Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dakwah Sunan Kudus dan Hubungannya dengan Kota Al-Quds di Palestina

Widi Kusnadi Editor : Rana Setiawan - 16 detik yang lalu

16 detik yang lalu

0 Views

Masjid Menara Kudus peninggalan Sunan Kudus.(Foto: Doc. MINA)

Dakwah Sunan Kudus dan Hubungannya dengan Al-Quds di Palestina

Kota Kudus, salah satu daerah di Jawa Tengah, Indonesia, memiliki nama yang sangat unik dan sarat makna sejarah. Nama “Kudus” berasal dari kata Arab Al-Quds, yang merujuk pada Kota Yerusalem di Palestina, sebuah tempat suci yang dihormati oleh tiga agama besar dunia: Islam, Kristen, dan Yahudi.

Keberadaan Kota Kudus tidak terlepas dari peran besar Sunan Kudus, salah satu wali songo, yang membawa dan menyebarkan Islam dengan pendekatan yang unik dan penuh toleransi.

Ada hubungan simbolis antara Kota Kudus dan Al-Quds. Terdapat warisan penting yang perlu diketahui dan untuk menjadi pelajaran bagi masyarakat, khusunya saat ini, di tengah usaha perjuangan pembebasan Al-Aqsa dan Palestina.

Baca Juga: Ciri-Ciri Suami Durhaka dalam Pandangan Islam

Kota Kudus dan Hubungannya dengan Al-Quds di Palestina

Sunan Kudus pernah mengunjungi Palestina dan mendapatkan pengakuan dari Amir Palestina sebagai pemimpin haji. Ia diberi gelar “Amir Haji” karena kepemimpinannya dalam membawa umat Islam dari Nusantara ke Baitul Maqdis.

Sunan Kudus juga memainkan peran penting dalam memberantas wabah penyakit di Palestina dan mendapatkan Ijazah Wilayah dari Amir Palestina. Ijazah ini tertulis dengan huruf Arab kuno di atas Mihrab Masjid Menara Kudus, menjadi saksi bisu dari pengabdian Sunan Kudus.

Sunan Kudus dianggap telah membangun “sister city” antara Kudus di Jawa Tengah dan Al-Aqsha di Palestina. Ini mencerminkan hubungan erat dan persaudaraan antara dua kota yang memiliki nilai-nilai keagamaan yang tinggi.

Baca Juga: Keutamaan Ikhlas dalam Hidup Sehari-hari

Pada tahun 1548 M, Sunan Kudus membangun Masjid Al Manar atau Masjid Al Aqsa di Kudus, yang meniru nama Masjid di Yerusalem, Masjidil Aqsho. Nama “Kudus” sendiri berasal dari kata “Al-Quds,” sebutan untuk Yerusalem.

Sejak masa Sunan Kudus, hubungan antara Indonesia dan Palestina telah terus berkembang. Bangsa Indonesia memiliki utang sejarah dan utang budi kepada Palestina, dan telah terus mendukung kemerdekaan Palestina.

Nama Masjid Al Manar atau Masjid Al Aqsa bukan hanya sebuah simbol, tetapi juga mencerminkan visi Sunan Kudus dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai dan universal, serta perhatian yang serius terhadap Masjid Al-Aqsa.

Sunan Kudus memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya menjembatani perbedaan budaya dan agama. Beliau memanfaatkan simbol-simbol yang dikenali oleh masyarakat setempat untuk mengajarkan nilai-nilai Islam.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-31] Sikap Zuhud terhadap Dunia

Masjid Al-Quds (Menara Kudus) menjadi bukti nyata penghormatan terhadap tradisi lokal sekaligus simbol penghormatan kepada Al-Quds sebagai kota suci.

Sunan Kudus menanamkan nilai-nilai toleransi yang terinspirasi dari semangat universal Islam, sebagaimana yang dicontohkan oleh Al-Quds. Di Yerusalem, beragam tradisi agama hidup berdampingan, dan Sunan Kudus membawa semangat ini ke Nusantara.

Dalam dakwahnya, beliau tidak hanya mengajarkan ajaran Islam, tetapi juga menanamkan pentingnya menghormati kepercayaan lain. Hal ini terlihat dalam larangan menyembelih sapi, yang merupakan simbol penghormatan kepada umat Hindu yang memuliakan hewan tersebut.

