Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Dekan Fakultas Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor Prof. Didin Hafiduddin saat berceramah di sebuah masjid pada Jumat 24 April 2015, menceriterakan “Kebangkitan Bangsa Turki” sekarang ini.
Ulama yang banyak bergelut di bidang zakat ini memuji pembangunan nasional Turki yang luar biasa tanpa bantuan pinjaman dari luar negeri.
Pemerintah Turki saat ini, di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Ahmet Davutoglu, mencanangkan tiga Program Nasional, yaitu:
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
1.Gerakan shalat Subuh berjamaah di masjid.
2.Gerakan ekonomi umat (banyak dikuasai orang Muslim).
3.Gerakan infaq sedekah.
Gerakan nasional shalat Subuh berjamaah di masjid
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Gerakan shalat Subuh di masjid memperoleh sambutan luar biasa oleh rakyat Turki.
Didin mengaku menyaksikan, shalat Subuh sama seperti shalat Jumat. Membludak, penuh, luar biasa. Yang lebih mencengangkan, para remaja Turki ke masjid dengan mobil-mobil mewahnya.
Ternyata shalat Subuh berjamaah di masjid menampilkan rahasia yang menakjubkan.
Terlepas apakah karena program shalat berjamaah atau bukan, jelasnya, berbagai kesulitan nasional Turki bisa dipecahkan dengan mulus dan lancar dengan tiga program nasionalnya tersebut.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Gerakan Pejuang Subuh di Indonesia
Meskipun tidak ada program nasional Pemerintah Indonesia dalan hal shalat Subuh berjamaah di masjid, tetapi di negeri kaya hutang ini masih memiliki sebuah komunitas kecil yang bercita-cita “shalat Subuh seperti shalat Jumat” jamaahnya. Mereka menamakan dirinya “Pejuang Subuh”.
Komunitas Pejuang Subuh memiliki misi membangunkan ikhwan dan akhwat untuk melaksanakan shalat Subuh, mencetak mujahid dan mujahidah Subuh, serta memelihara dan menjaga semangat mujahid dan mujahidah untuk umat.
Gerakan ini dalam beberapa tahun menjadi populer di jejaring sosial dan banyak Muslim yang mencoba menjadikan dirinya sebagai Pejuang Subuh dengan memenuhi beberapa syarat.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Kisah seorang Pejuang Subuh
Seorang warga Jakarta bernama Mufti Roy, ingin sekali akun Twitter-nya di-follow akun Twitter @pejuangsubuh. Namun, itu ternyata tidak gampang. Sebab, untuk itu Mufti harus bisa menjalankan shalat Subuh tepat waktu lebih dulu selama 40 hari secara berjamaah, tanpa terputus. Shalat subuh berjamaahnya tersebut pun harus di-mention ke akun @pejuangsubuh pada waktu Subuh.
Bagi penduduk Jakarta, syarat tersebut cukup sulit. Namun, Mufti tidak gentar mencobanya. Dia menjajal segala trik agar bisa memenuhi persyaratan itu. Mulai niat yang kuat, berzikir, membaca beberapa surat pendek, minum air putih sebelum tidur, hingga memasang alarm lebih dari satu di dekat tempat tidur.
“Untuk tip yang pakai alarm ini cukup membantu. Sebab, kalau nggak bangun, malu sama tetangga dong, karena suara alarmnya berisik,” kata pegawai swasta itu.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Namun, segala upaya Mufti tersebut hanya bertahan dua pekan. Selebihnya, dia kembali gagal bangun on time untuk shalat Subuh.
“Padahal, kalau subuhannya telat, ngitungnya mesti diulang lagi dari nol. Saya sempat sudah sampai 36 hari on time, eh besoknya telat lagi. Tapi, Alhamdulillah, saya nggak pernah nyerah,” ujarnya.
Perjuangan Mufti akhirnya berbuah manis. Dia lulus ujian. Akunnya di-follow @pejuangsubuh. Bahkan, kisahnya terpilih menjadi salah satu cerita yang termuat dalam buku Pejuang Subuh. Buku tersebut memuat kumpulan kisah nyata orang-orang yang istiqamah berjuang mengerjakan shalat Subuh berjamaah dan memperoleh keajaiban.
Kesaksian di kampung Islam internasional
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Pada 1 Maret 2014, saya (penulis) ditugaskan untuk meliput sebuah acara di Pondok Pesantren Al-Fatah, kampung Muhajirun, Desa Negararatu, Kecamatan Natar, Lampung Selatan.
Sebelum itu, saya hanya mendengar berbagai cerita tentang keistimewaan kampung Muhajirun, sebuah kampung yang dirintis di tengah-tengah hutan yang kemudian dalam puluhan tahun berkembang menjadi sebuah kampung yang begitu Islami dan alami.
