SERANGAN brutal penjajah Zionis Israel ke Gaza kini merambat ke Qatar. Serangan itu bukanlah sekadar manuver militer, tetapi cerminan watak asli Zionis yang sejak awal berdiri penuh dengan ambisi, tipu daya, dan kebencian terhadap kemanusiaan.
Peristiwa serangan Zionis ke Qatar menunjukkan kepada dunia bahwa ancaman Zionis tidak berhenti di Gaza atau Tepi Barat, tetapi juga mengincar siapa saja yang berdiri di pihak kebenaran, kepada siapa pun yang berdiri untuk kemanusiaan.
Sejak kelahirannya, ideologi Zionisme dibangun di atas mimpi besar: Eretz Yisrael, Tanah Israel Raya yang wilayahnya membentang dari Sungai Nil hingga Sungai Eufrat. Impian inilah yang menjadikan Zionis Israel memiliki watak agresif dan ekspansionis, selalu ingin memperluas pengaruh dan kekuasaan.
Mereka tidak pernah puas dengan batas negara yang sudah ada. Qatar, yang selama ini dikenal sebagai negara yang konsisten mendukung perjuangan Palestina, menjadi salah satu target berikutnya.
Baca Juga: Akankah Qatar Lakukan Serangan Balik ke Israel?
Serangan ke Qatar merupakan pesan yang jelas: siapa pun yang menolong Gaza, peduli dengan Palestina, apalagi sampai berbuat hal yang nyata untuk Palestina, akan dianggap Zionis sebagai musuh yang harus dihancurkan.
Watak buruk lain yang menonjol adalah provokatif dan penghasut konflik. Sejarah panjang Timur Tengah menunjukkan bagaimana Israel berulang kali memanfaatkan perpecahan di dunia Islam untuk memperkuat posisinya.
Mereka mengadu domba negara-negara Arab agar sibuk berkonflik satu sama lain, sementara mereka terus memperluas cengkeraman. Dalam kasus Qatar, Israel berusaha memicu ketegangan antara Qatar dan negara-negara tetangganya, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Dengan begitu, front persatuan dunia Islam dalam membela Palestina semakin melemah, dan Israel dapat bergerak lebih leluasa menjarah tanah Palestina.
Baca Juga: Mengapa Zionis Serang Petinggi Hamas di Qatar?
Selain itu, Zionis Israel memiliki watak manipulatif, terutama dalam menguasai opini publik melalui media. Di saat mereka melakukan agresi brutal, narasi yang dibangun justru menggambarkan diri mereka sebagai pihak yang diserang.
Qatar memiliki media internasional besar seperti Al Jazeera, yang selama ini berani membongkar kejahatan Israel di Gaza. Dengan menyerang Qatar, Israel berusaha membungkam suara perlawanan yang mengganggu narasi palsu mereka.
Mereka tahu, perang bukan hanya soal senjata, tetapi juga tentang siapa yang mengendalikan teknologi informasi.
Watak licik dan oportunis juga melekat erat dalam strategi Israel. Mereka jarang bergerak sendiri, tetapi selalu menggandeng kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan sekutu Barat lainnya.
Baca Juga: 3 Warisan Nabi Adam untuk Menghidupkan Iman dan Perjuangan
Dengan memanfaatkan dukungan politik dan militer negara adidaya, Israel bisa melakukan kejahatan tanpa takut sanksi dan hukuman. Serangan ke Qatar pun tak lepas dari perhitungan geopolitik yang cermat.
Dengan dalih “memerangi terorisme” atau “menjaga stabilitas kawasan,” mereka berusaha mendapatkan pembenaran dari dunia internasional. Lebih jauh, serangan ini mencerminkan watak anti-perlawanan dan anti-kemanusiaan.
Bagi Israel, musuh bukan hanya kelompok bersenjata, tetapi siapa pun yang memberikan bantuan kepada Gaza. Qatar selama ini menjadi salah satu donatur terbesar pembangunan dan bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.
Dengan melemahkan Qatar, Israel berharap memutus jalur logistik dan dukungan bagi rakyat Palestina, sehingga Gaza semakin terisolasi dan perjuangan mereka padam.
Baca Juga: Kaljasadil Wahid Katanya, Atau Hanya Omdo?
Zionis Israel juga memiliki watak anti-hukum dan penindas, tak pernah peduli pada aturan internasional. Sejarah mencatat, mereka berkali-kali mengabaikan resolusi PBB, hukum perang, dan prinsip-prinsip kemanusiaan.
Mereka merasa kebal karena selalu dilindungi oleh sekutu kuat di Barat. Maka, serangan ke Qatar bukanlah kejutan, melainkan kelanjutan dari pola lama yang terus berulang: melakukan kejahatan tanpa takut pertanggungjawaban.
Serangan ini bukan hanya serangan terhadap Qatar, tetapi juga serangan terhadap suara keadilan di seluruh dunia. Zionis Israel ingin mengirim pesan kepada negara-negara lain: jangan pernah berani mendukung Gaza atau Palestina, jika tidak ingin menjadi target berikutnya.
Inilah bukti bahwa ancaman Zionis bersifat global, dan jika tidak dihentikan, dunia akan menyaksikan kekacauan yang semakin luas.
Baca Juga: 12 Efek Buruk Drakor bagi Akidah Generasi Muslim
Pada akhirnya, serangan Israel ke Qatar membuka mata kita tentang hakikat Zionisme. Ini bukan sekadar konflik politik atau perebutan wilayah, tetapi benturan ideologi antara penjajahan dan kemerdekaan, antara kebohongan dan kebenaran.
Sejarah menunjukkan, kekuatan yang dibangun di atas kedzaliman pada akhirnya akan runtuh. Ketika itu terjadi, dunia akan mengingat satu hal: “Zionisme bukan hanya musuh Palestina, tetapi musuh bagi kemanusiaan.” []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Drone Menghajar, Global Sumud Flotilla Tetap Berlayar