Silsilah Keturunan Sunan Kudus

Baca Juga: Bahaya Sifat Sombong dalam Islam

Sunan Kudus, yang memiliki nama asli Ja’far Shadiq, diyakini sebagai keturunan ke-16 dari keluarga Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam (SAW). Beberapa sumber menyebutkan bahwa beliau adalah keturunan dari Sayyid Ja’far Shadiq bin Syeikh Ahmad Al-Kauraqi, seorang ulama besar dari Timur Tengah.

Dengan demikian, Sunan Kudus sering dianggap sebagai bagian dari keluarga Ahlul Bait, atau keturunan Nabi Muhammad SAW, yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam.

Sunan Kudus lahir dan besar dalam lingkungan yang kental dengan tradisi keilmuan Islam. Keilmuan dan silsilah beliau memberikan otoritas moral dan intelektual dalam menyebarkan Islam di Jawa.

Meskipun ada perbedaan pendapat tentang detail silsilahnya, konsensus umum jumhur ulama menyatakan bahwa beliau adalah bagian dari garis keturunan ulama besar yang memiliki hubungan kuat dengan tradisi Islam Timur Tengah.

Baca Juga: Tadabbur Surat Thaha Ayat 124: Kehidupan Sempit Akibat Berpaling dari Peringatan Allah

Selain silsilah, Sunan Kudus dikenal sebagai seorang pemikir yang inovatif dan strategis. Dalam menyebarkan Islam, beliau memadukan ajaran agama dengan budaya lokal, sehingga Islam dapat diterima secara luas oleh masyarakat yang sebelumnya memiliki aliran kepercayaan animisme dan dinamisme, serta memeluk agama Hindu dan Buddha.

Salah satu warisan terbesar Sunan Kudus adalah ajaran-ajarannya yang menekankan toleransi, harmoni, dan penghormatan terhadap keberagaman antara lain:

Pendekatan Dakwah yang Inklusif

Sunan Kudus menggunakan pendekatan yang sangat inklusif dalam berdakwah. Beliau memahami pentingnya menghormati tradisi dan budaya lokal untuk mempermudah penerimaan ajaran Islam.

Baca Juga: Membangkitkan Semangat Al-Aqsa dalam Jiwa Anak-Anak Muslim

Hal ini tercermin dalam pembangunan Masjid Menara Kudus, yang memadukan elemen arsitektur Hindu dan Islam. Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol harmoni antaragama.

Larangan Menyembelih Sapi

Salah satu ajaran terkenal Sunan Kudus adalah larangan menyembelih sapi di wilayahnya. Larangan ini bukanlah bagian dari ajaran pokok Islam, tetapi merupakan bentuk penghormatan kepada umat Hindu, yang menganggap sapi sebagai hewan suci.

Dengan kebijakan ini, Sunan Kudus berhasil menciptakan kedamaian dan toleransi di antara masyarakat yang memiliki latar belakang agama yang berbeda.

Baca Juga: Boikot Produk Zionis, Langkah Nyata Membela Palestina

Warisan Sunan Kudus tidak hanya terbatas pada ajaran agama, tetapi juga mencakup nilai-nilai budaya, toleransi, dan harmoni yang terus hidup dalam masyarakat hingga saat ini.

Masjid Menara Kudus menjadi salah satu simbol penting dari warisan tersebut. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menghormati perbedaan dan hidup berdampingan secara damai.

Selain itu, Kota Kudus sendiri menjadi cerminan dari nilai-nilai yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Nama “Kudus” yang merujuk pada Al-Quds di Palestina mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjunjung nilai-nilai universal Islam yang damai, inklusif, dan penuh toleransi.

Warisan Sunan Kudus tetap relevan hingga saat ini, terutama dalam konteks kehidupan masyarakat yang semakin beragam. Nilai-nilai toleransi dan penghormatan terhadap keberagaman yang diajarkan oleh beliau menjadi inspirasi bagi generasi masa kini untuk menjaga harmoni dan perdamaian, sebagaimana yang dicontohkan oleh Kota Kudus dan Al-Quds di Palestina. []

Baca Juga: Peran Masjid Al-Aqsa dalam Menyatukan Umat Islam di Seluruh Dunia

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Tipu Muslihat Dunia untuk Kaum Wanita

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Palestina
Kolom
Kolom
Palestina