DDII Gencarkan Dakwah ke Pedalaman Terpencil

Jakarta, 20 Rajab/28 April 2016 (MINA) – Dewan Dakwah (), salah satu ormas Islam yang didirikan mantan Perdana Menteri Muhammad Natsir, tengah menggencarkan gerakan dakwah di daerah pedalaman terpencil.

Khoirul Anwar, salah satu pengurus Bidang Fundraising DDII, mengatakan bahwa organisasi yang berdiri sejak 26 Februari 1967 itu lebih memfokuskan pada menyiapkan program-program kaderisasi dai hingga siap dikirimkan ke daerah terpencil.

“Program-program inti yang sedang digarap DDII yakni mengadakan kaderisasi dai, hingga pengiriman dan penugasan para dai ke wilayah pedalaman nusantara. Juga program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat binaan dai itu sendiri,” kata Khoirul kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Gedung DDII Jakarta, Kamis (28/4).

Untuk menyukseskan program-program tersebut, lanjut Khoirul, DDII melaksanakan program pendidikan kader dai, yang meliputi jenjang D-2 (diploma 2 tahun) yang digelar Akademi Dakwah Indonesia (ADI), bekerjasama dengan lembaga-lembaga dakwah lainnya.

“Insya Allah, sudah ada 11 ADI yang didirikan DDII. Para dai yang dikirim lebih dominan diambil dari ADI tersebut,” imbuhnya.

Selanjutnya pendidikan dai S-1 (strata 1 selama 4 tahun) yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir. Hingga kini STID sudah berdiri di Jakarta (Pusat), Surabaya, Padang dan Aceh.

“Saat ini, DDII sudah mempunyi kampus sendiri namanya Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah yang bertempat di tambun dan kampus khusus putri berlokasi di Cipayung. Adanya kampus ini diharapkan para da’i yang dikirim ke berbagai daerah terpencil nusantara, sudah benar-benar siap serta banyak bekal ilmu di dalam berdakwah,” ujar dai kader DDII yang pernah berdakwah selama setahun lebih di Maluku itu.

Sejak 2010, Dewan Dakwah menempatkan sejumlah dai sarjana STID M Natsir Jakarta di sejumlah pedalaman Maluku seperti di Pulau Buru dan Seram.

Sedangkan pendidikan dai S-2 (Strata 2) diselenggarakan melalui kerjasama dengan BAZNAS dalam Program Kaderisasi Ulama-Intelektual.

Para dai tersebut kemudian diterjunkan ke lapangan melalui Program Kafilah Dakwah. Melalui program ini, Dewan Dakwah didukung para mitra kerjanya, menempatkan dan membiayai dai-dai baru bertugas di pedalaman Nusantara.

“Dai yang di kirim ke daerah pedalaman rata-rata sudah S-1 dan harus hafal 4-30 Juz Al-Quran,” tambahnya.

Dia mengungkapkan bahwa para dai tidak hanya dibekali ilmu agama saja, namun juga ilmu di dalam bersosialisasi dan beriteraksi dengan masyarakat setempat.

Tugas para dai juga melakukan pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan ekonomi dan pengetahuan masyarakat misalnya di bagian cocok tanam,ternak dan sebagainya.

“Para dai yang ditugaskan di daerah pedalaman seperti di bagian timur melakukan pemberdayaan ternak sapi. Sedangkan di Mentawai mereka bercocok tanam, terutama padi,” ujarnya.

Sementara untuk mendukung kerja para dai, LAZIS Dewan Dakwah mengemas sejumlah program pengembangan masyarakat binaan, antara lain: Saatnya Da’i Dibekali, Da’i Datang Desaku Terang, Da’i Datang Desaku Rindang, Da’i Datang Perbatasan Tenang, Ternak Sehat, Bantuan Pertanian, Wakaf Al-Qur’an, Pelatihan Iqra’, Wakaf Sumur buat Sedulur, Respon Darurat Korban Bencana Alam & Kemanusiaan, dan Qurban Multimanfaat.

Masa tugas mereka biasanya dua tahun. Lalu, mereka digantikan rekan lainnya. Mereka membuat dan mengaktifkan berbagai kegiatan keislaman melalui majelis taklim serta membina mualaf.

Dakwah merupakan salah satu kewajiban utama sesuai tuntutan Al-Quran dan hadis. Itulah tugas mulia umat di dunia, yakni menyebarkan risalah Ilahi. (L/M20/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.