Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Da’i Rabbani: Berbicara dengan Hati, Berdakwah dengan Adab

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 28 detik yang lalu

28 detik yang lalu

0 Views

Da'i harus mempunyai adab yang baik agar dakwahnya diterima (foto: ig)

DA’I Rabbani adalah seorang individu yang tidak hanya menyampaikan dakwah dengan lisan, tetapi juga dengan hati yang ikhlas dan penuh pengabdian kepada Allah Ta’ala. Dalam hal ini, dakwah bukan sekadar kegiatan mengajak orang lain menuju kebaikan, tetapi merupakan misi suci yang harus dilakukan dengan penuh kesadaran spiritual. Seorang da’i yang rabbani mengerti bahwa setiap kata yang disampaikan harus mencerminkan kedalaman hati, niat tulus, dan kepedulian terhadap umat. Ia berusaha agar setiap dakwah yang disampaikannya tidak hanya meresap di pikiran, tetapi juga menembus hati yang mendengarnya.

Dalam dakwahnya, seorang da’i rabbani berusaha untuk tidak hanya berbicara kepada pendengarnya, tetapi berbicara dengan hati. Hal ini berarti bahwa dalam setiap kata dan kalimat yang diucapkan, terdapat keikhlasan dan kejujuran yang bisa dirasakan oleh orang lain. Proses dakwah yang demikian tentu saja akan lebih mudah diterima, karena hati yang tulus mampu menyentuh hati yang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh kalian dan harta kalian, tetapi Dia melihat pada hati kalian dan amal kalian.” (HR. Muslim). Oleh karena itu, dakwah yang baik harus dimulai dari hati yang bersih dan niat yang benar.

Adab atau etika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dakwah seorang da’i rabbani. Dakwah yang dilakukan dengan penuh adab akan lebih membawa dampak positif, karena menyentuh aspek psikologis dan emosional orang yang menerima pesan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan sempurna dalam hal ini. Dalam berdakwah, beliau senantiasa menjaga adab dengan cara yang lemah lembut, penuh kasih sayang, dan tidak kasar. Ini menunjukkan bahwa adab dalam berdakwah sangat penting, karena dakwah yang disertai dengan adab yang baik akan memberikan kenyamanan dan kedamaian dalam proses pemahaman.

Adab dalam dakwah juga berarti menjaga tutur kata yang sopan dan tidak menyakitkan. Sebuah hadits menjelaskan, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari). Dengan demikian, seorang da’i harus mampu memilih kata-kata yang sesuai, menghindari kata-kata kasar atau merendahkan orang lain. Meskipun tujuan dakwah adalah mengajak pada kebaikan, namun cara penyampaiannya harus tetap dengan cara yang lembut dan penuh rasa hormat. Ini adalah adab yang harus dijaga dalam setiap proses dakwah.

Baca Juga: Ramadhan: Momentum Kepedulian Umat Islam terhadap Palestina

Seorang da’i rabbani harus mampu menyesuaikan cara berdakwah dengan kondisi dan karakteristik audiensnya. Dalam hal ini, kebijaksanaan seorang da’i sangat diperlukan untuk memilih pendekatan yang tepat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri sangat memahami kondisi setiap individu dan tidak mendakwahi mereka dengan cara yang sama. Dalam beberapa kasus, beliau berbicara dengan lembut, sedangkan pada kasus lain beliau berbicara dengan tegas. Menyesuaikan dakwah dengan kondisi audiens adalah salah satu bentuk adab dalam berdakwah, yang membutuhkan pemahaman yang mendalam terhadap psikologi manusia.

Selain menyesuaikan cara berdakwah, seorang da’i juga harus memiliki kesabaran yang tinggi. Dalam proses dakwah, tidak semua orang langsung menerima pesan yang disampaikan. Seorang da’i yang rabbani akan menghadapi berbagai tantangan, seperti penolakan atau bahkan penghinaan. Namun, sikap sabar dan penuh pengertian adalah kunci utama dalam menjalankan misi dakwah ini. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” (Qs. Al-Muzzammil: 10). Ini adalah prinsip yang harus dijalankan oleh seorang da’i dalam setiap langkah dakwahnya.

Dalam berdakwah, seorang da’i rabbani tidak hanya berfokus pada hasil yang cepat, tetapi ia juga memperhatikan proses yang harus dilalui. Dakwah bukanlah suatu tugas yang bisa diselesaikan dengan sekejap. Ini adalah perjalanan panjang yang membutuhkan waktu, usaha, dan pengorbanan. Seorang da’i yang rabbani memahami bahwa setiap langkah dalam dakwah adalah bagian dari ibadah yang harus dilakukan dengan sepenuh hati. Dengan demikian, dakwah tidak hanya berbicara tentang perubahan orang lain, tetapi juga perubahan diri sendiri untuk menjadi lebih baik.

