Oleh: Rendy Setyawan
Sofifi, MINA – Siang itu, Senin, 18 Oktober 2021, terik matahari tersamarkan oleh awan-awan tipis kelabu. Hujan rintik membasahi bumi Sofifi dalam beberapa menit, tak sampai satu jam. Embusan angin menerbangkan butiran debu lembap hingga tercium aroma unik petrichor. Suasana semakin syahdu ketika terdengar sayup-sayup lantunan ayat suci Al-Qur’an dari dalam gedung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku Utara.
Di aula gedung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tersebut, orang-orang fokus pada layar 2×2 meter di hadapan mereka. Sesekali saling tegur sapa, namun lebih banyak menghabiskan waktu menatap sosok di dalam layar yang tengah diuji pada Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) tingkat nasional ke-26. Pemuda yang tengah diuji hafalannya itu bernama Baihaki asal Papua Barat.
Baihaki tidak sendiri. Ia bersama Zakiyah mewakili Papua Barat maju untuk mengikuti event dua tahunan itu pada cabang Hafalan Al-Qur’an untuk golongan 10 Juz. Sekretaris Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi Papua Barat, Aziz Hergemur bangga karena bisa mendampingi keduanya berlaga hari itu.
Baca Juga: Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Wacanakan Dewan Pertahanan Nasional
“Kami tentu sangat bangga dengan adik-adik kami yang pada kesempatan kali ini mengikuti STQH di Sofifi, Maluku Utara. Persiapan mereka tidak sampai tiga pekan karena memang pandemi Covid-19 masih cukup tinggi. Ini yang membuat kami bangga kepada mereka karena tetap bisa tampil dengan persiapan yang mungkin jauh dari peserta provinsi lain,” kata Aziz lirih.
Kepala Bidang Haji dan Bimas Islam Kanwil Kemenag Provinsi Papua Barat itu mengaku persiapan yang minim dari anak didiknya tak membuatnya gugup. Hal itu tampak dari raut wajahnya yang tampak tegas ketika berbicara. Bagi Aziz, waktu bukan segalanya, tapi kesungguhan dan niat adalah yang utama.
“Sebagai putra asli Papua, kami ingin membuktikan bahwa kami bisa mengikuti event musabaqah Al-Qur’an tingkat nasional, baik MTQ maupun STQ. Pada event kali ini, alhamdulillah kami bisa membawa 17 peserta untuk semua cabang STQH XXVI. Kami ingin melangkah dari STQH di Sofifi ini untuk Indonesia,” ujarnya penuh kesungguhan.
Aziz berkisah, dua pekan waktu yang tersedia dimanfaatkan betul. Sebab, tidak ada pilihan lain kecuali mengerahkan semua kesungguhan dan niat. Ia pun sering menyampaikan kata-kata penyemangat agar anak asuhnya tetap semangat meski tak punya banyak waktu.
Baca Juga: Guru Supriyani Divonis Bebas atas Kasus Aniaya Siswa
“Waktu persiapan kami memang sebentar toh, tapi kami optimis bisa melaju sampai 10 besar. Optimis saja dulu. Saya sudah mendampingi peserta dari Papua Barat untuk event MTQ dan STQ. Tapi, kali ini paling berbeda,” kata pria paruh baya itu.
Perbedaan itu, menurut Aziz, setidaknya pada dua hal. Pertama dilakukan di Sofifi, yang merupakan kota baru di wilayah Maluku Utara. Kedua, penambahan cabang Hafalan Al-Hadis. Khusus untuk Hafalan Al-Hadis, Aziz tak menargetkan jauh.
“Ada dua hal bagi saya yang unik pada event kali ini. Pertama soal Sofifi. Kalau Sofifi bisa menjadi tuan rumah, kami pun di Papua Barat harus bisa. Kami sudah usulkan Papua Barat jadi tuan rumah STQH tahun 2027 nanti,” katanya lebih semangat ketika berbicara peluang STQH dilaksanakan di Papua Barat.
“Yang kedua, Hafalan Al-Hadis. Ini masih baru toh, belum lama. Persiapan kami dua pekan ini salah satunya menyiapkan peserta untuk cabang ini. Tidak mudah memang, tapi kami optimis bisa meskipun tidak sampai juara, karena peserta dari provinsi lain hebat-hebat,” terangnya lagi.
Baca Juga: Menteri Abdul Mu’ti: Guru Agen Peradaban
Aziz menuturkan, berprestasi untuk Indonesia bagi masyarakat Papua Barat adalah harga mati, tidak bisa ditawar. “Dari STQH di Sofifi ini kami belajar, kami ingin berbuat lebih untuk Indonesia. Kami ingin menyampaikan bahwa Papua Barat bisa berkontribusi melalui qari dan qariah berprestasi,” kata Aziz. (A-R2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jelang Pencoblosan, Calon Wabup Ciamis Meninggal Dunia