Piala Dunia nanti di Rusia akan menjadi Piala Dunia paling Arab dengan rekor empat tim yang mewakili negara-negara Arab, yaitu Arab Saudi, Mesir, Tunisia, dan Maroko.
Tetapi sebelum tim-tim ini membuat sejarah di edisi 2018 kompetisi paling bergengsi di dunia sepak bola, pengamat sepak bola Arab Uri Levy mencatat delapan kali tim Arab pernah menciptakan sejarah yang “memukau” dunia dan tidak akan pernah dilupakan.
Mesir 1934
Piala Dunia kedua berlangsung di Italia, tetapi yang terpenting bagi dunia Arab adalah Mesir menjadi tim Afrika dan Arab pertama yang bermain di turnamen itu. Orang Mesir mengalahkan tim Mandat Palestina Inggris dalam kualifikasi tajuk ganda dengan kemenangan besar-besaran di Kairo dan Tel Aviv. Di Italia, Mesir menghadapi Hongaria yang saat itu menjadi salah satu tim utama dunia.
Baca Juga: Opini Publik dalam Perspektif Islam
Meskipun tercipta dua gol oleh Abdulrahman Fawzi, tim Hongaria maju dengan empat gol, mengakhiri perjalanan Mesir di turnamen. Meskipun keluar lebih awal, tidak mungkin melupakan tim Arab pertama yang tampil ke panggung dunia.
Kuwait 1982
Kuwait menjadi tim unik dalam daftar Piala Dunia 1982 di Spanyol. Bukan karena hasil mereka di lapangan, tetapi karena peran mereka dalam salah satu cerita paling aneh di Piala Dunia.
Kuwait memainkan babak penyisihan grup melawan Cekoslovakia, Perancis dan Inggris. Setelah menahan imbang Cekoslovakia dengan skor 1-1, Kuwait menghadapi Perancis dan mendapati diri mereka tertinggal 4-1.
Baca Juga: Mengapa Mukjizat Nabi Muhammad Al-Qur’an?
Sebelum waktu berakhir, tiba-tiba terdengar suara peluit dari tribun. Semua pemain Kuwait berhenti bermain, mereka menduga wasit telah menghentikan pertandingan dan memungkinkan Perancis mencetak gol kelimanya.
Syeikh Fahad Al-Ahmad Al-Sabah, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Asosiasi Sepak Bola Kuwait, turun ke lapangan dan menarik semua pemainnya dari lapangan.
Untuk menenangkan situasi, wasit asal Ukraina Miroslav Stupar tidak meresmikan gol kelima Perancis. Itu adalah pertama dan satu-satunya saat seseorang di tribun mengubah hasil pertandingan resmi Piala Dunia.
Perancis akhirnya menang 4-1 dan Kuwait gugur, tetapi mereka meninggalkan warisan dari salah satu kontroversi terbesar yang pernah terjadi di Piala Dunia.
Baca Juga: Self-Love Dalam Islam: Antara Qana’ah dan Syukur
Aljazair 1982
Di turnamen yang sama, Aljazair melakukan debutnya di Piala Dunia, memperkenalkan dunia kepada bakat besar Rabah Madjer. Aljazair mengalahkan Jerman 2-1 di pertandingan pertama mereka dan menjadi tim Afrika pertama yang mengalahkan tim Eropa dalam sejarah Piala Dunia.
“Kami memainkan gaya sepak bola yang berbeda, gaya yang belum pernah ada sebelumnya – ini adalah campuran dari sepak bola Jerman, Italia dan Amerika Latin,” kata Ali Fergani, Kapten Aljazair, setelah malam bersejarah.
Dalam pertandingan grup terakhir, Austria yang mengakhiri kemenangan 1-0 atas Chile, membuat Jerman Barat dan Austria lolos dari Aljazair, karena selisih gol mereka unggul. Namun, Aljazair 1982 adalah salah satu tim Arab terbesar yang muncul di Piala Dunia.
Baca Juga: Peluang Indonesia di Forum Ekonomi Internasional Rusia-Dunia Islam 2025
Irak 1986
Tahun 1980-an adalah era keemasan bagi tim nasional Irak. Singa Mesopotamia meraih medali emas di Asian Games 1982, Piala Teluk Arab 1984, Piala Arab 1985, dan berpartisipasi di Piala Dunia di Meksiko 1986.
Mereka telah mengalahkan hampir setiap negara di Timur Tengah dalam perjalanannya ke turnamen Piala Dunia. Namun, di Piala Dunia itu, Irak mengalami kekalahan di tiga pertandingannya dan hanya mencetak satu gol (oleh Ahmed Radhi).
Irak pulang ke sebuah realitas yang sangat berbeda di saat negara itu terlibat perang dengan Iran dan perubahan sedang terjadi.
Baca Juga: Zakat Produktif: Solusi Mandiri untuk Pengentasan Kemiskinan
Putra Saddam Hussein, Uday, mengambil alih otoritas persepakbolaan Irak dan hasilnya sepak bola Irak tidak pernah pulih.
