Sukabumi, Jawa Barat, MINA – Optimalisasi potensi lokal dalam rangka antisipasi pandemi yang berkepanjangan menjadi konsen besar yang harus terus dibangun. Lembaga Pilantropi Islam Dompet Dhuafa (DD) Dompet Dhuafa melalui Social Trust Fund (STF) bersama Ok Oce dan Pondok Pesantren Alam (PPA) Al Muhtadin membangun sinergi Ketahanan Pangan di Desa Ciracap, Sukabumi, Jawa Barat.
Di tengah masa pandemi ini sebagai Program Ketahanan Pangan yang berbasis Masyarakat Pesantren dan Petani Binaan. Sebagai solusi atasi dampak pandemi Covid-19 di Desa, Senin (18/5), demikian keterangan yang diterima MINA.
Mengembalikan budaya dan kearifan lokal di bidang pertanian dan peternakan berbasis komunitas masyarakat sangat penting untuk program berkelanjutan. Dompet Dhuafa sebagai Lembaga pemberdaya melihat ini sebagai hal utama yang harus menjadi fokus pengembangannya.
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris
“Dompet Dhuafa sebagai lembaga pemberdaya berbasis pengelolaan dana ziswaf sangat mendukung pengembangan potensi masyarakat pesantren di pedesaan. Kita perlu mendukung dan mendorong terciptanya usaha-usaha yang mengarah pada pengembangan potensi ekonomi masyarakat. Sektor riil pertanian sebagai usaha dasar masyarakat Indonesia dan menjadi kebutuhan pokok sehari-hari harus terus dibudidayakan. Kondisi Pemberlakuan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat kita aktif di dunia digital, ini menjadi peluang berbagi ilmu dalam keseharian kita yang juga dapat menciptakan captive market bagi hasil produksi masyarakat,” tutur Guntur Subagja selaku Direktur Social Enterprise DD.
Dalam rangka mengembangkan sumber daya pangan untuk kebutuhan pokok masyarakat, maka perlu dijalin kolaborasi besar yang berdaya saing kuat, agar tercipta peluang-peluang kemakmuran bagi mereka.
“Kerjasama ini mencakup luas kurang lebih 50 hektar sawah irigasi dengan 10 kelompok tani binaan. Dan setiap kelompok terdiri atas 10-20 KK. Dengan hasil maksimal per hektar dikisaran 6-7 ton sekali panen dalam kurun 3 bulan. Sehingga dalam setahun bisa produksi tiga kali. Dengan asumsi 7 ton kali 50 hektar tiga kali, sekitar 1050 ton per tahunnya. Semuanya dikelola oleh para santri dan petani pemberdaya,” lanjut Guntur.
“Dengan kolaborasi besar di tengah suasana pandemi akibat Covid-19 yang cukup panjang ini bisa menjadi solusi bagi masyarakat luas. Diharapkan dengan hasil produksi yang bagus dapat menciptakan lapangan kerja dan kemandirian ekonomi bagi masyarakat pedesaan,” harapnya. (R/R8/P1)
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)