Jakarta, MINA – Dalam beberapa pekan belakangan, isu pemulangan bekas kombatan Islamic State (ISIS) berembus kencang. Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia pun meminta pemerintah bersikap bijaksana dan berbesar hati dalam menyikapinya.
Menurut Ketua Umum DDII, Mohammad Siddik, WNI eks ISIS itu bisa diberdayakan untuk berdakwah secara baik sesuai UUD 1945, menyampaikan nilai-nilai Islam secara benar, secara konstitusional, tidak dengan kekesaran. Sebab Islam tidak mengajarkan kekerasan, tidak boleh membunuh.
“Memang itu cara salah, tapi kita sebagai warga negara harus secara objektif menilai ini cara yang salah,” kata Siddik dalam keterangannya di Jakarta, Senin (10/2).
“Jadi kita minta pemerintah Indonesia supaya bijaksana dan berbesar hati menerima kembali putra putri kita dan anak-anak kecil sampai dewasa juga supaya mereka pulang dan mereka bisa menjelaskan bagaimana sebenarnya,” katanya menambahkan.
Menurut dia, WNI yang dahulunya bergabung bersama ISIS adalah korban. Sebab, sudah banyak bukti bahwa ISIS bukan gerakan Islam. Selain itu, WNI tersebut banyak yang tidak paham tentang agama Islam. Padahal dalam Islam dilarang berbuat keji layaknya yang dilakukan ISIS.
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kata Siddik, ISIS adalah hasil kerja sama antara Amerika, Yahudi, dan Israel, yang berusaha merusak nama Islam. Karena mereka tentu mempunyai agenda-agenda sendiri kan yang berusaha melemahkan Islam.
“Sikap negara kita harus bijaksana. ISIS ini gerakan bukan gerakan Islam, ini seperti Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan ‘we founded them’, sebagaimana yang disampaikan Pak Din Syamsuddin. Sementara Presiden AS Obama sendiri pernah mengatakan, ‘we train them’,” ujarnya.
Siddik mengatakan, jika dibiarkan saja, maka bisa membawa efek negatif. Indonesia akan malu di luar negeri, sebab satu negeri tidak mengakui bangsanya sendiri.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
“Mereka buat salah, betul iya, tetapi sekarang mereka meminta maaf. Apakah negara sebagai ibu pertiwi tidak memperhatikan hal ini?,” katanya.
Dia menegaskan, ini menjadi kewajiban negara, meskipun pada dasarnya para WNI bekas ISIS itu telah berbuat kesalahan yang nyata. Tapi sebagai negara mayoritas Islam, maka harus bijaksana dan berhati besar.
“Jadi kita harus berbesar hati lah, warga negara kita yang sudah di sana, dan mereka pasti akan taubat kalau disuruh bikin pernyataan juga mereka akan bikin pernyataan. Sekarang mereka sudah mengikuti, sudah menyaksikan sendiri, bagaimana keadaannya tidak seperti yang mereka bayangkan,” paparnya.
Siddik meyakini bahwa apa yang selama ini ada dipikiran WNI bekas ISIS soal surga di tempat itu tidak terjadi.
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah
“Yang jelas ini bukan cara berdakwah atau menyampaikan nilai-nilai Islam. Nah sekarang mereka (WNI eks ISIS) sudah menyadari dan mereka minta maaf mau pulang. Banyak di antaranya anak-anak kecil, ibu-ibu, janda, banyak yang suaminya jadi korban, tidak tahu mereka kemana,” katanya. (L/R2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.