Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dai Jerman Tegaskan Penerapan Syariat Islam di Aceh Bentuk Kasih Sayang Allah

Rana Setiawan - Kamis, 23 Maret 2017 - 15:06 WIB

Kamis, 23 Maret 2017 - 15:06 WIB

361 Views

(Foto: GoAceh)

Islam asal Jerman, Philip Hamza Enz. (Foto: GoAceh)

Banda Aceh, 25 Jumadil Akhir 1438/23 Maret 2017 (MINA) – Kekhususan yang diberikan Pemerintah untuk penerapan syariat Islam di Aceh dengan berbagai kemudahan dan kenyamanan sejak belasan tahun silam dengan berbagai regulasi, haruslah dimanfaatkan dengan baik oleh umat Muslim di provinsi.

Jika kemudahan menjalankan syariat Islam sebagai suatu bentuk rahmat dan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala ini tidak dijalankan secara sungguh-sungguh, apalagi sampai disia-siakan, tentunya hal itu merupakan suatu kerugian yang tidak ternilai dalam kehidupan di dunia, dan akan membawa kesengsaraan di akhirat kelak.

Demikian antara lain disampaikan dai atau pendakwah Islam asal Jerman, Philip Hamza Enz saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke belum lama ini.

“Dalam kunjungan saya ke Aceh untuk melihat penerapan syariat Islam di Aceh, saya sangat bahagia menemukan berbagai kemudahan dan kenyamanan bagi umat Islam untuk menjalankan syariat agamanya, semuanya boleh, tanpa ada suatu kendala dan kesusahan seperti di negara saya, Jerman yang harus berjuang keras untuk menjadi muslim,” ujar Philip Hamza.

Baca Juga: Transaksi Judi Online di Indonesia Mencapai Rp900 Triliun! Pemerintah Siap Perangi dengan Semua Kekuatan

Pria yang masuk Islam sejak 17 tahun lalu setelah melihat orang Islam shalat Tahajud di tengah malam ini menambahkan, saat di Aceh dia melihat kaum perempuan berhijab dan menutup aurat dengan busana di mana-mana, suara azan berkumandang dengan nyaringnya, masjid-masjid dipenuhi shaf-shaf orang shalat berjamaah, berbagai fasilitas ibadah mudah ditemukan, dan kemaksiatan sulit ditemukan, sehingga suasana Islam sangat kental terasa.

“Ini harus terus kita pertahankan suasana Islam seperti ini di Aceh dan Indonesia umumnya. Kemudahan dan adanya suatu pemahaman tentang kewajiban menjalankan ibadah ini tidak boleh luntur dan disia-siakan. Saya juga berharap suatu saat suasana Islam yang mudah dijalankan dan nyaman bisa berlangsung di Jerman,” terang Philip yang juga bertugas sebagai manajemen fasilitas pada ‎organisasi wakaf Jerman‎‎.

Philip Hamza yang sehari-hari juga bekerja di sebuah perusahaan penerbitan surat kabar di Jerman ini juga menyampaikan perkembangan Islam dan perkembangan umat muslim di negara tersebut.

Menurutnya, dengan penuh keimanan dan keyakinannya dalam beragama yang didapatkan lewat berbagai pencarian kebenaran beragama, meski menjadi agama minoritas, Islam di Jerman, tetap bertahan dan berkembang hingga kini, bahkan populasi muslim di negara bekas pusat Nazi itu diprediksikan terus meningkat.

Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar

Menurut sensus nasional pada 2016, jumlah pemeluk Islam di Jerman sudah mencapai 5 juta jiwa. Mereka terdiri dari penduduk asli Jerman yang tertarik pada Islam setelah mendapat hidayah. Sebagian besar muslim di Jerman juga berasal dari pendatang atau imigram asal Turki, diikuti oleh kelompok- kelompok yang lebih kecil, seperti dari Pakistan, negara-negara bekas Yugoslavia, negara-negara Arab, Iran, dan Afghanistan.

Sebagian besar muslim tinggal di Berlin dan kota-kota besar Jerman Barat. Namun, tidak seperti di negara-negara Eropa lainnya, komunitas Muslim yang cukup besar ada di beberapa daerah pedesaan Jerman.

Bahkan, negara Jerman diprediksi memiliki peluang yang besar untuk menjadi negara yang berpenduduk muslim paling banyak di Eropa setelah mendapatkan gelombang pengungsi yang datang dari negara Timur Tengah tahun 2016.

Kedatangan warga dari Timur Tengah ke Jerman sangat banyak, karena bermacam-macam alasan mereka meninggalkan negaranya. Dalam hal ini akan sangat berpengaruh pada populasi Muslim Jerman yang saat ini masih di dominasi oleh warga negara turki.

Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah

“Meski terkadang masih stigma negatif dan diskriminasi tentang Islam di Jerman ‎seperti jenggot, hijab atau jubah, tapi itu akan hilang secara pelan-pelan setelah diberi penjelasan kepada mereka yang belum paham tentang Islam,” ungkap Hamza seraya menambahkan fasilitas keagamaan Islam yang sangat terbatas serta suara azan tidak boleh diperdengarkan secara terang-terangan‎ tidak menyurutkan semangat umat Islam Jerman pada keyakinan agamanya. (L/R01/RS3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Internasional
MINA Millenia
Internasional