Banten, 20 Rajab 1436/10 Mei 2015 (MINA) – Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Amin Haedari mengatakan, terdapat delapan provinsi yang ditunjuk sebagai percontohan implementasi modul pelatihan PAI berbasis budaya Islam Indonesia.
Delapan provinsi yang dimaksud yakni Provinsi Aceh, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.
“Penunjukkan daerah sendiri melalui pertimbangan tertentu terkait dengan permasalahan yang berhubungan dengan konteks multikultural yang kerap terjadi,” kata Amin Haedari kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) dalam sebuah acara yang dilaksanakan di Serpong, Banten beberapa waktu lalu.
Amin mengatakan, setelah 8 provinsi tersebut akan dilanjutkan ke provinsi-provinsi lain. Sebagai penjaminan mutu setelah pelatihan akan dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan di sekolah-sekolah.
Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!
Direktorat PAI sebagai institusi Kementerian Agama yang diberi amanah dalam pengelolaan dan pembinaan PAI telah lama concern dalam pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah.
Menurutnya, istilah Islam rahmatan lil `alamin atau Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam diharapkan tidak hanya sebatas wacana yang mudah diucapkan tapi benar-benar terimplementasikan dalam perikehidupan dan cara pandang peserta didik di seluruh Indonesia yang belajar di sekolah-sekolah umum.
Ia berharap, upaya ini diharapkan mampu meredam gejolak yang dimungkinkan karena masalah perbedaan atau keragaman budaya.
Pihaknya juga menseriuskan upaya pengembangan modul pelatihan pembelajaran Islam rahmatan lil `alamin sebagai tindak lanjut dari kegiatan short course metodologi pembelajaran dari Oxford University, Inggris.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Sore Hari Ini
Tim penyusun modul adalah 11 guru peserta short course yang diarahkan oleh para konsultan pendidikan dari berbagai bidang keahlian.
Tugas tim ini adalah meramu bahan-bahan atau materi berupa rumusan sintaks metode pembelajaran yang berasal dari peserta short course lainnya sebagai kontributor dengan materi pembelajaran.
“Setelah para guru PAI dilatih, mereka nantinya akan memiliki keunggulan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa pun memiliki pemahaman Islam sebagai agama yang rahmatan lil `alamin, berpikir luas dan mampu hidup berdampingan secara damai di tengan masyarakat yang multikultur,” ujar Direktur PAI.
Ia menambahkan, secara umum, isi modul pelatihan ini berupa konsep PAI berbasis rahmatan lil `alamin, penyusunan rencana pembelajaran (RPP) PAI multimetode, langkah-langkah penerapan metode pembelajaran dan praktik pembelajaran PAI menggunakan multimetode bernuansa multikultural dan nilai-nilai humanistik.
Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online
Ia juga menambahkan, sedangkan metode pembelajaran yang digunakan adalah hasil adopsi saat pelaksanaan short course salah satunya metode market plan activity (MPA) yang dimodifikasi dengan metode pembelajaran kreatif kolaboratif lainnya.
Amin juga berharap, modul ini bisa menjadi panduan pelatih dalam memberi pelatihan, para guru yang ikut pelatihan bahkan juga yang belum dilatih untuk mampu menerapkannya di sekolah.
“Sebelum benar-benar diluncurkan, modul ini sudah 5 kali diujicobakan di berbagai pelatihan guru PAI dan dievaluasi. Berbagai masukan menjadi perbaikan positif bagi pengembangan modul tersebut untuk diimplementasikan di lapangan,” kata Amin.
Dikatakan, modul final ini akan dideseminasikan ke guru-guru PAI di Indonesia melalui program percontohan (pilot project). (T/P010/R02)
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Mi’raj Islamic News Ageny (MINA)