Doha, MINA – Delegasi Taliban telah tiba di Qatar untuk membuka jalan bagi dimulainya pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan yang diperkirakan akan berlangsung di negara Teluk tersebut.
Kedatangan delegasi pada Sabtu (4/9) pagi diumumkan oleh pejabat Taliban, yang berbicara tanpa menyebut nama karena mereka tidak berwenang untuk berbicara dengan media, AlJazeera melaporkan.
Negosiasi tersebut merupakan bagian dari kesepakatan damai yang ditandatangani Amerika Serikat dengan Taliban pada Februari lalu di Doha.
Washington telah meningkatkan tekanan pada warga Afghanistan di kedua sisi konflik untuk memulai negosiasi mereka guna memutuskan seperti apa Afghanistan pasca perang.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O’Brien mengadakan panggilan telepon dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pekan lalu. Para pejabat AS juga menekan negara tetangganya, Pakistan untuk membawa Taliban ke meja perundingan.
Penundaan tanpa henti atas pertukaran tahanan, 5.000 ditahan oleh pemerintah Afghanistan dan 1.000 oleh Taliban telah menghambat upaya untuk memulai pembicaraan intra-Afghanistan.
Pada akhir Agustus, delegasi yang dipimpin oleh kepala kantor politik Taliban dan kepala negosiator kesepakatan Februari dengan AS, Mullah Abdul Ghani Baradar, mengunjungi Pakistan.
Sementara sedikit yang terungkap tentang detail pertemuannya dengan para pejabat Pakistan, diyakini dia ditekan untuk memulai pembicaraan intra-Afghanistan.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Dengan banyak dewan kepemimpinan Taliban yang tinggal di Pakistan, Islamabad telah ditekan oleh Washington untuk menggunakan pengaruhnya guna mendorong negosiasi ke depan.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan telah berulang kali mengatakan dia ingin pembicaraan damai dimulai dan solusi militer untuk Afghanistan adalah hal yang mustahil.
Para pejabat Pakistan dilaporkan bertemu untuk kedua kalinya dengan Baradar pada hari Jumat (3/9) sebelum ia kembali ke Doha, sekali lagi mendesak dimulainya pembicaraan damai dengan cepat di Afghanistan.
Para pejabat AS dan Afghanistan mengatakan mereka ingin melihat pengurangan kekerasan dalam konflik yang akan dilakukan pembicaraan dengan Taliban, tetapi kelompok itu menyatakan bahwa gencatan senjata hanya akan menjadi agenda setelah pembicaraan dimulai.
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Kesepakatan Washington pada Februari dengan Taliban tercapai dengan syarat penarikan pasukan AS keluar setelah hampir 20 tahun berperang, sejalan dengan janji yang dibuat Presiden Donald Trump selama kampanye pemilu AS 2016. (T/R7/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan