. Menjadi lebih sehat: pikiran kita secara tidak langsung dapat mempengaruhi tubuh dan cara kerjanya. Ketika kita mengganti pikiran negatif menjadi ketenangan, maka kita akan merasa kesejahteraan. Karena orang-orang yang berfikir negatif lebih mudah terkena depresi.
  3. Percaya diri: dengan berfikir positif, maka kita akan lebih percaya diri untuk terus melangkah kedepan, dan mencapai kehidupan yang lebih baik.
  4. Bisa mengambil keputusan yang benar: berpikir positif mencegah Anda memilih keputusan yang salah atau melakukan hal yang bodoh yang kemudian Anda sesali.
  5. Meningkatkan fokus: menggunakan pikiran positif membantu Anda lebih fokus saat menghadapi masalah. Jika Anda berpikir negatif akan membuang-buang waktu, dan energi Anda.
  6. Memiliki banyak teman: ketika berpikir positif, Anda akan menarik perhatian orang-orang dan ketika orang-orang tersebut dekat dengan Anda mereka akan merasa nyaman.

Nasihat Ulama

Ada beberapa pesan penting Sheikh Abdul Qadir Jailani agar kita sentiasa berperasangka baik kepada sesama insan:

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

  1. Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik darimu. Ucapkan dalam hatimu, “Mungkin kedudukannya di sisi Allah jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku.”
  2. Jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah dalam hatimu, “Anak ini belum bermaksiat kepada Allah, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepadaNya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku.”
  3. Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah dalam hatimu, “Dia telah beribadah kepada Allah jauh lebih lama dariku, tentu dia lebih baik dariku.”
  4. Jika bertemu dengan seorang yang berilmu, maka ucapkanlah dalam hatimu, “Orang ini memperoleh kurnia yang tidak akan kuperoleh, mencapai kedudukan yang tidak akan pernah kucapai, mengetahui apa yang tidak kuketahui dan dia mengamalkan ilmunya, tentu dia lebih baik dariku.”
  5. Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah dalam hatimu, “Orang ini bermaksiat kepada Allah kerana dia bodoh (tidak tahu), sedangkan aku bermaksiat kepadaNya padahal aku mengetahui akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik dariku.”

Larangan Buruk Sangka

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim dari Abu Hurairah RA, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah berpesan kepada umat Islam untuk menjauhi prasangka buruk, karena prasangka buruk termasuk sedusta-dusta perkataan.

Dalam sebuah hadis Muttafaq Alaih, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata telah bersabda Rasululloh. “Jauhkanlah diri kamu dari prasangka (jahat) karena sangka (jahat) itu sedusta-dusta omongan (hati). (HR. Muttafaq Alaih)

Juga dalam hadis lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث ،وَلاَتَحَسَّسُوا وَلآتَجَسَّسُوْا وَلآتَحَاسَدُوا وَلآتَدَابَرُواوَلآتَبَاغَضُوا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا

Artinya: “Jauhilah berprasangka karena sifat berprasangka itu adalah sedusta-dusta pembicaraan. Dan janganlah kamu mencari kesalahan, memata-matai, janganlah kamu berdengki-dengkian, janganlah kamu belakang-membelakangi dan janganlah kamu benci-bencian. Dan hendaklah kamu semua wahai hamba-hamba Allahbersaudara.” (HR. Bukhori)

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Penjelasan hadis diatas adalah sebagai berikut : Buruk sangka di dalam agama Islam disebut su’udzan, kebalikan dari husnudzan. Buruk sangka hukumnya haram, karena akan merusak keharmonisan rumah tangga, keluarga, maupun keharmonisan kehidupan masyarakat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyerukan kepada orang-orang yang beriman agar menjauhi prasangka, karena prasangka itu termasuk dosa dan kesombongan. Hadis tersebut memberi peringatan dan pelajaran kepada kita semua banyak terjadi persengketaan dalam bermasyarakat karena sikap buruk sangka.

Kadang-kadang masalah kecil bisa menjadi besar sehingga timbul rasa dengki dan dendam yang berkepanjangan. Oleh sebab itu, setiap orang yang ingin mendapat ridha Allah hendaklah selalu berprasangka baik (husnudzon).

Secara individual prasangka buruk dapat menyebabkan tumbuhnya sikap negatif, rasa curiga, dan ketidak-nyamanan dalam diri sendiri. Orang yang berprasangka buruk dan curiga terhadap orang lain setiap saat akan merasa tidak aman, merasa terancam oleh sesuatu yang sebenarnya hanya ada dalam angan-angan. Dia merasa terancam oleh bahaya yang sebenarnya tidak ada.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Disamping hilangnya kenyamaan dan keamanan, prasangka buruk akan menghancurkan rasa percaya kepada diri sendiri. Artinya secara individu prasangka buruk dapat menyebabkan hilangnya ketenteraman bathin, dan bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan tumbuhnya kepribadian yang buruk pada seseorang.

Betapa besarnya potensi negatif prasangka buruk terhadap kehidupan manusia baik secara individual maupun sosial, maka wajar kalau Allah memerintahkan ummat Islam untuk menjauhi prasangka buruk.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Artinta : “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. …” (Qs. Al-Hujuraat : 12).

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Tentu saja yang dimaksud sebagian prasangka yang bernilai dosa itu adalah prasangka buruk. Marilah kita tinggalkan prasangka buruk dan tumbuhkan prasangka baik untuk membangun kembali ukhuwwah islamiyah demi kejayaan Islam dengan pertolongan Allah. (T/ima/R02)

(Dari berbagai sumber)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Tausiyah