New York, MINA – Suasana Sidang Majelis Umum PBB di Markas Besar PBB, New York, memanas pada Jumat (26/9), ketika puluhan delegasi dari berbagai negara meninggalkan aula secara serentak saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu naik ke podium untuk menyampaikan pidato tentang situasi di Timur Tengah.
Sejumlah diplomat memilih keluar sebagai bentuk protes terhadap agresi Israel di Gaza yang telah menimbulkan krisis kemanusiaan besar-besaran. Sementara itu, delegasi Amerika Serikat tetap berada di tempat, memberikan dukungan terbuka kepada Netanyahu.
Saat Netanyahu memulai pidatonya, sebagian hadirin yang tersisa memberikan tepuk tangan, tetapi di luar panggung terdengar sorakan protes yang menggema, meski tak terdengar jelas di dalam ruangan.
Seperti dikutip Anadolu Agency, Netanyahu kembali menggunakan alat bantu visual, kali ini berupa peta besar bertuliskan “Kutukan.” Ia menandai peta itu dengan spidol tebal, upaya yang disebut pengamat sebagai propaganda politik untuk membenarkan agresi militer yang terus berlangsung.
Baca Juga: Setelah Topan Ragasa, Filipina Dihantam Badai Bualoi
Netanyahu kini menghadapi isolasi internasional, tuduhan kejahatan perang, dan tekanan besar untuk menghentikan konflik yang terus meningkat.
Dalam sidang khusus Majelis Umum pekan ini, berbagai negara menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan Hamas pada 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyandera 251 orang. Namun, sebagian besar perwakilan negara juga mengutuk pembalasan Israel yang dinilai jauh melampaui batas.
Sejak dimulainya agresi, serangan besar-besaran Israel telah menewaskan lebih dari 65.000 warga Palestina di Jalur Gaza. Sekitar 90 persen penduduk Gaza kini terpaksa mengungsi, dengan banyak yang menghadapi kelaparan akut akibat blokade ketat.
Dalam beberapa bulan terakhir, dukungan internasional terhadap Palestina semakin menguat. Hingga saat ini, lebih dari 150 negara secara resmi mengakui kemerdekaan Palestina. Namun, Amerika Serikat tetap menjadi sekutu utama Israel dengan memberikan dukungan politik, diplomatik, dan militer yang kuat.
Baca Juga: Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima Jamu Prabowo di Istana Huis ten Bosch
Sidang khusus PBB pekan ini menjadi panggung bagi banyak negara untuk menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap krisis kemanusiaan di Gaza. Banyak negara mendesak gencatan senjata segera, pembukaan koridor kemanusiaan, dan penyelidikan atas dugaan pelanggaran hukum internasional oleh Israel. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Gedung Putih Ancam PHK Massal Jika Kongres Tak Setujui Anggaran Sebelum 1 Oktober