Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dakwah yang Menggugah: Ketika Etika dan Adab Menjadi Kunci Keberhasilan

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - Kamis, 27 Maret 2025 - 17:08 WIB

Kamis, 27 Maret 2025 - 17:08 WIB

11 Views

Ilustrasi

DAKWAH merupakan tugas mulia yang menjadi tanggung jawab setiap Muslim. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik…” (Qs. An-Nahl: 125). Ayat ini menegaskan bahwa dakwah harus dilakukan dengan hikmah, adab, dan etika agar pesan Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Dalam sejarah Islam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi contoh utama dalam berdakwah dengan adab yang tinggi. Beliau tidak hanya menyampaikan risalah dengan lisan, tetapi juga menunjukkan keteladanan melalui akhlak yang mulia. Kesabaran, kelembutan, serta sikap penuh kasih sayang beliau membuat banyak orang tertarik kepada Islam, bahkan dari kalangan yang awalnya menentang.

Etika dalam dakwah mencakup cara berbicara, cara menyampaikan pesan, serta sikap terhadap mad’u (objek dakwah). Sebuah dakwah yang keras dan menyakitkan hati cenderung membuat orang enggan menerima pesan kebenaran. Sebaliknya, jika dilakukan dengan kelembutan dan kesantunan, dakwah dapat menyentuh hati dan membawa perubahan yang diharapkan.

Adab dalam dakwah juga meliputi pemilihan kata-kata yang baik. Dalam Qs. Thaha: 44, Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk berbicara dengan Fir’aun dengan qaulan layyinan (perkataan yang lembut). Jika terhadap seorang tiran seperti Fir’aun saja diperintahkan demikian, maka terlebih lagi dalam interaksi dakwah kepada sesama Muslim atau masyarakat umum.

Baca Juga: Land Day Palestina, Sebuah Tuntutan Keadilan, Seruan bagi Dunia

Sikap rendah hati juga menjadi kunci keberhasilan dakwah. Seorang dai yang rendah hati lebih mudah diterima dibandingkan dengan mereka yang merasa lebih suci atau lebih tinggi dari orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berbicara dengan penuh kelembutan dan tidak pernah merendahkan orang lain, bahkan terhadap mereka yang belum memahami Islam dengan baik.

Kesabaran dalam dakwah adalah aspek penting lainnya. Dalam menyampaikan kebenaran, seorang dai pasti akan menghadapi tantangan dan penolakan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengalami berbagai ujian dalam dakwahnya, seperti cemoohan, penyiksaan, bahkan percobaan pembunuhan, tetapi beliau tetap bersabar dan istiqamah dalam menyampaikan risalah Islam.

Salah satu faktor penting dalam dakwah adalah keikhlasan. Dakwah yang dilakukan dengan niat karena Allah akan memiliki dampak yang besar, meskipun mungkin tidak langsung terlihat. Allah berfirman dalam Qs. Al-Bayyinah: 5 bahwa agama ini harus dijalankan dengan ikhlas. Keikhlasan akan membuat dakwah menjadi lebih berpengaruh dan diberkahi.

Dalam era modern, dakwah tidak hanya dilakukan melalui ceramah dan pengajian, tetapi juga melalui media sosial dan tulisan. Oleh karena itu, adab dalam berdakwah harus tetap dijaga, termasuk dalam cara menulis, menyampaikan pendapat, dan berinteraksi di dunia maya. Seorang dai harus menghindari perdebatan yang tidak produktif serta tetap menampilkan akhlak yang baik dalam setiap interaksi.

Baca Juga: Indahnya Merayakan Idul Fitri di Dukuh Sambungkasih, Ketika Maaf Menjadi Bahasa Universal

Salah satu kesalahan dalam dakwah adalah sikap merasa paling benar dan memaksakan pendapat. Dakwah yang menggugah bukan tentang memenangkan argumen, tetapi tentang menyentuh hati dan mengajak orang kepada kebaikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkan bagaimana beliau lebih memilih cara-cara yang bijak dalam menyampaikan kebenaran, bukan dengan paksaan.

Keseimbangan antara ilmu dan akhlak juga penting dalam dakwah. Seorang dai harus memiliki pemahaman yang baik tentang Islam, tetapi juga harus memiliki akhlak yang mencerminkan ajaran Islam itu sendiri. Jika seseorang memiliki ilmu tetapi tidak berakhlak baik, maka dakwahnya bisa kehilangan keberkahan dan sulit diterima.

Metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi mad’u. Tidak semua orang bisa menerima dakwah dengan cara yang sama. Ada yang perlu diajak dengan pendekatan rasional, ada yang lebih menyukai pendekatan emosional, dan ada yang lebih mudah menerima melalui keteladanan. Seorang dai harus memahami siapa yang sedang diajak berdakwah agar bisa menyampaikan pesan dengan efektif.

Adab dalam berdakwah juga mencakup sikap terbuka terhadap kritik dan masukan. Seorang dai harus siap untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Jika ada kesalahan dalam penyampaian, ia harus berlapang dada untuk mengakuinya dan memperbaikinya. Ini akan menunjukkan ketulusan dan meningkatkan kredibilitas dakwahnya.

Baca Juga: Panduan Merayakan Idul Fitri Berdasarkan Sunnah

Seorang dai harus memiliki akhlak yang istiqamah, baik dalam kehidupan publik maupun pribadi. Banyak orang yang menilai Islam dari perilaku umatnya, terutama para dai. Oleh karena itu, menjaga kesesuaian antara perkataan dan perbuatan menjadi hal yang sangat penting agar dakwah tetap efektif dan tidak kehilangan kepercayaan dari masyarakat.

Sikap menghormati perbedaan pendapat dalam dakwah juga harus dijunjung tinggi. Dalam Islam, ada berbagai perbedaan dalam fiqh dan pemahaman, tetapi semua harus disikapi dengan bijak dan saling menghargai. Jika perbedaan pendapat disampaikan dengan adab yang baik, maka ukhuwah Islamiyah tetap terjaga dan dakwah dapat berjalan dengan harmonis.

Pada akhirnya, keberhasilan dakwah bukan hanya diukur dari jumlah orang yang menerima Islam, tetapi juga dari proses penyampaian yang dilakukan dengan etika dan adab. Dakwah yang menggugah adalah dakwah yang dilakukan dengan hati yang ikhlas, tutur kata yang lembut, dan akhlak yang mulia. Inilah yang akan membuat Islam semakin dicintai dan diterima oleh masyarakat luas.

Dakwah yang penuh etika dan adab tidak hanya akan membawa manfaat bagi individu, tetapi juga bagi umat Islam secara keseluruhan. Jika setiap dai dan Muslim menjaga akhlak dalam berdakwah, maka Islam akan semakin dikenal sebagai agama yang penuh rahmat dan kedamaian.[]

Baca Juga: Meraih Kemenangan Hakiki: Idul Fitri sebagai Momentum Perubahan

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Makna Sejati Idul Fitri: Kembali ke Fitrah dengan Hati yang Suci

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
MINA Health