Dai Aceh: Jauhi Perbedaan, Utamakan Persamaan Sesama Islam

Banda , 1 Rajab 1437/8 April 2016 (MINA) – adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk selalu menjaga kerukunan dan persatuan sesamanya sehingga menjadi kuat dan disegani musuh-musuhnya.

Karenanya, setiap pribadi umat Islam haruslah menjauhi segala perbedaan dalam beragama, dan sebaliknya mengutamakan kesamaan yang terdapat pada diri kita masing-masing.

Demikian disampaikan Pimpinan Dayah Nurul Fikri, Aceh Besar, Ustaz H. Afrial Hidayat Lc MA saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, baru-baru ini, sebagaimana keterangan pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.

“Setiap pribadi muslim haruslah berupaya untuk mencari banyak persamaan dalam diri kita, kelompok/golongan kita untuk persatuan, dan menjauhi setiap perbedaan yang ada yang berpotensi menimbulkan perpecahan umat,” ujar Ustaz Afrial Hidayat.

Menurutnya, bila dilihat secara teliti, sebenarnya, semua umat Islam yang ada mempunyai banyak titik kesamaan yaitu, akidahnya sama, yakni beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan seluruh nabi dengan tanpa sedikit pun dikurangi, semuanya berjuang untuk mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga Islam benar-benar menjadi pedoman hidup.

Kemudian, referensinya sama, yakni Al-Quran dan Hadis serta sejarah para Khulafa ar-Rasyidin, tantangan yang dihadapi sama yaitu musuh-musuh Allah dan pemikiran yang selalu menghambat umat Islam mengamalkan ajaran agamanya.

“Kalau ternyata secara prinsip sama, sementara hanya dari segi cara pengamalannya sedikit berbeda dengan memiliki dalil kuat, sungguh tidak ada alasan untuk saling bermusuhan. Jangan sampai gara-gara satu berjenggot yang satu tidak dan satu pakai sarung yang lainnya tidak, kita menjadi terpecah. Nah, inilah yang perlu dicatat oleh semua gerakan-gerakan yang membawa bendera Islam sebagai bendera perjuangannya. Jauhilah perbedaan, utamakan persamaan,” sebutnya.

Pada pengajian dengan tema “Karakteristik Ajaran Islam” itu, Ustaz Afrial juga menjelaskan, sebagai muslim, kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk itu, seorang muslim harus menjalankan ajaran Islam secara kaffah (total dan menyeluruh), bukan hanya mementingkan satu aspek dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek lainnya.

“Karenanya, pemahaman kita terhadap ajaran Islam secara syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna) menjadi satu keharusan. Disinilah letak pentingnya kita memahami karakteristik atau ciri-ciri khas ajaran Islam dengan baik,” jelasnya.

Ustaz Afrial juga mengutip Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khasaais Al-Ammah Lil Islam yang menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting yang tidak terdapat dalam agama lain, dan ini pula yang menjadi salah satu sebab mengapa hingga sekarang ini begitu banyak orang yang tertarik kepada Islam sehingga mereka menyatakan diri masuk ke dalam Islam.

Karakteristik ajaran Islam yang pertama adalah, Rabbaniyyah. Artinya Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bukan dari ciptaan atau karangan manusia, sedangkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak membuat agama ini, tapi beliau hanya menyampaikannya. Berbeda dengan agama lainnya yang justru merupakan ciptaan manusia atau pengkultusan seorang manusia menjadi Tuhan.
“Islam itu datang bersumber dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan bertujuan akhir dalam hidup ini juga kepada Allah akan kembali,” jelasnya.

Kedua, Insaniyyah. Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia, karena itu Islam satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia. Kebutuhan Seks misalnya, merupakan satu kecenderungan jiwa manusia untuk disalurkankan, karenanya Islam tidak melarang manusia untuk menyalurkan keinginan seksualnya selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.

“Prinsipnya, manusia itu kan punya kecenderungan untuk cinta pada harta, tahta, wanita dan segala hal yang bersifat duniawi, semua itu tidak dilarang di dalam Islam, namun harus diatur keseimbangannya dengan kenikmatan ukhrawi,” terangnya.

Ketiga, Syumuliyah. Islam agama yang lengkap, tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.

Keempat, Al-Waqi’iyyah. Islam agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang, kaya, miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak, berpendidikan tinggi, berpendidikan rendah, bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat istiadat dan sebagainya.

Di samping itu, Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan zaman bahkan Islam menjadi satu-satunya agama yang mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari kemajuan zaman. Ini berarti, Islam agama yang tidak takut dengan kemajuan zaman.

Kelima, Al-Wasathiyah. Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan pada persoalan-persoalan tertentu, ada yang lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada pula yang lebih menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan umat Islam adalah ummatan wasathan (umat yang pertengahan), umat yang seimbang dalam beramal, baik yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani.

Keenam, At-Tawazun, artinya keseimbangan. Ajaran-ajaran Islam seluruhnya seimbang dan memberi porsi kepada seluruh aspek kehidupan manusia secara proporsional. Tidak ada yang berlebihan atau kekurangan, tidak ada perhatian yang ekstrim terhadap satu aspek dengan mengorbankan aspek yang lain. Karena semua aspek itu adalah satu kesatuan dan menjalankan fungsi yang sama dalam struktur kehidupan manusia.

‎Di alam semesta ini terdapat siang dan malam, gelap dan terang, hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga terjadi keseimbangan dalam hidup ini.

Ketujuh, Al-Wudhuh. Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam, bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas, apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Islam itu sendiri.

Dalam masalah aqidah, konsep Islam begitu jelas sehingga dengan aqidah yang mantap, seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari’ah atau hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan peribadatan dengan baik dan mampu membedakan antara yang haq dengan yang bathil.(T/R05/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.