Washington, MINA – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah menyetujui penjualan rudal antitank ke Arab Saudi senilai sekitar $ 670 juta.
Persetujuan tersebut hanya beberapa jam setelah Putra Mahkota Mohammed bin Salman bertemu dengan Kepala Pertahanan AS James Mattis, The Asian Independent melaporkan yang dikutip MINA, Ahad (25/3).
Pernyataan dari Departemen Luar Negeri pada hari Kamis mengkonfirmasi persetujuan “rudal TOW 2B (BGM-71F-Series) dengan perkiraan senilai $ 670 juta” untuk Kerajaan Saudi.
Kongres diberi tahu tentang penjualan yang diusulkan dan anggota parlemen memiliki 30 hari untuk mencoba menghentikannya, kata New York Times.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Paket yang diusulkan termasuk hingga 6.700 rudal yang dibuat oleh Raytheon Missile Systems serta suku cadang untuk tank dan helikopter buatan Amerika yang dimiliki Arab Saudi.
Pernyataan itu mengatakan, penjualan akan mendukung kebijakan luar negeri AS dan tujuan keamanan nasional dengan meningkatkan keamanan negara yang ramah dan terus menjadi kekuatan penting untuk stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi di Timur Tengah.
Penjualan yang diusulkan itu pasti akan dipertanyakan oleh Kongres di mana Senat pekan ini menolak upaya bipartisan untuk menghentikan dukungan militer AS terhadap kampanye pengeboman di Yaman.
Pemerintah Trump dengan keras memprotes upaya itu dan mengirim pejabat Pentagon dan Departemen Luar Negeri ke Capitol Hill pekan lalu untuk melobi terhadap peredarannya.
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
Pada akhirnya, pemerintahan menang dan para anggota parlemen dari kedua pihak menangguhkan langkah tersebut untuk diperdebatkan lebih lanjut oleh Komite Hubungan Luar Negeri Senat, menurut Times.
Beberapa jam sebelumnya, Pangeran Mohammed bertemu Mattis, yang mencirikan Arab Saudi sebagai “bagian dari solusi” di Yaman, yang telah dicabik-cabik oleh perang sipil.
Dia mengatakan, Arab Saudi mendukung pemerintah di ibu kota Yaman, Sana, yang diakui oleh PBB.
“Kami akan mengakhiri perang ini. Itulah intinya. Dan kita akan mengakhirinya dengan syarat positif bagi rakyat Yaman, tetapi juga keamanan bagi negara-negara di semenanjung,” kata Mattis.
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon
Juru bicara Pentagon Dana White mengatakan, Mattis tidak memunculkan korban sipil yang meningkat di Yaman selama diskusi dengan Pangeran Mohammed.
Sebaliknya, katanya, Menteri Pertahanan membahas kerja sama lanjutan antara AS dan Arab Saudi melalui pelatihan tambahan dan pendidikan militer. (T/B05/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang