Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampak Kebijakan Keamanan Jepang Terbaru bagi Stabilitas Asia Tenggara

Risma Tri Utami - Jumat, 26 Februari 2016 - 12:59 WIB

Jumat, 26 Februari 2016 - 12:59 WIB

454 Views ㅤ

(Foto: UI)

UI-1-300x195.jpg" alt="(Foto: UI)" width="300" height="195" /> (Foto: UI)

Depok, 18 Jumadil Awwal 1437/26 Februari 2016 (MINA) – Dosen Hosei University, Jepang, Prof. Dr. Satoru Mori mengatakan, tren utama dalam dinamisasi geopolitik di wilayah Asia Timur adalah adanya hubungan perekonomian dengan Tiongkok, peningkatan ketegasan Tiongkok dan Korea Utara, peningkatan keterlibatan Amerika Serikat dalam bidang keamanan, serta keseimbangan tindakan yang dilakukan oleh negara-negara regional.

“Keamanan Asia Timur yang paling utama, datang dari dua negara, yaitu Korea Utara dan Tiongkok.” Kata Satoru saat menggelar seminar nasional dengan tema “Japan’s New Security Policy and Regional Response in Southeast Asia” di Auditorium Juwono Sudarsono, Gedung F FISIP Universitas Indonesia (UI), beberapa waktu lalu, demikian laman resmi UI yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Seminar tersebut membahas persoalan kebijakan keamanan Jepang yang baru dan dampaknya bagi stabilitas di Asia Tenggara. Seminar itu dihadiri oleh Prof. Dr. Satoru Mori dari Hosei University, Jepang, Prof. Dr. Hikmanto Juwana selaku Guru Besar Hukum Internasional UI, dan Brigjen TNI Drs. Jan Pieter Ate, M.Bus., M.A..

Untuk merespon hal itu, Satoru menjelaskan, Jepang memiliki kebijakan keamanan baru yang digagas oleh Perdana Menteri Shino Abe pada September 2015 lalu.

Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa

Menurutnya, Perdana Menteri Abe menerapkan adanya revitalisasi ekonomi dengan tajuk Abendomics, Trans-Pacific Partnership untuk domestik, dan penerapan peningkatan kerja sama keamanan dengan asing yang bertajuk “Proactive Contribution to Peace Based on The Principle of International Cooperation”.

Satoru juga menjabarkan bahwa realisasi dari kebijakan tersebut terdiri dari empat langkah, yaitu dengan memperluas ruang lingkup kegiatan Japan Self Defense Force (JSDF), meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Amerika Serikat, memperkuat kapasitas like-minded terhadap negara, dan membentuk kembali JSDF untuk meningkatkan kapasitas.

Menurut Brigjen Jan Pieter, Indonesia memiliki kesempatan yang baik terkait dengan kebijakan militer Jepang karena Jepang berniat untuk menerapkan kebijakan secara proaktif.

“Membangun dialog dengan Jepang merupakan hal yang sangat penting. Peluang yang bagus untuk saling bekerja sama dalam banyak isu, transparan, dan sama-sama melihat masa depan yang lebih baik,” tuturnya. (T/ima/R05)

Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Guru Tak Tergantikan oleh Teknologi, Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tekankan Peningkatan Kompetensi dan Nilai Budaya

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia