New Delhi,11 Sya’ban 1436/29 Mei 2015 (MINA) – Pemimpin Spiritual Budha di Tibet Dalai Lama mendesak Aung San Suu Kyi, ikon pro-demokrasi Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian, membicarakan perlindungan warga Rohingya yang dianiaya di negaranya di tengah krisis perdagangan manusia.
Media Chronicle Journal melaporkan pada Kamis (28/5), Dalai Lama yang kini tinggal di pengasingan, di salah satu daerah di India, mengatakan bahwa dunia tidak bisa mengabaikan nasib lebih dari 3.000 migran Rohingya sampai mengungsi ke luar negaranya hingga ke pantai Indonesia, Malaysia dan Thailand dalam beberapa pekan terakhir.
“Mereka sering tertangkap, dan dijadikan untuk perdagangan manusia, dan mereka akan dibebaskan jika keluarga mereka membayar uang tebusan,” ujar Dalai Lama.
Menurutnya, masalah ini telah menjadi sorotan dunia, ketika ribuan etnis Rohingya, bersama-sama dengan para pengungsi Bangladesh, diselamatkan di pantai Asia Tenggara setelah melarikan diri dengan perahu.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
“Apakah ini tidak cukup untuk menjelaskan, bagaimana untuk membantu orang-orang tersebut?” ujarnya mempertanyakan.
Ia pun mempertanyakan aktivis pro-demokrasi Myanmar itu, dengan menyebutkan bahwa ada sesuatu yang salah dengan cara manusia berpikir, karena sudah tidak memiliki kepedulian lagi terhadap kehidupan orang lain, padahal orang lain harus mendapatkan kesejahteraan.
Apalagi, ini masalah pengungsi dari kalangan miskin yang terpaksa mencari pekerjaan dengan melarikan diri akibat penganiayaan dari mayoritas Buddha Myanmar, lanjutnya.
“Saya bertemu dengannya dua kali, pertama di London dan kemudian Republik Ceko. Saya disebutkan tentang masalah ini, dan dia katakan katanya menemukan beberapa kesulitan yang tidak sederhana tetapi cukup rumit, “kata Dalai Lama.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Tapi, menurutnya, terlepas dari itu semua Aung San Suu Kyi pasti bisa melakukan sesuatu.
Suu Kyi dikenal sebagai pahlawan internasional, setelah bertahun-tahun menjadi tahanan rumah karena menentang para jenderal yang lama memerintah Myanmar. Dia masuk politik setelah pembebasannya pada 2010, ketika junta militer di negaranya menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil.
Dalam sebuah negara yang mayoritas beragama Budha, di mana banyak kebencian terhadap Muslim Rohingya, dia justru diam tanpa menyuarakan apa-apa tentang penganiayaan mereka.
Informasi yang berkembang mengatakan, Suu Kyi tidak pernah berusaha untuk menjadi aktivis hak asasi manusia lagi. Para kritikus mengatakan bahwa membela Rohingya bisa mengurangi dukungan untuk pencalonan seseorang menjadi presiden di negara itu. (T/nrz/P4)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)