Penting bagi seorang da’i untuk menjaga niat dan tujuan dakwah yang bersih. Niat yang benar akan menghasilkan dakwah yang baik, sedangkan niat yang salah dapat merusak nilai dakwah itu sendiri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menekankan pentingnya niat dalam setiap amal. Dalam sebuah hadits beliau bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari). Dengan niat yang tulus dan ikhlas, dakwah yang disampaikan oleh seorang da’i rabbani akan sampai pada tujuannya, yaitu mengajak umat kepada jalan yang benar.

Baca Juga: Hidup Itu Seperti Game, Yuk Cek Level Kita!

Selain niat yang tulus, adab dalam dakwah juga mencakup kesopanan dalam memperlakukan orang yang diajak berdakwah. Seorang da’i rabbani tidak akan menganggap remeh atau merendahkan orang lain, apalagi dengan tujuan untuk menyalahkan atau menghukum. Justru, ia akan memperlakukan setiap individu dengan penuh kasih sayang dan pengertian. Dengan begitu, dakwah yang disampaikannya akan diterima dengan hati yang lapang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita untuk menyikapi perbedaan dengan bijaksana dan tidak merendahkan orang yang berbeda pemahaman.

Sebagai contoh, ketika seorang sahabat, Abu Hurairah, mendengar seorang Arab Badui yang buang air kecil di masjid, ia merasa terganggu dan berniat menghalangi perbuatannya. Namun, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan penuh kelembutan mengajarkan agar si Badui diberi pengertian dengan cara yang bijak dan lembut. Ini adalah contoh bagaimana seorang da’i rabbani harus mampu menjaga adab dalam setiap kondisi, termasuk saat menghadapi perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Dakwah yang dilakukan dengan penuh hati dan adab tidak hanya bermanfaat bagi individu yang menerima pesan, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Ketika seorang da’i berbicara dengan hati yang ikhlas dan menyampaikan dakwah dengan adab yang baik, maka pesan tersebut akan menciptakan dampak yang luas.

Masyarakat akan lebih mudah menerima perubahan positif, dan dakwah akan menjadi sarana yang efektif untuk memperbaiki kehidupan umat. Dalam hal ini, adab bukan hanya soal sopan santun, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai luhur yang bisa membawa perubahan dalam kehidupan sosial.

Baca Juga: Semangat Ramadhan untuk Pembebasan Masjidil Aqsa

Proses dakwah yang dilakukan dengan adab yang baik dan penuh hati juga akan menghindarkan terjadinya konflik atau pertentangan yang merugikan. Ketika seorang da’i berusaha menjaga komunikasi dengan penuh rasa hormat, maka hal ini akan membangun rasa saling percaya di antara sesama umat. Dakwah yang dilakukan dengan adab dan kelembutan akan lebih berhasil dibandingkan dengan dakwah yang dilakukan dengan cara kasar atau penuh tekanan. Oleh karena itu, adab dalam dakwah memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan harmoni di masyarakat.

Dalam menjalankan tugas dakwah, seorang da’i harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam dan juga wawasan yang luas. Pengetahuan ini akan mendukung keberhasilan dakwah yang disampaikannya. Namun, pengetahuan saja tidak cukup tanpa adab yang baik. Seorang da’i yang rabbani memahami bahwa dakwah adalah kombinasi antara ilmu dan adab. Ilmu yang disampaikan dengan adab yang baik akan memiliki dampak yang lebih besar daripada ilmu yang disampaikan tanpa perhatian terhadap adab.

Sebagaimana kita melihat bahwa Rasulullah SAW adalah contoh terbaik bagi umat Islam dalam segala aspek, termasuk dalam hal dakwah. Beliau tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia. Dalam setiap dakwahnya, beliau memperhatikan adab, mulai dari cara berbicara hingga sikap yang ditunjukkan kepada orang lain. Inilah yang menjadikan dakwah beliau begitu efektif dan diterima oleh umat. Seorang da’i rabbani harus berusaha untuk meneladani akhlak Rasulullah dalam setiap aspek kehidupan dakwahnya.

Secara keseluruhan, dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i rabbani adalah dakwah yang berbicara dengan hati dan dilakukan dengan adab yang tinggi. Dalam setiap langkah dakwahnya, seorang da’i harus senantiasa menjaga niat yang tulus, memperlakukan orang lain dengan penuh kasih sayang, serta memilih kata-kata yang lembut namun penuh makna. Dakwah yang dilakukan dengan cara seperti ini akan membawa perubahan yang nyata dalam kehidupan umat dan masyarakat secara keseluruhan, menuju kehidupan yang lebih baik dan sesuai dengan tuntunan agama Islam.[]

Baca Juga: 7 Ayat Al-Qur’an yang Menegaskan Kewajiban Membantu Palestina di Ramadhan

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: [POPULER MINA] Ramadhan di Palestina dan Trump Usir Zelenskyy

Rekomendasi untuk Anda