Dengan Zikir, Dosa Sebanyak Buih di Laut Terhapus

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Adakah yang bisa menghapus hanya dalam hitungan menit? Jangankan dosa, adakah di antara manusia yang mampu memaafkan kesalahan orang lain hanya dalam hitungan menit? Tentu saja memaafkan bukan sekedar memaafkan, tapi harus disertai rasa tulus ikhlas tanda jika benar-benar sudah memaafkan.

Di antara sekian banyak , maka ada zikir yang jika diucapkan dengan penuh keyakinan, dosa orang tersebut akan dihapus oleh Allah Ta’ala hanya dalam hitungan menit bahkan detik. Lafadz zikir itu sangat mudah diucapkan oleh setiap muslim dewasa dan berakal. Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri sudah mendawamkan zikir tersebut setiap harinya.

Lafadz tersebut di baca 100x tidak lebih dan tidak kurang. Namun, jika dibaca lebih dari 100 x tentu saja boleh-boleh saja. Tidak perlu berjam-jam untuk membaca zikir tersebut. Bahkan  bisa dibaca kapan saja dan di mana saja (artinya tetap memperhatikan kaidah dan adab dalam berzikir). Kecuali dibaca di dalam kamar mandi atau tempat najis lainnya, tentu saja tidak boleh.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

“Barang siapa membaca: Subhanallahi Wabihamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus kali dalam sehari, maka dosanya akan dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.” (HR. Muslim No. 4857)

Mengenai makna buih di lautan, Syaikh Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan, “Walaupun sangat banyak dosanya dalam jumlah, semisal buih-buih bergerak yang berada di permukaan air, bisa juga yang lainnya misalnya jamur (plankton).”

Masya Allah. Walaupun dosa-dosa itu diibaratkan sebanyak buih-buih yang ada di permukaan laut, maka Allah Yang Maha Pengampun akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya membaca zikir di atas. Inilah salah satu tanda bukti nyata kasih sayang Allah Subhanahu wa ta’ala kepada hamba-Nya.

Ada orang yang bertanya, apakah kalimat zikir tersebut harus dibaca satu kali dalam satu waktu yang jumlahnya 100 x? Atau bagaimana?

Menurut sebagian ulama, zikir tersebut tidak mesti juga dibaca harus 100 x dalam satu hitungan dan dalam satu waktu. Namun, menurut pendapat terkuat bahwa 100 kali adalah akumulasi bacaan dalam sehari. Bisa jadi pagi 30 kali, siang 30 kali dan malam 40 kali.

Sebagaimana seorang ulama Ath-Thayyibi rahimahullah berkata, “Sama saja apakah bacaan tersebut (subhanallah wabihamdihi 100 kali) terpisah atau dalam satu kali bacaan, dalam satu majelis atau dalam beberapa majelis. Di awal siang atau di akhir siang. Akan tetapi yang lebih baik adalah mengumpulkannya di awal siang.”  (http://fatwa.islamweb.net/fatwa/printfatwa.php?Id=47328&lang=A)

Satu hal yang harus diperhatikan oleh setiap muslim adalah bukan berarti adanya hadis yang menyatakan Allah akan menghapus dosa seorang hamba-Nya walau , bisa diartikan kita mudah dan seenaknya saja melakukan dosa. Cara berfikir liberal seperti itu tentu saja tidak dibenarkan.

Seorang ulama bernama, Al-Munawi rahimahullah berkata, “Orang yang mengandalkan terus dzikir ini akan tetapi ia terus bermaksiat sekehendak syahwatnya, melanggar agama Allah dan kehormatannya, Janganlah ia menyangka akan disamakan dengan orang yang dibersihkan dan disucikan, jangan menyangka ucapannya akan mendapat pahala dengan lisannya, padahal tidak ada ketakwaan (rasa takut) dan amal shalih pada dirinya.” (Faidhul Qadir 6/190)

Hal lain yang juga harus menjadi catatan  bagi seorang muslim adalah :

Pertama, dosa yang dihapus adalah dosa atau kesalahan pada hak Allah saja. Sedangkan jika berkaitan dengan hak anak adam, maka harus diselesaikan dengan yang bersangkutan, meminta maaf atau mengembalikan haknya berupa barang atau hutang.

Kedua, dosa yang dihapus adalah dosa-dosa kecil, adapun dosa besar yang dilakukan seseorang dengan terus-menerus, maka ia harus bertaubat secara khusus dengan taubatan nasuha dan syarat-syarat taubat nasuha.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (Qs. At Tahrim: 8)

Ketiga, jika merasa melakukan dosa yang besar, maka ia bisa melakukan shalat taubat dua rakaat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua raka’at, kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat ini, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (HR. Tirmidzi no. 406, dishahihkan oleh Al Albani)

Keempat, ada dzikir setelah shalat yang juga menghapus dosa sebanyak buih di lautan, tetapi caranya setelah selesai shalat saja. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,“Siapa mengucapkan tasbih (mengucapkan ‘subhanallah’) di setiap akhir shalat sebanyak 33 kali, mengucapkan hamdalah (mengucapan ‘alhamdulillah’) sebanyak 33 kali, bertakbir (mengucapkan ‘Allahu Akbar’) sebanyak 33 kali, lalu sebagai penyempurna (bilangan) seratus ia mengucapkan,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu], maka Aku akan mengampuni dosa-dosanya sekalipun sebanyak buih di lautan.” (HR. Muslim) 

Semoga Allah Ta’ala menanamkan keistikomahan dalam hati kita untuk senantiasa berzikir kepada-Nya. Tentu saja kita berharap kelak kembali kepada-Nya dalam keadaan husnul khatimah tanpa membawa beban dosa sedikitpun di pundak-pundak kita yang lemah ini, wallahua’lam. (A/RS3/P1)

 Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.