Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dai Aceh: Rezeki Tidak Halal, Penyebab Malas Ibadah

Rana Setiawan - Kamis, 29 September 2016 - 21:20 WIB

Kamis, 29 September 2016 - 21:20 WIB

355 Views

(KWPSI)

Banda Aceh, 27 Dzulhijjah 1437/29 September 2016 – Dai asal Provinsi Aceh, Abizal M. Yati memaparkan, mencari rezeki halal dengan cara bekerja merupakan salah satu ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di kawasan Desa Meunasah Manyang, Pagar Air, Ingin Jaya, Aceh Besar, pada Rabu (21/9) malam, ia mengatakan, dengan memiliki harta, seseorang bisa memenuhi segala yang menjadi kebutuhannya baik sandang, pangan, maupun papan.

Namun, katanya, tak semua rezeki yang didapat berasal dari yang halal sehingga dampak menakutkan menikmati harta haram pun tak pernah terasa oleh mereka yang mendapatkannya.

“Di antara harta haram sehingga‎ rezekinya tidak berkah yang diperoleh lewat transaksi riba atau dengan cara menzalimi orang lain dan mengambil harta yang bukan haknya lewat korupsi atau mencuri, juga sumber-sumber yang telah dilarang dalam Islam,” ujar Abizal yang juga merupakan Ketua Bidang Pendidikan Dewan Dakwah Islamiyah Aceh.

Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan

“Dunia di akhir zaman ini memang memberikan godaan sehingga manusia tak pernah puas untuk terus memperbanyak hartanya dan tidak memikirkan lagi haram ataupun halal,” kata dai yang merangkap menjabat Wakil Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh ini.

Pengajian itu turut dihadiri oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Kusmawati Hatta, Direktur Syariah dan SDM Bank Aceh Haizir Sulaiman, Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Aceh Aminullah Usman dan Direktur BPR Mustaqim Sukamakmur T. Hanansyah.

Pemateri lainnya berasal dari negeri jiran, yaitu Taniza Toha, Presiden Persatuan Konseling Pendidikan (PEKA) Malaysia.

Ustaz Abizal menambahkan, soal harta haram yang tidak akan pernah berkah ini, juga sudah diperingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram“. (HR. Bukhari).

Bahkan, di akhir zaman ini yang lebih parahnya lagi ada ‎sebagian orang berkata, ‘Yang haram saja susah apalagi yang halal’. Ini adalah ucapan orang-orang yang jauh dari petunjuk dan hidayah Allah.

Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan

“Padahal yang halal jauh lebih mudah didapatkan daripada yang haram. Seorang muslim yang taat, ia akan memerhatikan rambu-rambu agamanya sehingga ia akan memilah antara yang rezeki halal dan yang haram. Ia tidak akan memberi makan dirinya, istri anak-anaknya dan keluarganya kecuali dengan rezeki yang halal,” terang Staf Pengajar Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry ini.

Dikatakannya, kehalalan maupun keharaman akan menjadi rentetan panjang perbuatan yang lainnya.
Dampak menikmati dan memakan harta haram, akan petaka yang akan dirasakan oleh manusia baik saat di dunia maupun di akhirat kelak.

Pertama, hilangnya keberkahan harta.‎ Keberkahan bukanlah bertolak pada besar atau kecilnya harta. Namun harta yang berkah atau tidak bisa dinilai dari cara pengambilan hartanya dan juga pembelanjaan harta tersebut.

Mengambil harta yang tidak disesuaikan dengan syar’i seperti melalui riba hanya akan membuat harta yang didapat tidak mencapai keberkahan. Allah telah mencabut keberkahan bagi harta yang didalamnya terdapat riba seperti yang difirmankan dalam Surat Al Baqarah: 275.

Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia

“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti. Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya kepada Allah. Orang-orang yang kembali (memakan riba) maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya”.‎

‎Kedua, gelapnya hati dan rasa malas beribadah. Harta atau makanan yang haram memiliki dampak cukup besar akan kemalasan beribadah dan juga membuat hati menjadi gelap. Semakin banyak harta haram yang dimakan, semakin gelap pula hati sanubari manusia.

“Salah satu faktor penyebab kita begitu berat untuk melakukan ibadah seperti shalat berjamaah dan lainnya adalah karena adanya harta atau makanan haram yang masuk ke perut kita. Ada kalanya seseorang begitu berat bangkit dari tempat duduknya menuju masjid ketika azan ‎berkumandang lebih saat azan subuh berkumandang sangat berat bangun, ternyata hal itu salah satunya akibat makanan atau harta haram,” jelasnya.‎

Orang yang makan dari harta haram, dia juga akan melakukan ibadah dengan terpaksa, terburu-buru mau cepat selesai, terkadang berani meninggalkan ibadah wajib seperti shalat. Setelah itu dia begitu mudah melakukan perbuatan maksiat.

“Makan makanan haram, maka anggota tubuhnya akan bermaksiat mau tidak mau, diketahui ataupun tidak. Dan orang yang makan makanan halal, maka anggota tubuhnya akan taat mau kepada setiap perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya,” sebutnya.

Baca Juga: Longsor di Salem, Pemkab Brebes Kerahkan Alat Berat dan Salurkan Bantuan

‎Ketiga, terhalangnya doa kepada Allah. Doa yang dipanjatkan manusia akan terhalang oleh harta haram yang didapatnya, walaupun saat itu merupakan saat yang mustajab untuk memohon apapun pada Allah.

Nabi SAW bersabda “… Dan makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan diberi makan dengan makanan yang haram. Maka bagaimanakah Allah mengabulkan doanya?” (HR Muslim)

Keempat, dampak yang paling sengsara dan menyedihkan dari harta yang didapat dengan jalan haram adalah mendapat siksaan di neraka. Keterangan tersebut didapat dari penjelasan Nabi SAW lewat hadist riwayat Tirmidzi yang berbunyi “Setiap daging yang tumbuh dari yang haram maka neraka lebih pantas untuk menyentuhnya” (HR Tirmidzi).

‎‎Yang lebih disayangkan lagi adalah harta haram tersebut digunakan untuk menafkahi anak dan istri bahkan cucunya. Bisa dibayangkan betapa buruk generasi keturunannya yang terus disuapi dengan harta yang haram.

“Dunia ini ibarat bangkai. Meski dunia begitu menggoda, janganlah kita terperdaya mendapatkan rezeki dengan jalan yang haram. Carilah harta dengan jalan yang diridhai Allah agar keberkahan menghampiri,” katanya.‎ (L/R05/P001)

Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khadijah
Khadijah
MINA Millenia
Indonesia