Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 9 detik yang lalu

9 detik yang lalu

0 Views

Kecanduan HP (foto: ig)

MEDIA sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook, dan Twitter sekarang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Banyak orang memakainya untuk berbagi cerita, mencari hiburan, dan tetap terhubung dengan teman. Tapi jika terlalu sering digunakan, bisa berdampak buruk pada kesehatan mental, apalagi kalau penggunaannya tidak dikontrol dengan baik.

Saat melihat orang lain di media sosial memamerkan kehidupan yang tampak sempurna, kita cenderung membandingkan diri sendiri dengan mereka. Kita jadi merasa hidup kita kurang menarik, padahal yang dibagikan biasanya hanya hal-hal terbaik saja. Ini bisa membuat kita merasa tidak cukup baik dan kehilangan rasa percaya diri.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa terlalu sering main media sosial bisa meningkatkan risiko merasa cemas dan depresi. Terutama bagi remaja dan anak muda, mereka bisa merasa tertekan jika tidak mendapat cukup “like” atau komentar, atau jika tidak dianggap eksis oleh teman-temannya di dunia maya.

FOMO adalah perasaan takut ketinggalan tren, berita, atau momen penting yang sedang viral. Akibatnya, orang jadi terus-terusan membuka media sosial, bahkan saat sedang makan, belajar, atau sebelum tidur. Hal ini menambah kecemasan dan membuat pikiran tidak tenang.

Baca Juga: 13 Manfaat Touge Bagi Kesehatan Pria Wanita

Banyak konten di media sosial menampilkan tubuh dan wajah yang dianggap “ideal”, sering kali karena filter atau editan. Hal ini bisa membuat seseorang merasa tubuhnya tidak menarik. Remaja perempuan khususnya, bisa jadi merasa tidak percaya diri dan bahkan bisa berujung pada gangguan makan atau stres berat.

Media sosial juga sering digunakan untuk menyebarkan kebencian atau melakukan perundungan (bullying) secara online. Komentar jahat, hinaan, atau fitnah bisa sangat melukai perasaan. Korban cyberbullying bisa merasa sedih, stres berat, bahkan berpikir untuk menyakiti diri sendiri.

Bermain media sosial sampai larut malam bisa mengganggu waktu tidur. Cahaya dari layar dan konten yang terus-menerus dikonsumsi membuat otak tetap aktif, sehingga sulit tidur. Kurang tidur bisa memperburuk suasana hati, membuat gampang marah, dan menurunkan konsentrasi.

Meski terlihat “terhubung”, banyak orang justru merasa kesepian karena terlalu sibuk dengan media sosial. Interaksi nyata dengan keluarga atau teman jadi berkurang. Kita merasa punya banyak teman online, tapi sedikit yang benar-benar bisa diajak bicara saat sedang sedih atau butuh dukungan.

Baca Juga: 7 Tumbuhan Penambah Stamina Tubuh

Sebagian orang tidak bisa lepas dari media sosial, bahkan merasa gelisah jika tidak membukanya selama beberapa jam. Ini tanda kecanduan. Akibatnya, waktu produktif berkurang, pekerjaan atau tugas terbengkalai, dan hubungan sosial di dunia nyata menjadi rusak.

Media sosial tidak hanya berisi konten positif. Ada juga berita hoaks, ujaran kebencian, atau video kekerasan. Terlalu sering melihat konten semacam itu bisa membuat orang menjadi lebih mudah marah, cemas, atau merasa dunia ini menyeramkan dan tidak aman.

Remaja adalah kelompok yang paling rentan terhadap dampak negatif media sosial. Mereka masih dalam tahap mencari jati diri, sehingga sangat terpengaruh oleh komentar orang lain, tekanan untuk tampil sempurna, dan keinginan untuk diakui. Semua itu bisa memicu stres, rasa rendah diri, bahkan depresi.

Meski banyak dampak negatif, media sosial juga punya sisi positif. Misalnya, bisa digunakan untuk mencari informasi kesehatan mental, membangun komunitas positif, dan saling mendukung dalam situasi sulit. Banyak orang merasa lebih kuat karena mendapat motivasi atau cerita inspiratif dari orang lain di media sosial.

Baca Juga: 6 Herbal Yang Meningkatkan Nafsu Makan

Agar media sosial tidak berdampak buruk, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Misalnya, batasi waktu penggunaannya, hindari membuka media sosial sebelum tidur, dan lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan orang di sekitar. Kita juga perlu lebih selektif dalam memilih konten yang ditonton atau diikuti.

Media sosial ibarat pisau bermata dua. Bisa membantu jika digunakan dengan bijak, tapi bisa melukai jika digunakan berlebihan. Kita perlu sadar bahwa tidak semua yang kita lihat di media sosial adalah kenyataan. Jaga kesehatan mental dengan mengontrol penggunaannya, dan tetap utamakan hubungan sosial yang nyata.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Ini Dia, 13 Manfaat Gula Merah untuk Kesehatan

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
Khadijah
Khadijah
MINA Health