Jenewa, 14 Rabiul Awwal 1437/26 Desember 2015 (MINA) – Muslim Eropa mengucapkan perpisahan pada 2015 dengan berbagai tantangan yang meningkat, seperti berulangnya tuduhan yang mengaitkan mereka dengan terorisme dan tudingan mereka tidak dapat berintegrasi dengan masyarakat Barat.
Berbagai organisasi, pusat Islam dan asosiasi yang peduli terhadap masalah umat Islam berusaha untuk meminimalkan efek negatif generalisasi dan stigmatisasi sosial yang menempatkan kaum Muslimin dalam situasi tidak nyaman bila berurusan dengan orang-orang berbeda agama dan latar belakang budaya.
Sufian Al-Hajri, ketua asosiasi pusat Islam Eropa yang baru didirikan, mengatakan dalam wawancara dengan Kuwait News Agency (KUNA), sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) bahwa kaum Muslimin Eropa saat ini mengalami masa-masa sulit, sebagian karena meningkatnya popularitas partai politik ultra-kanan dan gerakan di sebagian besar negara di benua tersebut.
Media di Eropa, katanya, memainkan peran utama dalam menghasut masyarakat terhadap Muslim dan melebih-lebihkan kesalahan mereka, dengan berusaha mempertinggi sentimen kebencian terhadap mereka.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Dalam upaya untuk melawan kampanye ini dan mencoba membatasi efeknya, asosiasi, dengan kantor pusatnya yang didirikan di Jenewa Juni lalu, berusaha untuk menjamin negara-negara Eropa dengan populasi dominan beragama Kristen tentang niat dan aspirasi umat Islam, meningkatkan peran pusat-pusat Islam dalam menjaga komunitas Muslim dan mempromosikan Islam dengan benar, kata Al-Hajri dalam wawancara eksklusif dengan jaringan berita Kuwait itu.
Dewan syura asosiasi, termasuk para tokoh terkemuka dari Kuwait, yaitu imam dan dosen dari Masjidil Haram dan profesor studi Islam, Dr. Walid Al-Ali, dan Sheikh Abdullah Al-Al Musleh, Sekretaris Jenderal Komisi Internasional tentang Tanda Ilmiah dalam Alquran. Anggota dewan juga termasuk ulama terkemuka dari negara-negara Teluk dan Arab lainnya.Teluk dan negara-negara Arab.
Dewan berfokus, katanya, dalam tutur sapa dengan warga Eropa lain tentang nilai-nilai luhur secara umum, perlakuan yang baik terhadap orang lain, dengan penekanan bahwa kaum Muslimin berkomitmen untuk memenuhi tugasnya, asalkan hak-hak mereka dijamin dan terhindar dari penganiayaan seperti marjinalisasi dan isolasi.
Perlu dukungan
Masuknya gelombang Muslim Arab ke benua itu baru-baru ini memperbesar kekhawatiran kaum Muslimin Eropa karena beberapa media mencoba menghubungkan mereka kepada konsep yang tidak akurat dan terdistorsi tentang Islam.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Namun, beberapa politisi rasional dan warga negara biasa memandang Muslim secara positif dan ini memainkan peran dalam menanggapi mereka yang menaruh dendam.
Menegaskan peran kunci asosiasi-asosiasi Islam dalam menjembatani kesenjangan dengan non-Muslim dan menyelesaikan isu-isu Muslim, Al-Hajri menyerukan dukungan yang lebih besar pada lembaga-lembaga ini.
Beberapa pusat-pusat tak memiliki perpustakaan, imam shalat dan dana yang cukup untuk membayar tagihan listrik, selain berbagai masalah lain seperti ketidakmampuan manajer untuk menyusun strategi kerja megenai cara berurusan dengan media atau mengatasi masalah pemuda Muslim. Bantuan keuangan juga dibutuhkan untuk masjid dan imam.
Al-Hajri menguraikan tugas asosiasi, dengan mengatakan pihaknya berencana mengadakan konvensi untuk mencoba memperbaiki citra terdistorsi tentang Islam, memperluas dialog dengan non-Muslim dan membangun rasa saling percaya dengan orang lain. (T/R07/R01)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)