Tel Aviv, MINA – Penyelenggara aksi yang menyerukan mundurnya pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan, akan terus melanjutkan aksi demo di tengah pembatasan pandemi covid-19.
“Kewajiban kami sebagai warga negara untuk keluar dan memprotes tersangka (Netanyahu) dan tidak memberinya kelonggaran. Kami harus terus memperingatkan tentang kegagalannya dalam menangani virus corona, ekonomi, dan perpecahan masyarakat,” pernyataan Gerakan Bendera Hitam (the Black Flags Movement), salah satu gerakan yang mengorganisir protes pekanan terhadap Netanyahu, Sabtu (5/12).
“Ini adalah perjuangan untuk jiwa Israel, dan perjuangan ini harus kita menangkan,” bunyi peryataan, seperti dilaporkan Jerusalem Post.
Gerakan Investigasi Sekarang (The Investigate Now Movement), sebuah organisasi yang menuntut penyelidikan Kasus 3000 terhadap Netanyahu, juga mengatakan bahwa jikapun akan diselenggrakan pemilu, itu tidak akan mengakhiri protes.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
“Pemilu atau tidak, warga Israel berhak mengetahui keserakahan perdana menteri yang berurusan dengan keamanan Israel. Ini adalah insiden keamanan paling serius sejak berdirinya Negara. Sebuah insiden yang jika ternyata benar, tidak akan dimaafkan,” kata organisasi itu.
Ribuan orang berkumpul dalam aksi protes Sabtu malam di luar Kediaman Perdana Menteri di Yerusalem.
Ratusan mobil juga tampak berkonvoi dalam karavan protes. Sementara kelompok pengunjuk rasa berbaris ke kediaman berangkat dari empat lokasi berbeda di Yerusalem.
Organisasi protes Hasphira Leachor mengadakan upacara penyalaan obor alternatif sebagai protes atas penundaan jejak Netanyahu dan meminta Knesset untuk membuat undang-undang yang akan mencegah seseorang di bawah dakwaan untuk melayani sebagai perdana menteri.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Selama tiga bulan kami menghitung mundur hari jejak Netanyahu dimulai lagi, dan saat kami peringatkan, dia berhasil melarikan diri lagi,” kata organisasi itu.
“Sebuah mimpi buruk yang mengejutkan sedang terjadi di hadapan kami, di mana seorang pria yang dituduh berada dalam konflik kepentingan, dan menyeret negara ke putaran keempat pemilihan dalam tiga tahun,” organisasi itu melanjutkan.
Polisi Israel menahan 20 orang pengunjuk rasa, dan secara paksa mengusir sejumlah pengunjuk rasa yang memblokir lalu lintas.
Para pengunjuk rasa juga berkumpul di persimpangan dan jembatan di seluruh negeri. (T/RS2/P2)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)