Montreux, 20 Rabi’ul Awwal 1435/22 Januari 2014 (MINA) – Pertemuan delegasi rezim pemerintah dan oposisi Suriah yang pertama kali dalam Konferensi Jenewa II di Montreux, Rabu, diwarnai pernyataan-pernyataaan saling tuduh dan menyalahkan satu dan lainnya.
Dalam pertemuan pertama setelah tiga tahun perang saudara itu, Menteri Informasi Suriah Omran al-Zoabi menegaskan bahwa Presiden Bashar al-Assad tidak akan mundur, menolak tuntutan sejumlah kekuatan asing yang ambil bagian dalam upaya mengakhiri konflik berkepanjangan di negara itu.
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
“Assad tidak akan mundur,” kata Omran al-Zoabi kepada wartawan di sela-sela pertemuan, demikian Al Jazeera yang diberitakan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem yang memimpin delegasi Presiden Bashar al-Assad, dan pemimpin oposisi Ketua Koalisi Nasional Suriah Ahmad al-Jarba, saling lempar tuduhan dan mencap lawannya telah melakukan makar dan aksi terorisme, dan masing-masing menuding pihak lawan bertanggung jawab atas kekerasan yang telah menewaskan lebih dari 130.000 orang dan memaksa jutaan orang mengungsi.
Muallem mendesak komunitas internasional yang turut hadir untuk tidak ikut campur tangan dalam urusan internal Suriah.
“Mereka mengklaim mewakili rakyat Suriah. Jika Anda ingin berbicara atas nama rakyat Suriah, Anda tidak harus menjadi pengkhianat bagi rakyat Suriah, menjadi agen yang digaji oleh musuh-musuh rakyat Suriah,” kata Muallem dialamatkan pada kelompok oposisi.
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah
Sebagai tanggapan Jarba mengatakan, oposisi Tentara Pembebasan Suriah berjuang melawan tentara bayaranasing yang dibawa oleh Assad, yaitu Hizbullah Libanon, al-Qaeda dan Levant.
“Kami sedang menghadapi teror Assad yang mengaku memerangi terorisme,” kata Jarba dan menuduh rezim telah membunuh 10.000 anak sejak perang pecah pada tahun 2011.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon yang membuka konferensi, mendesak masyarakat internasional untuk menekan kedua belah pihak agar mencapai kesepakatan berdasarkan dengan komunike Jenewa I dan memungkinkan dibukanya akses bantuan kemanusiaan bagi warga yang terperangkap dalam perang saudara berkepanjngan itu.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan, “tidak ada cara” bagi Assad untuk menjadi bagian dari rencana transisi, dan dia tidak bisa mendapatkan kembali legitimasi untuk memerintah.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
“Hak untuk menjalankan negara tidak dengan menggunakan bom dan rudal,” kata Kerry kepada para peserta di kota Montreux, Swiss.
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov yang negaranya adalah pendukung setia rezim Assad, menyerukan agar pasukanasing menghentikan campur tangan dalam urusan Suriah dan mengatakan bahwa rakyat Suriah memiliki hak untuk menentukan masa depannya sendiri.
/
Konferensi ini dihadiri oleh delegasi dari 40 negara berpengaruh. (T/P0/E02/Mi’raj News).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
http://aljazeera.com/news/middleeast/2014/01/syria-peace-talks-set-begin-201412244916160757.html