Khartoum, MINA – Ribuan demonstran Sudan melakukan shalat Jumat (26/4) di luar markas militer, sehari setelah aksi massa menuntut penguasa militer untuk menyerahkan kekuasaan.
Para pengunjuk rasa berkumpul di luar kompleks militer di Khartoum sejak 6 April, awalnya untuk menuntut penggulingan Presiden Omar Al-Bashir.
Namun sejak kudeta oleh tentara pada 11 April, para pengunjuk rasa terus duduk, menuntut agar dewan militer yang mengambil alih kekuasaan menyerahkan ke pemerintahan sipil.
Meskipun panas terik, para pengunjuk rasa melakukan aksinya, dan dilanjutkan shalat Jumat.
Baca Juga: AS Cabut Visa Hampir 1.500 Mahasiswa Pro-Palestina
“Kebebasan, kebebasan,” teriak mereka. Arab News melaporkan.
“Darah demi darah! Kami tidak akan menerima kompensasi!”, teriak demonstran.
Khatib Sheikh Matter Younis dalam khutbahnya mengatakan, rakyat tidak akan mundur sampai mendapat tuntutan utama akan pemerintahan sipil.
“Mereka harus menghadapi keadilan yang adil dan transparan, mereka harus bertanggung jawab,” katanya.
Baca Juga: Erdogan Pertanyakan Tidak Adanya Sanksi terhadap Israel
Dewan militer, yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan, mengatakan telah mengambil alih kekuasaan untuk masa transisi dua tahun.
Para pemimpin protes telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan dengan dewan militer dan kedua belah pihak telah sepakat untuk membentuk komite bersama guna memetakan jalan ke depan. Namun sejauh ini belum ada terobosan.
Washington telah menunjukkan dukungannya di belakang para pengunjuk rasa.
Pada pertemuan puncak yang diselenggarakan oleh Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi pada hari Selasa, para pemimpin Afrika mengakui bahwa perlu banyak waktu untuk transisi ke pemerintahan sipil.
Baca Juga: Hari Angkatan Darat, Presiden Iran Puji Swasembada Pertahanan
Uni Afrika telah menetapkan batas waktu akhir April bagi dewan militer untuk menyerahkan kekuasaan kepada sipil atau menghadapi penangguhan dari blok 55 negara. (T/RS2/B05)
Mi’raj News Agency (MINA)