Maroko 1986

Timnas Maroko mengalahkan Portugal 3-1 di Piala Dunia 1986 di Meksiko. (Gambar: ebay)
Maroko tiba di Meksiko dengan sedikit kesempatan untuk bisa lolos ke babak sistem gugur. Mereka ditempatkan di grup besar F bersama Inggris, Polandia dan Portugal.
Tim Inggris lawan Polandia berhasil imbang 0-0. Lalu datanglah ledakan itu, ketika Maroko mengalahkan Portugal 3-1.
Baca Juga: Proyeksi Penerapan Hidup Berjamaah di Masa Depan
Maroko mengejutkan dunia dengan kemenangan itu, mengirim mereka ke tahap berikutnya sebagai juara grup. Dalam Putaran 16, Maroko memberika pertempuran sengit melawan Jerman Barat dan hanya kalah 0-1.
Kekecewaan sangat besar mereka alami, tetapi mengingat harapan sebelum turnamen, tim Maroko membawa sukacita bagi rakyat mereka dan juga membuat sejarah. Maroko adalah tim Afrika Utara pertama yang meninggalkan panggung grup Piala Dunia dengan kesuksesan, serta tim Arab pertama yang melakukannya.
Arab Saudi 1994
Arab Saudi melakukan penampilan debut mereka di Piala Dunia di Amerika Serikat pada tahun 1994, dan itu adalah debut yang mengesankan. Kekalahan terhormat atas Belanda dengan skor 2-1 di pertandingan pertama, diikuti dengan kemenangan 2-1 atas Maroko di New York dan kemenangan bergengsi melawan Belgia. Arab Saudi pun melaju ke tahap berikutnya, menjadi tim nasional Arab Barat pertama yang melakukannya.
Baca Juga: Pengaruh Shaum Dalam Membangun Kepribadian
Di babak sistem gugur mereka kalah dari Swedia yang melanjutkan kesuksesannya ke semifinal. Namun kekalahan itu tidak mempengaruhi pencapaian Green Falcons yang mengesankan di Piala Dunia AS.
Tim ini membawa nama-nama dunia seperti Saeed Al-Owairan, Majed Abdallah, Abdeljawad dan Sami Al-Jaber – legenda sepak bola Timur Tengah sejati.
Maroko 1998
Timnas Maroko yang bertemu dengan Brasil, Norwegia, dan Skotlandia di Piala Dunia 1998, menuai kegagalan, tetapi mengubah persepsi banyak orang tentang tim Afrika Utara dan Arab.
Baca Juga: Kaum Muslimin Saatnya Berperan Bukan Baperan
Sayangnya di Piala Dunia ini, Maroko gagal lolos dari penyisihan grup. Masuk ke grup yang berisi juara bertahan, Brasil, mereka harus puas di posisi ketiga. Maroko sebenarnya bisa lolos, andai saja di pertandingan terakhir Brasil tidak takluk dari Norwegia.
Tapi itu adalah tim dari Mustafa Hadji yang legendaris dan skuadronnya yang menarik, Youssef Chippo dan Nouredine Naybet, yang membuat sepak bola Eropa menghargai bakat Berber dan Arab.
Aljazair 2014
Musim panas Brasil bagi Aljazair sejauh ini merupakan salah satu perjalanan paling menarik dari tim Arab, Afrika Utara, atau Timur Tengah dalam sejarah Piala Dunia.
Baca Juga: Pesan Tabligh Akbar 1446H, Sambut Ramadhan dengan Kesucian Hati
Orang-orang Aljazair mendaftarkan regu yang dinilai tidak berbakat untuk kompetisi. Dari tim tersebut, hanya dua pemain yang lahir di Aljazair, sisanya semua lahir di Perancis.
Les Fennecs mulai dengan kekalahan terhormat dari Belgia. Di pertandingan selanjutnya, menang atas Korea Selatan dan mengakhiri babak penyisihan grup dengan hasil imbang 1-1 dari Rusia, mengirim mereka lolos ke babak 16.
Selanjutnya mereka menghadapi Jerman. Setelah 90 menit tanpa gol, Schurrle akhirnya memberi Jerman keunggulan.
Tiba-tiba Djabou mencetak satu gol bagi tim Aljazair, memaksa waktu tambahan yang hanya untuk melihat Mesut Ozil mencetak gol kemenangan Jerman di menit ke-120. Ozil pun mengirim Aljazair pulang.
Baca Juga: Peran Strategis Keluarga dalam Pengembangan Literasi Umat Menuju Masyarakat Madani
Siapa yang tahu apa yang akan terjadi jika Aljazair mendapat tendangan adu penalti, mungkin bisa menendang Jerman keluar? (AT/RI-1/B05)
Sumber: tulisan Uri Levy di The New Arab. Ia adalah pengelola blog sepakbola populer BabaGol, yang mencakup sepak bola dan politik yang berfokus pada Timur Tengah.
Mi’raj News Agency (MINA)