Jenewa, MINA – Delegasi Israel kembali mengalami aksi walk out besar-besaran saat berpidato di Inter-Parliamentary Union (IPU) pada hari Senin (14/10).
Sebelumnya, sebuah adegan dramatis juga terjadi di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa hari Jumat (27/9), saat delegasi dari berbagai negara walk out, saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato.
Banyak peserta di Sidang IPU meneriakkan “Bebaskan Palestina” dan meninggalkan ruangan tepat sebelum Anggota Parlemen Israel Dan Illouz bersiap untuk berpidato. Menurut laporan media, delegasi Palestina mempelopori aksi mogok tersebut. Almayadeen melaporkan.
“Kami tengah mempersiapkan banyak pertempuran yang sulit, karena delegasi Palestina, dengan dukungan berbagai kebijakan Arab dan Muslim, akan melakukan segala daya mereka untuk mendorong keputusan yang merugikan Israel, memanfaatkan manipulasi dengan delegasi dari seluruh dunia dan ‘kejutan’ untuk delegasi Israe,” kata delegasi Israel.
Baca Juga: Sejarah Baru di Kairo, Hamas dan Fatah Siap Akhiri Perselisihan
Anggota Knesset Likud Dan Illouz dan sesama anggota Knesset Likud Tsega Melaku dan anggota Knesset Yesh Atid Elazar Stern merupakan bagian dari delegasi tersebut.
Menurut laporan, inisiatif anti-Israel lainnya termasuk seruan untuk menurunkan kedudukan Israel dalam IPU dan mengadopsi putusan Mahkamah Internasional (ICJ) tentang kebijakan Israel di wilayah pendudukan.
Hal ini terjadi setelah organisasi internasional Save the Children menggambarkan situasi di Gaza setara dengan “kedalaman neraka,” menyebut serangan terhadap wilayah yang dikepung itu sebagai “perang terhadap anak-anak” karena tidak ada yang aman.
Direktur regional Timur Tengah organisasi itu, Jeremy Stoner, menyatakan “apa yang kita lihat sekarang di Gaza tampak seperti kedalaman neraka, dengan laporan serangan terhadap anak-anak dan keluarga dari hari ke hari.”
Baca Juga: Atap RS Indonesia Terbakar Akibat Serangan Israel
LSM Inggris itu mengeluarkan peringatan mengerikan tentang situasi yang memburuk di Gaza, dengan menyebutkan bahwa “perintah evakuasi” mungkin akan segera menjadi “perintah eksekusi” karena anak-anak sangat kekurangan kebutuhan untuk menyelamatkan nyawa.
Stoner juga menyinggung bencana kemanusiaan yang parah di Gaza, merinci bagaimana di utara, warga Palestina telah kekurangan makanan selama dua pekan dan terjebak di zona mematikan saat berusaha melarikan diri dari pemboman dan penembakan yang tak henti-hentinya.
Di selatan, tempat banyak keluarga berlindung, serangan udara Israel membakar Rumah Sakit Al-Aqsa dan tenda-tenda dengan beberapa rekaman dan laporan yang mengungkap sisa-sisa warga Palestina yang terbakar.
Stoner juga menekankan perlunya gencatan senjata segera di Gaza, dengan menyatakan bahwa tidak adanya gencatan senjata berarti imunisasi untuk anak-anak hanya menunda daripada menghilangkan penderitaan mereka.
Baca Juga: Jurnalis Palestina Umumkan Kampanye Bertagar #WomenJournalistsWartime
Ia memperingatkan jika tidak ada tindakan global yang diambil, keluarga-keluarga di Gaza, khususnya anak-anak, “menghadapi hukuman mati hari ini, besok, dalam seminggu, dalam sebulan, oleh bom, peluru, api, penyakit atau kelaparan. Di mana saja, kapan saja.”
Stoner mengungkapkan kekhawatiran lebih lanjut tentang kompas moral manusia, dengan mencatat mereka yang memiliki wewenang dan kewajiban hukum untuk mengatasi kekerasan ini memilih untuk tetap pasif.
Ia menyesalkan beberapa negara malah menyediakan senjata yang digunakan untuk membunuh anak-anak dan membakar pasien serta keluarga di rumah sakit dan tempat penampungan sementara. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas: Netanyahu ‘Bertanggung Jawab Langsung’ atas Pembunuhan Sandera Israel