Jakarta, MINA – Ketua Umum Forum Zakat (FOZ), Bambang Suherman mengatakan, Dampak pandemi Covid-19 tidak sedikit anak yang kehilangan ayah.
“Tentu saja ini menjadi catatan penting yang harus kita sikapi bersama-sama, terutama lembaga zakat dan gerakan zakat di Indonesia. Karena sebagian di antara anak-anak yang hari ini menyandang status yatim atau piatu ini adalah anak-anak dari keluarga yang tidak mampu,” kata Bambang dalam acara gerakan kolaborasi bertajuk “Asa Anak Indonesia” yang dilaunching pada Jumat, (20/8) secara daring.
Forum Zakat membuat departemen khusus yang secara langsung mengelola isu tentang anak-anak yatim di Indonesia terutama yang terdampak atau akibat dari pandemi. Dan hari ini sudah ada 35 lembaga yang ikut bergabung dari Sabang sampai Merauke.
Kemudian sudah mendata ada 37.364 anak yatim yang sudah terbantu melalui akses lembaga-lembaga yang sudah tergabung yang tersebar di 24 provinsi di Indonesia.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Diprediksi Turun Hujan Senin Sore Ini
“Ada dua kekhawatiran yang harus disikapi terkait besarnya angka anak yatim di Indonesia akibat Pandemi. Pertama, adalah terjadi potensi generasi stunting akibat kekurangan gizi dan ini sangat relevan dengan dinamika kesehatan yang dicanangkan oleh Pemerintah. Kedua, generasi dengan kesehatan jiwa yang bermasalah. Bagaimanapun tumbuh kembang anak itu membutuhkan pasangan ayah dan ibu sebagai model dalam membangun karakter dan sikap kepribadian mereka. Kehilangan salah satu diantara keduanya atau kedua-duanya akan menyebabkan faktor kejiwaan anak akan terganggu secara permanen, apabila tidak disikapi sejak awal,” ucapnya.
“Saya rasa itu hal-hal penting yang hari ini ingin kita bangun. Forum Zakat mengajak baik dari unsur Pemerintah maupun masyarakat dan para praktisi untuk ikut terlibat bersama-sama melalui gerakan Asa Anak Indonesia hari ini,” ucap Bambang.
Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementrian Agama RI, H. Tarmizi Tohor mengatakan, perlunya kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk pihak Psikolog.
“Karena memang anak-anak fakir miskin ini di samping mereka butuh kehidupan secara material, juga mereka butuh bimbingan psikologi. Jadi ini bisa kita kembangkan ke depan nanti, sehingga betul-betul mereka terbimbing sebagaimana anak yang masih ada orang tua,” ujarnya.
Baca Juga: Syaikh El-Awaisi: Menyebut-Nyebut Baitul Maqdis Sebagai Tanda Cinta Terhadap Rasulullah
Turut bergabung juga Asisten Deputi Perlindungan Anak Kondisi Khusus, Dra Elvi Hendrani, Ketua Asosiasi Psikologi Islam (API) dan ratusan orang turut bergabung. (L/R8/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: AWG: Daurah Baitul Maqdis, Jadi Titik Balik Radikal untuk Perjuangan Umat Islam