Beirut, MINA – Demonstrasi kekerasan disaksikan di jalan-jalan pusat Beirut menyambut hari pertama pemerintahan baru Lebanon.
Para demonstran berkumpul di jantung Ibu Kota dekat pintu masuk utama ke parlemen yang telah dibentengi dengan kawat berduri, gerbang baja dan pelat logam pada Selasa malam (21/1).
Para pengunjuk rasa melemparkan batu, petasan dan rambu-rambu jalan ke polisi anti huru hara yang menembakkan meriam air, gas air mata dan peluru berlapis karet dalam upaya membersihkan daerah tersebut.
Pasukan keamanan berdiri di belakang tembok yang dibentengi saat bala bantuan dikirim untuk menghalangi para demonstran agar tidak melalui jalan paralel di daerah tersebut, demikian Al Jazeera melaporkan.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Lebanon mengumumkan pembentukan pemerintahan baru pada Selasa setelah tiga bulan terjadi blokade politik. Namun, para pengunjuk rasa mengatakan, pemerintah baru terdiri dari orang-orang yang sama yang telah mereka lawan sejak 17 Oktober 2019.
“Kami ingin pemerintah bekerja sesuai dengan kebutuhan kami. Jika tidak, persetan dengan mereka,” kata Mohammed, seorang pemrotes berusia 23 tahun dari Tripoli, kota utara negara itu, yang hadir dalam demonstrasi di Beirut.
Mereka menggambarkan kabinet baru sekarang didukung oleh Hizbullah dan sekutunya.
Para pemrotes telah menyerukan reformasi besar-besaran dan sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh teknokrat independen yang dapat menangani krisis ekonomi dan korupsi yang meluas.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Mereka menolak anggota dari elit politik saat ini, yang telah memerintah Lebanon sejak akhir perang saudara 1990 dan dianggap bertanggung jawab atas krisis ekonomi negara itu.
“Mereka masih mencuri dari kita. Kita tidak punya listrik, kita tidak punya rumah sakit, dan kita mati kelaparan,” kata Mohammed.
“Revolusi tidak lagi damai … kami memberi mereka kesempatan selama 30 tahun,” katanya. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Mi’raj News Agency (MINA)