Pukul 04.00 WIB. Kondisi jalan kampung yang beraspal bagus, tampak lengang, hanya tiga ikhwan yang berjaga menyambut kedatangan kami. Saya langsung mencari toilet dan ditunjukkan satu-satunya masjid yang ada di kampung dan komplek Ponpes Al Fatah itu.
“Subhanallah (Maha Suci Allah)!” ucap saya dalam hati saat melihat sudah cukup ramai para pewudhu dan orang-orang yang sedang shalat lail (malam) di dalam masjid. Seketika tergugah diri untuk turut shalat tahajjud. Lingkungan yang tercipta sebelum waktu adzan Shubuh itu, begitu mempengaruhi saya.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Beberapa orang yang shalat, sudah saya kenal sebagai tamu undangan acara selama dua hari yang akan dimulai pagi itu. Selain sebagian adalah santri, sebagian yang lain pastinya adalah warga Muhajirun, dapat dikenali dari segi usia mereka. Hingga akhirnya, adzan Subuh berkumandang. Masjid pun semakin ramai di datangi jamaah. Ketika shalat, saya ada di shaff ketiga.
“Subhanallah (Maha Suci Allah)!”
Takjub hati saya, ketika salam mengakhiri shalat Shubuh. Saya baru tersadar, masjid yang cukup luas itu ternyata disesaki oleh jamaah hingga ke teras-teras seputar masjid.
Memang, saat itu ada banyak tamu undangan yang sudah datang, tapi jumlah mereka baru sekitar seratus orang. Tanpa para tamu itu pun, saya menduga masjid ini pun pasti tetap penuh. Jamaah shalat memang merupakan santri dan warga Kampung Muhajirun.
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Saat itu juga saya teringat tentang suatu pernyataan sebagian ulama, bahwa musuh-musuh Islam – terutama zionis Yahudi – baru akan gentar terhadap Muslimin, jika jamaah shalat Subuh sama banyaknya jamaah shalat Jum’at.
Dan saya merasa, suasana syar’i seperti ini begitu menggugah keimanan saya semakin memakukan diri. Saya menilai, inilah shalat Subuh terbanyak yang pernah saya ikuti dan sedikit pun terlaksana bukan karena suatu kondisi yang dibuat-buat. Saya sering menyaksikan shalat Shubuh yang penuh jamaahnya, tapi itu karena ada acara taklim atau ceramah oleh seorang ustadz ternama dan di syuting untuk acara televisi. Tapi yang ini tidak, ini adalah ibadah sehari-hari yang mereka laksanakan rutinitas.
muhajirun/">(Menguak Percikan Keistimewaan Kampung Islam Internasional Muhajirun)
Keuntungan shalat Subuh berjamaah
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Prof. Didin Hafiduddin mengingatkan sejarah yang diceriterakan di dalam Al-Qur’an, Subuh ternyata juga menjadi waktu peralihan dari era jahiliyah ke era tauhid, di mana Kaum ‘Ad, Tsamud, & kaum durhaka lainnya dilibas pada waktu Subuh dan sebagai penanda berakhirnya dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid .
Banyak sekali hadits yang mendorong untuk melaksanakan shalat Subuh dan menyanjung mereka yang menjaganya.
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum Subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dan jika mereka mengetahui apa yang tersimpan di dalam shalat Subuh dan Isya, maka mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak.” (HR. Bukhari),
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (Subuh dan Isya) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat.” (HR. Abu Dauwud, At-Tirmidzi)
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu paginya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibn Majah)
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barang siapa yang melakukan shalat Subuh berjamaah, maka dia sama seperti manusia yang melakukan shalat malam sepanjang waktu malam itu.” (HR. Muslim, dari Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu)
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barang siapa yang melaksanakan shalat Subuh maka dia berada dalam jaminan Allah.” (HR. Muslim, dari Jundub ibn Abdillah al-Bajali radhiallahu ‘anhu)
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Malaikat bergantian melihat kalian pada siang dan malam. Para malaikat itu bertemu di shalat Subuh dan shalat Ashar. Kemudian yang bermalam dengan kalian naik (ke langit) dan ditanya oleh Rabb mereka, dan Dia lebih tahu keadaan hamba-hambanya, Bagaimana kondisi hamba-hambaku ketika kalian tinggalkan?’ Para malaikat menjawab, ‘Kami meninggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami mendatangi mereka dalam keadaan shalat.” (HR. Bukhari-Muslim)
Dan masih banyak keutamaan lain dari shalat Subuh berjamaah. (T/P001/P2)
Ref: dari berbagai sumber
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)